Proses Kreatif Emanuel Ola Sanga dalam Dongeng “Temutu Titen”

Hokeng, Ekorantt.com– Jumat, 23 November 2018, Aula SMKN I Wulanggitang penuh sesak oleh para guru. Mulai dari guru PAUD/TK sampai guru SMA/SMK. Gerimis yang turun di lembah Hokeng tak menyurutkan semangat kedatangan mereka. Wajah Emanuel Ola Sanga berbinar.

Dia bahagia. Sebabnya, ratusan guru se-kecamatan Wulanggitang hadir hari itu untuk mengikuti gawean acara launching dan bedah buku yang ditulis Eman.

“Temutu Titen, Sekumpulan Dongeng Lamaholot” merupakan karya perdana Eman. Sebagai yang didaulat pertama untuk bicara, Eman omong soal proses kreatif penulisan karya ini yang mana dia menulis tujuh dongeng di dalamnya.

Dia bilang, sebagai kepala sekolah SDI Boru Klobong, tiap hari dia mewajibkan durasi jam baca selama tiga puluh menit. Tak hanya kepada para siswa, tapi juga kepada para guru.

Dan salah satu peristiwa yang paling membuat hatinya bergetar adalah pada suatu pagi, dia memerhatikan anak-anak membaca di perpustakaan, dan saking asyiknya dengan bacaan dongeng, mereka tak mengembalikan bacaan terebut pada tempatnya.

iklan

Aih ade, kenapa bukunya tidak dikembalikan pada tempatnya? Bapa guru, bacaan ini menarik, kalau saya kembalikan ke tempatnya yang semula, saya takut esok nanti sudah ada kawan yang ambil duluan, jadi saya sisip saja di antara buku yang lain,” demikian kisah Eman sembari menyertakan pernyataan dari salah seorang siswa penggemar bacaaan.

Memang hampir setiap hari Eman giat memerhatikan dan ikut serta membaca bersama anak-anak peserta didiknya. Dia katakan, hampir kebanyakan anak-anak lebih suka membaca dongeng. Dan dongeng yang dibaca adalah dongeng-dongeng dari Jawa, Sumatera dan beberapa daerah lain.

“Dari pengalaman ini, saya membatin. Isi kepala saya saat itu seolah memutar kembali semua kisah dongeng Lamaholot yang pernah diceritakan oleh ibu semasa kecil. Dari situ, dalam hati kecil terbersit niat. Saya harus buat sesuatu. Saya harus menulis dongeng-dongeng Lamaholot,” kisahnya.

Lantas, semua cerita yang berpendar dalam batok kepala seolah-olah datang dengan sempurna. Dia membayangkan lagi momen harus berebut tidur dengan sang bunda agar mendengar dongeng-dongeng purba Lamaholot.

Kenangan-kenangan itu membuat Eman mengetik kembali semua cerita yang pernah didengar dari ibunya. Ada yang dia sesuaikan supaya ceritanya jadi lebih hidup. Ada juga yang dia tambahkan dan hilangkan.

“Ada konflik dan tragedi yang saya bumbui biar lebih dramatis ceritanya,” tambah Eman.

Temutu Titen, Sekumpulan Dongeng Lamaholot

Geliat berproses Eman semakin terbentuk tatkala masuk ke dalam wadah Asosiasi Guru Penulis Nasional (Agupena) Flores Timur. Eman semakin memantapkan niatnya untuk segera menerbitkan buku dongeng itu. Berkat perjumpaan dengan guru-guru muda yang eksis menulis jadilah diskusi untuk menerbitkan buku dongeng.

Kerja keras yang tak sia-sia akhirnya menghasilkan tujuh dongeng dalam buku yang diberi judul “Temutu Titen”. Eman pun menuturkan, buku ini edisi pertama, tapi nanti akan ada edisi kedua dan seterusnya.

Dongeng, menurut Eman, memiliki daya magisnya sendiri. Ia mafhum bahwa manusia tidak hanya sekadar makhluk peziarah (homo viator) tapi juga makhluk yang bercerita (homo fabulans) sekaligus insan bersastra. Dongeng, entah tersadar ataupun tidak, ikut menentukan imaginasi pembaca dalam menghidupi satu mimpi besar bagi perjalanan hidupnya.

Tentu saja, perjumpaan dengan siswa-siswi yang setia membaca dongeng di perpustakaan SDI Boru Klobong adalah perjumpaan yang memuliakan niatnya. Sekaligus memurnikan intensi bernama keluhuran seorang guru sebagai pendidik.

“Saya percaya bahwa literasi hanya bisa bergerak maju kalau anak-anak, peserta didik kita, mulai tertarik dengan yang namanya membaca. Dongeng itu tidak sekadar candu pengantar tidur, tapi ikut membentuk karakter dan spirit hidup,” tegas dia.

Barangkali bagi kebanyakan orang, hal ini tampak sederhana atau biasa-biasa saja. Namun, bagi pendidik seperti Eman dan semua guru yang menaruh minat pada aktivisme literasi semacam itu, ini merupakan derap langkah mulia untuk merangsang nalar dan tentu imajinasi anak didik di tengah derasnya arus globalisasi sekarang ini.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA