Mengenang Mitang dan Mekeng

Oleh: Petrus Selestinus*

Dua tokoh pemimpin Sikka, Sosimus Mitang dan Landoaldus Mekeng telah dipanggil Tuhan pada hari yang sama, yaitu pada tanggal 30 Maret 2019.

Berita kematian dua tokoh dengan latar belakang kepamongprajaan itu cukup menghentak warga Sikka dan Keluarga Besar Maumere Jakarta Raya (KBM JAYA) di Jakarta.

Sebab, baik Drs. Sosimus Mitang maupun Drs. Landoaldus Mekeng merupakan tokoh pemimpin Sikka yang ketika masih aktif dalam pemerintahan maupun sesudah meninggalkan kursi birokrat dan sempat menjadi anggota Legislatif selalu dekat dengan masyarakat.

Keduanya memiliki karakter yang hampir sama, yaitu komunikatif, tegas, dan merakyat.

Sosimus Mitang mengakhiri karir politiknya sebagai Bupati Sikka 2008-2013.

iklan

Sedangkan Landoaldus Mekeng mengakhiri karir politiknya sebagai Anggota dan Wakil Ketua DPRD Sikka periode 2009-2014.

Publik Sikka mengenal dua putra Sikka yang dikaderkan oleh Bupati Laurensius Say dan Daniel Woda Pale pada era tahun 70-an sebagai sosok pemimpin yang rendah hati.

Namun demikian, mereka dikenal tegas dalam memimpin dan mengelola pemerintahan daerah di Sikka maupun di tempat-tampat lain sebelum keduanya mengakhiri karir politik di Sikka.

Membuka Isolasi Desa yang Tertinggal

Sebelum menjadi Bupati Sikka, Sosimus Mitang pernah menjadi Kepala Perwakilan Pemda Provinsi NTT di Jakarta pada era 1980-an.

Selama menjadi Kepala Perwakilan Pemda Provinsi NTT di Jakarta, ia melakukan banyak inovasi di bidang budaya.

Ia memulai inovasinya dengan mendirikan Sanggar Tari Khas NTT di Jakarta.

Sosimus juga secara berkala membuka dialog dengan para tokoh masyarakat NTT khususnya dengan KBM JAYA di Jakarta tentang persoalan sosial yang menjadi tanggung jawab sosial Pemda NTT dan KBM JAYA di Jakarta.

Ketika KBM JAYA dipimpin oleh Bapak J. Blasius Bapa di era tahun 80-an, secara berkala dilakukan dialog antara KBM JAYA dan Kepala Perwakikan Pemda Provinsi NTT.

Dialog dilakukan terutama untuk membahas kerja sama dalam bidang budaya seperti tarian-tarian tradisional Sikka (Hegon, Tua Reta Lou, dan lain-lain), alat musik tradisional Gong Waning.

Hal tersebut dilakukan seiring dengan pembentukan sanggar tari yang diisi oleh putra putri asal Sikka yang kuliah di Jakarta.

Pentas acara seni budaya NTT di anjungan NTT di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur juga sering digelar.

Dengan demikian, masyarakat NTT di Jakarta, khususnya KBM JAYA merasa makin dekat dengan persoalan budaya di kampung halamannya, yaitu Nian Sikka Maumere.

Saat menjabat sebagai bupati, Sosimus membangun infrastruktur jalan di desa-desa.

Pembangunan jalan itu sekaligus membuka desa-desa yang terisolasi akibat belum tersedianya akses jalan yang dapat menghubungkan desa yang satu dengan desa yang lain, desa dengan kecamatan, dan desa dengan pusat kota.

Hal ini mempermudah akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Prinsip “membangun dari desa” merupakan tagline kampanye Sosimus saat pilkada 2008.

Itulah yang mengantarkan Sosimus dan Dami Wera menjadi pasangan terpilih sekaligus menyingkirkan ambisi Aleks Longginus (incumbet) yang waktu itu maju berpasangan dengan dr. Henyo Kerong dari kontestasi Pilkada 2008.

Tetap Profesional dan Konsisten Mengontrol

Yang menarik adalah saat Sosimus terpilih dan menjabat sebagai Bupati Sikka Periode 2009-2014, Landualdus Mekeng menjabat sebagai Anggota DPRD sekaligus Wakil Ketua DPRD Sikka.

Landoaldus Mekeng tetap konsisten memperlihatkan profesionalisme kerja sebagai penjabat publik.

Ia terutama memisahkan secara tegas antara urusan pertemanan sebagai sama-sama kader Bupati Laurensius Say dan Daniel Woda Pale di satu pihak dan urusan fungsi dan peran DPRD, yaitu fungsi representasi rakyat dengan tiga peran utama yakni, kontrol, budgetting, dan legislasi di pihak yang lain.

Mekeng tetap kritis dan konstruktif mengkritisi kebijakan Bupati Sosimus Mitang yang sempat mau diiterpelasikan oleh DPRD Sikka pada waktu itu.

Sosimus Mitang dan Landoaldus Mekeng telah memperlihatkan kepada kita semua bahwa ketika menjadi pemimpin, mereka tetap mengedepankan etika dan profesionalisme.

Sebab, mereka memiliki pengetahuan kepamongprajaan yang mumpuni. Mereka belajar dan mewarisi gaya kepemimpinan Lorens Say dan Daniel Woda Pale sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sikka pada zamannya.

Ketika memimpin Sikka, Sosimus Mitang dan Landoaldus Mekeng tetap berpegang kepada prinsip etika dan moral sebagai basis utama dalam memimpin daerah.

Selamat jalan Moat Sosimus Mitang dan Laondoaldus Mekeng.

Jasa-jasa dan sikap yang menjadi teladan akan tetap dikenang.

Semoga Tuhan memberikan yang terbaik bagi Sosi dan Lando.

*Petrus Selestinus adalah Ketua Keluarga Besar Maumere (KBM) Jakarta Raya . Ia juga adalah Advokat PERADI dan merupakan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI).

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA