Drawing ETMC Lembata: Menanti Pembalasan PSN Ngada atas Persena Nagekeo di Soeratin Cup

0

Ende, Ekorantt.com – Hasil resmi pembagian pul Turnamen Sepak Bola Liga Tiga Eltari Memorial Cup tahun 2022 telah diumumkan secara resmi.

Sebanyak 24 tim yang mengambil bagian dalam turnamen tersebut dibagi ke dalam 6 pul. Masing-masing pul terdiri dari 4 klub.

Menarik untuk disimak pertandingan di grup F di mana PSN Ngada harus kembali bersua Persena Nagekeo di penyisihan grup.

Dua tim lain di pul F adalah Persada Sumba Barat Daya dan tim asal kota Kupang Kristal FC.

Pada perhelatan Soeratin Cup U17 di Ende pada agustus 2022 silam, tim yunior PSN Ngada juga berada satu pul dengan saudara kandungnya Persena Nagekeo.

Meski akhirnya tampil sebagai juara pada turnamen Soeratin Cup 2022 di Stadion Marilonga Ende, tim besutan pelatih kawakan Kletus Gabhe tersebut harus mengakui keunggulan Persena Nagekeo di laga awal dengan skoor telak 0:3.

Turnamen ETMC Lembata menjadi kesempatan bagi Yoris Nono dkk. untuk membalas kekalahan adik-adiknya pada turnamen Soeratin Cup setelah mereka dipastikan berada pada satu grup.

Sementara itu, grup neraka ada di pul A di mana, sang juara bertahan PS Malaka harus menjajal dua tim kuat asal Flores, Persami Maumere dan Perseftim Flores Timur.

Selain itu, jika tidak ingin pulang lebih awal, mereka harus memenangkan hadangan Persematim Manggarai Timur.

Juara Eltari Cup 2017 Perse Ende berada di pul E bersama PSK Kota Kupang, Ps Kabupaten Kupang, dan Persim Manggarai.

Pertarungan menarik juga terjadi di grup B yang didiami tim tuan rumah Persebata Lembata serta tim kuat Bintang Timur Atambua, selain itu ada Platina FC, dan Perserond Rote Ndao.

Persab Belu, Perserai Sabu Raijua, Persewa Waingapu dan PSKN Kewamenanu berada di pul D sedangkan pul C terdapat Pers Soe, Persisteng Sumba Tengah, Putra Oesao, dan Nirwana 04 Nagekeo.

Pertandingan pembukaan turnamen liga tiga Eltari Memorial Cup akan dilangsungkan pada Jumat (9/9/2022) di Stadion Gelora 99 Lewoleba mempertemukan juara bertahan Ps Malaka melawan Persematim Manggarai Timur.

Harga BBM Naik, Ojek dan Sopir di Ruteng Mengeluh Soal Pendapatan

0

Ruteng, Ekorantt.com – Pasca naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu 3 September 2022, tukang ojek dan sopir di Ruteng mengeluh soal pendapatan.

“Setelah kenaikan harga BBM ini saya hanya mendapat Rp50.000 paling tinggi,” cerita Herman Panjaitan, salah seorang tukang ojek di Ruteng kepada Ekora NTT, Kamis (8/9/2022).

Herman mengakui, sebelum memutuskan kenaikan harga BBM, dirinya mendapat Rp100.000 per hari jika ia bekerja dari pagi hingga sore. Kurangnya jumlah penumpang disebabkan adanya isu kenaikan tarif.

Sebagai tukang ojek, lanjut Herman, dirinya sangat kewalahan, karena sampai sekarang masih mengikuti tarif normal sebelumnya.

“Terus terang, saya sebagai tukang ojek kewalahan sekali, karena kita hanya terima tarif dari penumpang hanya Rp5.000 jauh dekat Kota Ruteng,” sebutnya.

“Dari sini ke Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, hanya Rp20.000. Sementara dari Liang Bua ke sini penggunaan BBM sekitar 1 liter. Berarti 10 ribu kan? Kami dapat apa?,” tambah Herman.

Setelah kenaikan BBM, kata Herman, belum ditetapkan untuk kenaikan tarif resmi oleh pemerintah setempat.

“Karena tidak mungkin kami sendiri yang naik, kan? Kecuali sudah ditetapkan dari pemerintah setempat,” terangnya.

Herman meminta kepada pemerintah setempat untuk segera menetapkan kenaikan tarif seiring naiknya harga BBM.

Menurutnya, ia juga tidak semena-mena menaikkan tarif kepada penumpang, karena ia takut dikenai sanksi.

“Kami takut kena sanksi,” ungkapnya.

Sejauh ini, para sopir angkot dan ojek belum melahirkan kesepakatan khusus antara mereka dan pemerintah.

“Intinya kami belum dapat informasi kenaikan tarif dari pemerintah,” ketusnya.

Oskar, salah seorang sopir angkot di Ruteng mengalami hal yang serupa, yakni pendapatan menurun.

Menanggapi kenaikan BBM, sopir angkot di Ruteng terpaksa menaikkan tarif walaupun belum ada keputusan resmi dari pemerintah setempat.

“Sekarang ongkos angkot dari sini (samping polres Manggarai) menuju Leda kami naikkan Rp7.000 yang sebelumnya Rp5.000,” sebut Oskar.

Kopdit Sangosay Berikan Kemudahan untuk Anggota dengan Aplikasi Sangosay Pay

Bajawa, Ekorantt.com – Inovasi menjadi salah satu dari panca pilar koperasi kredit. Setiap koperasi kredit dituntut untuk berinovasi melahirkan produk pelayanan yang tetap relevan dengan kebutuhan anggota.

Kopdit Sangosay mengaplikasikan pilar inovasi dengan menelurkan berbagai macam produk layanan. Bahkan, kopdit yang berpusat di Kabupaten Ngada ini mulai menerapkan digitalisasi dalam pelayanan.

Yang terbaru, Kopdit Sangosay meluncurkan aplikasi digital yakni Sangosay Pay pada Sabtu, 18 Agustus 2022. Dilansir dari situs Kopditsangosay.com, hadirnya aplikasi digital tersebut merupakan wujud nyata penyelenggaraan pelayanan Kopdit Sangosay di era yang serba digital sekarang.

Sangosay Pay merupakan aplikasi keuangan berbasis ponsel pintar yang memberikan kemudahan bagi anggota. Anggota bisa bertransaksi kapan dan dimana pun, tanpa harus mendatangi kantor pelayanan.

Kemudahan

Sangosay Pay memberikan kemudahan bagi anggota, seperti; mengakses informasi saldo, mutasi, dan kewajiban produk di Kopdit Sangosay seperti: simpanan saham, pinjaman, simpanan non-saham serta produk solidaritas.

Anggota dapat melakukan transaksi transfer dan setoran produk Kopdit Sangosay seperti: simpanan saham, pinjaman, simpanan non-saham serta produk solidaritas.

Anggota juga dapat melakukan berbagai pembayaran tagihan seperti: PDAM, PLN, Telkom, BPJS Kesehatan, TV berlangganan, asuransi, multi finance, kartu kredit, dan lain-lain.

Anggota bisa melakukan transaksi berupa transfer dan top up dari rekening tabungan Sibuhar seperti: transfer ke bank (baik Bank nasional maupun luar negeri), transfer antar-kopdit, top up pulsa ke semua operator, e-wallet, token PLN, voucher TV, paket data, voucher games, tix id, zakat dan ITunes.

Selain itu, anggota mendapatkan Virtual Account (VA) Bank di mana masing-masing anggota memiliki satu nomor VA dari satu bank yang dapat digunakan untuk menerima uang dari bank dengan tujuan rekening tabungan Sibuhar anggota.

Anggota pun  dapat mengakses riwayat transaksi yang terjadi melalui menu riwayat di aplikasi ini. Hal itu digunakan untuk membantu anggota dalam menginformasikan jumlah pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan selama bertransaksi menggunakan Sangosay Pay. Pencatatan riwayat transaksi sangat penting untuk membantu anggota mengetahui alur keuangan dan menjadi bahan evaluasi keuangannya sewaktu-waktu.

Persyaratan

Seperti dilansir dari situs Kopditsangosay.com, pilihan sumber dana setiap transaksi melalui Sangosay Pay menggunakan rekening Sibuhar. Karena itu anggota diwajibkan memiliki rekening tabungan Sibuhar terlebih dahulu.

Aplikasi Sangosay Pay telah tersedia dan dapat diunduh melalui Google Playstore maupun App Store. Untuk dapat menggunakan Aplikasi Sangosay Pay, anggota atau calon anggota harus melengkapi data melalui Kantor Cabang atau Cabang Pembantu Kopdit Sangosay terdekat.

Anggota atau calon anggota harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh Kopdit Sangosay seperti telah menjadi anggota/calon anggota Kopdit Sangosay, memiliki KTP Elektronik, memiliki rekening Sibuhar, Email dan Nomor Telepon aktif, dan Smartphone Android versi 5.0 ke atas.

Jika terdapat perubahan data, para anggota dapat mendatangi Kantor Cabang terdekat untuk melakukan pembaharuan data sehingga dapat mengakses Aplikasi Sangosay Pay.

Pak Bupati, Mereka Ditelantarkan Begitu Lama!

0

Oleh: Avent Saur, SVD*

Dua hari jalan-jalan di wilayah Timor Tengah Utara, relawan menjumpai tujuh penderita gangguan jiwa. Satu di antaranya terpasung; pasung dua tangan dan dua kaki, pakai rantai sepeda motor.

Dua ujung rantai itu disatukan dengan beberapa gembok. Semuanya sudah berkarat. Karatan itu memakan kulit kaki dan tangannya.

Dua kakinya baru dilepaskan dari pasungan sekitar tiga bulan lalu dengan meninggalkan luka-luka, sedangkan dua tangan masih terpasung.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia berjalan dari kampung ke kampung dalam keadaan terpasung. Ke mana pun ia pergi dengan pakaian lusuhnya, ketika lapar dan haus, ia mengemis pada warga.

Ia sering kali diolok-olok. Ia juga dipermainkan oleh sekian banyak orang. Sering kali, ia menjadi objek tertawaan seakan-akan ia bukan manusia seperti orang-orang pada umumnya. Betapa pelik hidupnya.

Padahal kan ia manusia, memiliki martabat ciptaan Tuhan. Oleh sakitnya, semestinya ia sama sekali tidak kehilangan martabatnya sebagai manusia.

Martabatnya sama dengan kita semua, ya sama dengan martabat para pejabat siapa pun di Republik ini, termasuk martabat Presiden Jokowi, martabat Gubernur Laiskodat, dan tentu juga martabat Bupati TTU.

Selama menjalani sakitnya sejak tahun 2014, ia sama sekali belum menerima pelayanan politik kesehatan dari tenaga kesehatan fasilitas dasar seperti puskesmas. Ia betul-betul sepi dari layanan kesehatan jiwa.

Keluarga pemilik rumah yang di dalamnya ia tinggal menetap lantaran sejak kecil ia telah kehilangan ibu dan ayah sudah menempuh aneka langkah pemulihan kesehatannya.

Langkah-langkah itu tentu masih sangat tradisional, penuh stigma sosial dan diskriminasi sosial. Ke dukun dan pendoa, misalnya. Keluarga telah menggelontorkan sekian banyak biaya untuk membayar jasa perdukunan dan pendoaan. Ia tak kunjung pulih tentunya.

Dan dalam tahun-tahun terakhir, keluarga sudah lelah, lantas membiarkannya menggelandang di jalanan kampung dan sekitarnya, serta dengan hati bercabik-cabik dan dengan napas sesak di dada, mereka terpaksa memasungnya. Entah hingga kapan!

Tujuh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dijumpai dalam dua hari, 3 dan 5 September 2022 (belum termasuk yang dijumpai dalam beberapa hari ke depan), mereka semua belum mendapat layanan medis kesehatan jiwa. Sama seperti dia yang terpasung, mereka mengakses praktik perdukunan dan pendoaan yang mudah dijumpai di masyarakat.

Bagai sang peziarah yang tak kunjung merengkuh apa yang dicarinya, malah menjumpai jalan buntu dan telah kehabisan bekal, demikianlah juga para penderita gangguan jiwa dan keluarganya itu; mereka telah menjumpai sekian banyak dukun dan pendoa serta telah kehabisan cara dan biaya, mereka toh tak kunjung memeluk kepulihan atas anggotanya yang sakit.

Kini tak banyak kata yang mereka ucapkan sebab sudah lelah lidahnya untuk berkeluh kesah. Mereka kehabisan pikiran untuk mencari solusi sebab lelah otaknya untuk berpikir kreatif. Ekonomi mereka juga terkapar sebab lelah tenaganya untuk mencari sumber daya dan menabung.

Dan hingga kini pun mereka tetap tinggal dalam lingkaran stigma yang mungkin tak kunjung usai. Misalnya, orang menderita gangguan jiwa karena mendapat kutukan dari Tuhan, karena karma dosa dan kesalahan nenek moyang, karena kemarahan leluhur.

Stigma lainnya, orang menderita gangguan jiwa dan tak bisa sembuh lantaran setan sudah menguasai dirinya, karena kesalahan adat yang fatal, karena dibuat orang yang irihati, atau juga karena dosa berat yang tak terampuni.

Lingkaran stigma sosial ini diikuti oleh diskriminasi sosial. Misalnya, pemasungan, objek tertawaan dan permainan, membiarkan menggelandang, kekerasan fisik dan nonfisik, mengganggu sekadar untuk memancing ulah ODGJ, dan aneka diskriminasi lainnya, dan boleh jadi mereka sudah dijadikan objek untuk konten media-media sosial.

Dan diskriminasi yang paling kental dan telak adalah alpanya negara atas keadaan mereka. Mereka ditelantarkan dari layanan kesehatan jiwa. Mereka diperlakukan tidak adil oleh negara.

Toh mereka mengelandang di jalanan dekat fasilitas kesehatan Puskesmas, tetapi para tenaga medis tidak melihatnya sebagai sebuah persoalan yang mesti segera ada solusinya.

*

Mengapa sentilan kecil ini ditujukan khusus buat Bupati? Ya untuk kali ini, buat Bupati Timor Tengah Utara. Sebab kunci utama pembangunan di sebuah daerah lokal kabupaten adalah Bupati, dibantu oleh wakilnya, dibantu lagi oleh para kepala dinas, khususnya kepada dinas kesehatan dan kepala dinas sosial.

Pihak-pihak lain juga bisa menjadi kunci, semisal dinas-dinas lain, kepolisian, desa, masyarakat dan relawan peduli kesehatan jiwa, tetapi mereka semua bukan kunci utama, melainkan kunci pendukung.

Apa yang Bupati bisa laku untuk tersedianya layanan politik kesehatan jiwa? Di Indonesia, perbandingan jumlah penderitaan gangguan jiwa jauh lebih banyak dari jumlah tenaga kesehatan baik dokter, perawat jiwa, maupun psikolog klinis.

Di NTT, misalnya, penderita gangguan jiwa berjumlah 8000-an orang, sementara dokter ahli jiwa hanya lima orang. Rumah Sakit Umum daerah yang memiliki poli jiwa hanya dua.

Maka apa yang mesti dilakukan? Sudah sekian tahun, Kementerian Kesehatan menyediakan kesempatan kepada pemerintah kabupaten dan kota untuk memberikan pelatihan kesehatan jiwa buat para dokter umum dan para perawat di puskesmas dan rumah sakit. Tinggal Pemerintah daerah menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan pelatihan itu.

Melalui pelatihan itu, para dokter dan perawat di puskesmas memiliki kompetensi untuk mengobservasi dan menegakkan diagnosis, serta memberikan terapi medik kepada para penderita gangguan jiwa.

Melalui pelatihan itu juga, para dokter dan perawat memiliki kemampuan untuk memberikan edukasi kesehatan jiwa kepada masyarakat, serta membangun sistem layanan kesehatan jiwa yang merangkul pelbagai kalangan untuk bersama-sama membongkar stigma sosial dan diskriminasi sosial terkait gangguan jiwa dan penderitanya. Salah satunya, di situlah dinas sosial berperan bersama-sama.

Aneka regulasi sudah tersedia untuk melakukan semuanya itu. Selain Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa dan Undang-undang tentang Penyandang Disabilitas, serta pelbagai regulasi lainnya, regulasi yang paling mendasar adalah bahwa secara nasional layanan untuk penderita gangguan jiwa sudah masuk dalam lingkaran Standar Pelayanan Minimal (SPM) baik bidang kesehatan maupun bidang sosial.

Ketika sebuah layanan masuk SPM, maka pihak-pihak terkait mau tak mau harus melakukan layanan itu; Puskesmas harus memberikan layanan kesehatan jiwa, persis seperti Puskesmas memberikan layanan untuk orang yang menderita batuk, pilek, dan aneka sakit lainnya.

*

Jumlah penderita gangguan jiwa di sebuah daerah kabupaten tentu bukan hanya tujuh, bukan juga hanya belasan, bahkan bukan hanya ratusan, melainkan bisa mencapai angka 1000.

Di Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka, misalnya, pendataan dan layanan medis terhadap orang dengan gangguan jiwa dimulai sejak 2014 dan 2017, kini datanya sudah mencapai angkat 1000 lebih.

Di kabupaten lain yang pendataannya sudah dilakukan sejak 2018 hingga kini, angkat sudah menyentuh 700 hingga 800.

Angka itu tergolong baik. Sebab makin tinggi angkanya, makin bagus penjangkauan layanan kesehatan jiwa. Sebab angka tinggi menunjukkan akumulasi, bukan menunjukkan kejadian luar biasa.

Dan TTU, jika sudah memulai, dan saya yakin sudah dimulai (cuma belum maksimal), maka penjangkauan layanan kesehatan jiwa akan makin bagus dalam hari-hari dan bulan-bulan serta tahun-tahun mendatang.

Nah ketika pembangunan layanan kesehatan jiwa berjalan dan makin maju, maka barulah kita semua akan tahu bahwa kesehatan jiwa itu sangat penting untuk mengelola hidup kita secara keseluruhan.

Kiranya sentilan ini berfaedah buat pembangunan politik kesehatan jiwa di Kabupaten Timor Tengah Utara.*

*Pendiri Relawan Kelompok Kasih Insanis Peduli Sehat Jiwa NTT

Berkah Pesparani, Pelaku UMKM di Kupang Raup Pendapatan Jutaan Rupiah

0

Kupang, Ekorantt.com – Perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) II Tingkat Provinsi NTT pada 4-7 September 2022 yang berlangsung di tiga lokasi berbeda membawa berkat bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Kupang.

Tiga lokasi tersebut adalah Gereja Katolik Santa Maria Assumpta, Gereja Katolik Santo Yospeh Naikoten Kupang, dan di Aula Imakulata Kampus Unwira Kupang.

Salah satu pelaku UMKM binaan Bank NTT, Yety Jami (35) saat diwawancara di lokasi kegiatan Pesparani di Kampus Unwira Kupang, Rabu (7/9/2022) mengatakan bahwa pelaksanaan Pesparani II Tingkat Provinsi NTT membawa berkat bagi dirinya.

“Selama empat hari kegiatan Pesparani ini, pemasukan yang saya dapat hampir Rp10 juta,” ujar Yetty kepada wartawan di Kupang, Rabu (7/9).

Ibu dari dua anak ini mengaku, semenjak bergabung menjadi salah satu UMKM binaan Bank NTT di tahun 2018 lalu, mereka selalu dilibatkan dalam semua event yang disponsori Bank NTT.

“Jadi usaha saya buka sejak tahun 2018 lalu, dan langsung masuk jadi UMKM binaan Bank NTT. Sejak itu, semua event yang disponsori Bank NTT, kami selalu dilibatkan,” jelasnya.

Selain dilibatkan dalam festival yang disponsori Bank NTT, pemilik E-Mart Shop ini juga memanfaatkan platform digital untuk menjual produknya berupa tenunan dan aksesoris etnik NTT.

“Jadi kita jualan online juga, dengan memanfaatkan platform digital seperti instagram, facebook, dan marketplace jenis lainnya,” ungkapnya.

Yetty mengaku sering melayani pelanggan atau pembeli dari luar Provinsi NTT, bahkan luar negeri, yang memesan produk dari E-Mart Shop.

“Pembeli ada yang dari Jakarta, Papua, Surabaya, dan bahkan dari luar negeri. Kalau pengiriman biasanya via JNE dan lion parcel,” jelasnya.

“Soal pembayaran, bisa menggunakan Qris Bank NTT dan kartu debit. Kalau ada orderan dari luar NTT, pembayaran menggunakan sistem transfer,” tambah Yetty.

Di E-Mart Shop, kata Yetty, ia menyiapkan semua jenis kain dengan motif yang bervariatif dari semua daerah yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan juga aksesoris dari bahan kain tenun NTT.

“Kain ini diambil dari semua kabupaten. Jadi hampir semua motif ada di sini. Dan usaha seperti ini sangat membantu kami, karena pendapatan per bulan di kisaran angka Rp50 juta ke atas,” terangnya.

Yetty berharap Bank NTT tetap jaya dan selalu mendukung para pelaku UMKM, dengan memperkenalkan semua produk yang telah dihasilkan.

“Karena Bank NTT merupakan Office Boy untuk UMKM di NTT. Artinya mereka selalu dukung, dan memperkenalkan produk-produk kami ke mana saja,” pungkasnya.

Untuk diketahui, E-Mart Shop berlokasi di Jln. Monitor, RT 06, RW 009, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT, tepat di belakang Kampus Unkris.

Patrik Padeng

Kisah Benediktus Jong, Sosok Tunanetra yang Aktif Menabung di Pintu Air

Maumere, Ekorantt.com – Benediktus Jong (60), pria lajang dari Dusun Dungan, Desa Timutawa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, tidak dapat melihat semenjak lahir tetapi bekerja dan aktif menabung di KSP Kopdit Pintu Air.

Untuk menopang hidupnya, ia juga bekerja kebun dan memanjat pohon kelapa.

Kepala Desa Timutawa, Bernadinus Bulan Terang mengatakan, Benediktus adalah orang yang mendapat karunia khusus, rajin bekerja, dan menabung.

“Walaupun dia tunanetra, tetapi masih dapat bekerja sebagaimana layaknya orang normal. Kerja kebun, ambil air, panjat pohon kelapa dan mempunyai sebidang kebun yang dikelola sendiri,” kata Kades Bernadinus kala dihubungi Ekora NTT beberapa waktu lalu.

“Benediktus adalah orang yang mendapat mujizat yang sangat luar biasa dari Tuhan, karena meski dengan keterbatasannya ia dapat bekerja dan tidak menjadikan dirinya sebagai beban bagi keluarganya,” sambung Bernadinus yang juga menjabat Ketua Komite Kelompok Desa Timutawa.

Ia menceritakan, Benediktus masuk menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air karena ada dua hal penting.

Pertama, Benediktus ingin mempersiapkan hari kematiannya agar tidak menjadi beban bagi keluarga mengingat Benediktus tidak berkeluarga dan hanya hidup dan tinggal di rumah salah seorang keluarga.

Sementara yang bertindak sebagai ahli warisnya, Benediktus memilih anak saudarinya yang masih kecil bernama Elisabet Areva Tukan.

Kedua, Benediktus berkomitmen, dengan bergabung dan menjadi anggota dirinya telah berhasil mengumpulkan tabungannya untuk digunakan oleh anggota lain yang mampu mengembangkan usaha.

“Meski tidak pernah meminjam, menabung adalah komitmen Benediktus sebagai bentuk tanggung jawab sebagai anggota. Karena baginya dengan menyimpan dia telah membantu anggota lain yang meminjam,” tuturnya.

Ketua Komite; Anselina Baek menuturkan, Benediktus Jong telah bergabung dengan Pintu Air sejak September 2019 dengan nomor buku 242.337.

Menurut Anselina, bergabungnya Benediktus menjadi anggota Pintu Air telah menjadi daya pikat bagi keluarga dan tetangganya.

Diakuinya, sejauh ini ada enam orang keluarganya telah bergabung berkat pendekatannya.

Hingga saat ini kelompok Dusun Dungan telah menyebar di dua desa yaitu Desa Timutawa dan Desa Ojang.

Anselina juga menyampaikan, jumlah anggota sampai dengan saat ini mencapai 115 orang.

“Angka ini akan terus bertambah seiring dengan kegiatan sosialisasi yang terus dilakukan,” katanya.

Ia menegaskan, Pintu Air tetap berjuang menopang yang lumpuh, menuntun yang buta, tetap merangkul yang mapan sebagai semangat yang terus digelorakan.

Pemerhati Budaya di Flotim Bicara Tenun Ikat, Identitas Kultur, dan Produk Multidimensi 

0

Larantuka, Ekorantt.com – Kegiatan Talk Show menyongsong HUT Tenun Ikat Nasional mengundang Bernard Tukan untuk berbicara soal Tenun Ikat, Identitas Kultur dan Produk Budaya Multidimensi.

Pemerhati budaya asal Flores Timur tersebut menguraikan secara lugas tenun ikat sebagai identitas kultur dalam komunitas budaya menjadi penanda dan pembatas, serentak mempresentasikan budaya komunitas yang utuh.

“Produk budaya yang multidimensional maksudnya sebagai semua unsur kebudayaan dapat ditemukan dalam tenun ikat mulai dari bahan dan peralatan, proses dan hasil pengerjaan, serta penggunaanya,” ungkapnya, saat sesi Talk Show di aula SMK Hendricus Leven Waibalun, Flores Timur, Rabu (7/9/2022).

Perayaan Hari Tenun Ikat Nasional tersebut, digelar berkat kerja sama atau kolaborasi antara SimpaSio Institute dengan Teras Mitra. Mereka menggelar Talk Show dan lomba modifikasi tenun ikat Lamaholot.

Kegiatan tersebut melibatkan para siswa- siswi di tiga jurusan yakni; Multimedia, Farmasi, dan Tata Busana, juga para guru dan pegawai di sekolah SMK Hendricus Leven.

Tampil angun dengan balutan Tenun Ikat khas Flores Timur/Ekora NTT

Kepala Sekolah Sr. Clarent, Cij memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut, karena sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi dan kondisi lingkungan lokal.

“Seluruh warga sekolah hadir dengan mengenakan kain tenun ikat. Sungguh semarak dan luar biasa, apresiasi balik dari tim kreatif SimpaSio Institute,” ujar Suster Clarent.

Selain Bernard Tukan, narasumber lain dalam Talk Show adalah Ibu Maria Kromen, seorang pengrajin tenun ikat.

Maria Kromen dengan jelas menarasikan pengalamannya saat belajar menenun sejak kecil dari ibunya. Ia seorang yang tekun memproduksi kain tenun hingga saat ini.

“Salah satu tantangan yang dihadapinya yakni permintaan untuk membuat tenunan dengan motif yang sesuai selera pembeli,” ungkap Maria Kromen.

Generasi Muda Flores Timur pose bersama dengan busana tenun ikat/Ekora NTT

Lebih jauh, kata Maria, para pengrajin selama ini selalu terbiasa dengan motif-motif warisan pendahulu.

“Atas permintaan untuk dibuat motif lain, solusinya dengan mendesain motif itu di komputer. Kebetulan ia sendiri memiliki keterampilan tersebut,” terangnya.

Ia menegaskan, tenun ikat memiliki prospek ekonomi. Ia bangga dengan ketekunan dan hasil kerjanya walau tidak sempat melanjutkan studi setelah tamat SMA.

Maria hanya bermodalkan kursus komputer, kursus menjahit, dan belajar mandiri. Meski begitu, Maria Kromen berkisah, ia sangat mencintai tenun ikat sebagai warisan leluhur.

Cerita Ibu Maria, kata Suster Sil.Cij, dapat mendorong lembaga untuk berbagi peran dalam menghasilkan tenun ikat.

“Justru jurusan Multimedia mendesain motif, jurusan Farmasi sangat berurusan dengan pewarnaan juga jurusan Tata Busana selalu terkait erat dengan proses menenun,” tutupnya.

Terminal Sepi, Sopir dan Pedagang Terseok-seok

0

Ruteng, Ekorantt.com – Dulu terminal menjadi salah satu pusat keramaian. Selain untuk mengatur lalu lintas kendaraan, terminal juga menjadi pusat ekonomi.

Namun, hal itu tidak terjadi sekarang. Terminal-terminal mulai tampak sepi. Salah satunya, Terminal Lando di Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Kala Ekora NTT merapat ke terminal tersebut, ada Theresia Nue (46) yang masih duduk diam di terminal. Ia gelisah karena kue-kue miliknya belum terjual habis.

“Reme gereng oto sot masuk cee terminal, Nana (Lagi tunggu mobil yang akan masuk ke terminal, Nana),” sahut Nue ketika Ekora NTT mengajukan pertanyaan padanya, Rabu (31/8/2022).

Mama Theresia saban hari menjual kue di terminal. Ia menggendong keranjang jualannya.

Setiap kali mobil yang datang ke terminal, wanita kelahiran 1976 itu terus menyodorkan keranjangnya kepada para penumpang.

Ia bilang, dirinya menjual kue keliling sejak tahun 2013 dan mendapatkan uang tergantung banyaknya kendaraan yang berhenti di terminal.

Mama Theresia menceritakan, saat terminal masih terbilang ramai, kue jualannya cepat laku. Hal itu justru berbanding terbalik dengan sekarang. Kadang dalam sehari, kue dalam satu keranjang tersebut tidak habis terjual.

Beda danong, setiap kali cai oto sodor deit keranjang (Beda dulu, setiap kali mobil datang langsung sodor keranjang kue),” ungkapnya dengan nada lirih.

Ai tema toe manga penumpang hoo ga. Terus tema masuk kole oto (Sekarang tidak ada penumpang. Terus tidak masuk lagi mobil ke terminal),” sambungnya.

Dulu, Theresia bilang, hasilnya bisa membantu biaya pendidikan anaknya. Sebab, setiap hari dirinya meraup keuntungan sebesar Rp300 ribu. Namun, sekarang, Mama Theresia tidak bisa mendapat uang Rp50 ribu dari hasil jualannya itu.

Ca kanang tegi dami. Cala nganceng ngger cee koes oto soo, kut ise nganceng koe weli barang so cee ata pika dami (Satu saja permintaan kami. Kalau bisa mobil taxi bisa masuk ke terminal, supaya mereka bisa beli jualan kami),” sebutnya.

Feri, salah seorang sopir mengaku, salah satu penyebab sepinya terminal yakni orang sudah banyak memiliki kendaraan pribadi.

“Beda dulu, tidak semua orang memiliki kendaraan. karena sekarang kendaraan merupakan kebutuhan,” katanya

Walaupun tergolong sepi, dirinya masih bersyukur karena masih ada pemasukan setiap hari.

Feri bilang, semenjak mulainya pandemi Covid-19 sampai sekarang pemasukannya hanya Rp100 ribu per hari. Sebelumnya sangat berbeda, mereka mendapat Rp200.000 hingga Rp300.000.

“Sekarang sudah lumayan setelah Covid-19, cukup bagi kebutuhan keluarga.”

Sejauh pengamatan Feri, penyebab lainnya adalah ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan aturan.

“Bagusnya penumpang yang dari kabupaten lain harus turun di terminal. Karena memang aturannya begitu,” ketusnya.

Feri juga meminta pengertian penumpang untuk sama-sama mengetahui aturan.

“Yang kita tahu kan terminal tempat naik dan turun penumpang. Kalau sampai di terminal kan harus turun. Harus masing-masing mengerti sebenarnya. Tapi banyak penumpang yang tidak mengerti dengan aturan,” pungkasnya.

Terpisah, Sekretaris Dinas Perhubungan, Marselinus Berahi mengemukakan bahwa pihaknya belum melakukan pengkajian khusus tentang penyebab sepi terminal.

Namun, sejauh pengamatannya, salah satunya penyebabnya adalah banyak sekarang kendaraan umum yang tidak beroperasi lagi.

“Kita belum kaji secara khusus pengamatan kita di lapangan,” kata Sekretaris Marselinus.

Akan tetapi, pihaknya selalu ingatkan kepada petugas agar penumpang diwajibkan turun di terminal. Pengawasan dari petugas, kata dia, tentunya demi keselamatan dan kenyamanan penumpang.

Marselinus juga mengakui bahwa sekarang masih adanya travel liar yang masih susah dilacak. Travel itu berpelat hitam.

“Jadi susah. Mobil pribadi atau muat penumpang? Apalagi di Manggarai Timur ini antar kabupaten,” terangnya.

Soal sopir yang meminta pajak, dia mengakui, bahwa itu merupakan kelalaian dari para petugas terminal, kurangnya pengawasan.

“Intinya (penumpang) wajib turun,” tegasnya.

Marselinus menyarankan, jika ada calo yang melakukan pungli, maka ia sarankan melapor hal itu kepada mereka dan pihak kepolisian.

“Komitmen kami ke depan untuk mempertegas kembali, sehingga penumpang wajib turun di terminal,” tutupnya.

Pangdam Udayana Mayjen Sonny Aprianto Apresiasi Kerja Babinsa di Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Sonny Aprianto mengapresiasi kerja para jajaran Bintara Pembina Desa (Babinsa) atas dedikasi dan integritasnya.

Peran Babinsa dalam mendorong terciptanya keamanan dan stabilitas serta selalu bersama masyarakat menjalankan pemberdayaan masyarakat di desa merupakan bentuk dedikasi yang mengharumkan nama institusi.

Demikian disampaikan Pangdam Udayana Mayjen Sonny Aprianto saat memberikan pengarahan kepada personil TNI Kodim 1602 Ende pada Rabu (7/9/2022).

“Saya mau bilang, garda terdepan keamanan dan ketertiban bangsa ini adalah saudara sekalian para Babinsa. Teruslah menjaga marwah demikian. Rakyat dan TNI ibarat air dan mata airnya. Harus bersatu,” tegas Mayjen Aprianto.

Dalam kunjungan kerjanya, Pangdam IX Udayana diterima Wakil Bupati Ende Erik Rede, Dandim 1602 Ende Letkol TNI Nelson Paedo Marpaung serta Kapolres Ende AKBP Andre Librian.

Kepada para prajurit TNI, Mayjen Sonny Aprianto berharap untuk selalu hadir membantu persoalan rakyat dan bertindak tidak semena mena kepada rakyat.

“Rakyat harus dibantu. Jangan sekali kali menyusakan warga. Ketahuan, saya sikat,” kata Sonny menegaskan.

Mayjen Sonny secara pribadi menaruh hormat dan apresiasi kepada para prajurit terutama para Babinsa di Ende dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Kalian yang bertaruh nyawa di garda depan penanganan Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi saat ini. Untuk itu teruslah menciptakan inovasi dan kreatifitas bersama masyarakat,” pinta Mayjen Sonny Aprianto.

Pangdam Udayana Sebut Pembentukan Korem Flores Masuk Prioritas Renstra Angkatan Darat

0

Ende, Ekorantt.com – Panglima Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Sonny Aprianto mengatakan pembentukan Komando Daerah Militer (Korem) di Pulau Flores merupakan prioritas yang telah masuk dalam rencana strategi TNI Angkatan Darat.

Hal ini disampaikan Mayjen Sonny Aprianto menjawab pertanyaan awak media saat lawatan kunjungan kerjanya di Kodim 1602 Ende pada Rabu (7/9/2022).

“Itu bukan isu ya. Sudah masuk dalam tahap perencanaan. Hasilnya kapan kita belum tahu. Itu sudah masuk rencana strategis jangka pendek, menengah dan jangka panjang,” ungkapnya.

Meski demikian Mayjen Sonny Aprianto belum menyampaikan secara detail terkait lokasi Korem karena sedang dalam tahap pengkajian dan analisa.

“Lokasinya masih tahap penjajakan, sedang dikaji. Memang rencananya di Ende. Kompinya kita geser, nanti di situ lokasinya,” ujar Mayjen Aprianto.

Seiring bertambahnya penduduk dan kompleksitas persoalan, Mayjen Sonny Aprianto bilang pemekaran korem menjadi sebuah keharusan.