Pasutri Putus Sekolah Berangkat Haji

Larantuka, Ekorantt.com – Bulan Juli tahun 2019 ini menjadi momen pasti bagi keberangkatan ke-30 calon haji dan hajjah asal Kabupaten Flores Timur dan Lembata.

Adapun Mustamin Yasin, seorang calon haji asal Kabupaten Flores Timur, bersama istrinya Tasia Haji Abdolah menyatakan diri siap secara fisik dan batin untuk mengikuti momen penuh rahmat itu.

Setelah kegiatan penyebaran informasi tentang pelayanan penerbitan paspor oleh petugas Kantor Imigrasi Maumere, yang bertempat di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur, beberapa waktu lalu, Ekora NTT menghampiri dia dan istrinya. Pria berusia 75 tahun itu tampak lelah pascakegiatan.

Kepada Ekora NTT, Mustamin mengatakan, pekerjaannya sehari-hari adalah bertani Bersama Tasia Haji Abdolah, sang istri, dirinya memiliki satu 1 hektar sawah dan 1 hektar tanah untuk ditanami jagung.

Padi dan jagung tersebut dijual di Kota Larantuka, bahkan sampai ke Bima. Hasil penjualan padi itulah yang kemudian dipakai sebagai uang pendaftararan haji sebesar Rp. 50 juta untuk keduanya.

iklan

Mustamin Yasin dan Tasia Haji Abdolah adalah pasutri putus sekolah. Keduanya berasal dari Pulau Solor. Menurut Mustamin Yasin, niat dirinya bersama Tasia untuk menunaikan ibadah haji sebetulnya sudah dipacakkan sejak lama.

Mereka pun menanti dengan sabar akan datangnya momen tersebut.

Selama puluhan tahun, Mustamin selalu berjuang agar bisa mengumpulkan uang sebesar Rp. 50 juta. Tujuannya hanya untuk bisa mendaftar sebagai calon haji.

Lantas pada tujuh tahun yang lalu, tepatnya September 2012, dirinya bersama Tasia pun terdaftar sebagai pasutri yang akan berangkat menuju tanah suci.

Sebelum bulan pendaftaran pada tahun 2012 itu, dirinya senantiasa berjuang agar bisa memanen jagung dan padi hingga satu hektar. Alhasil, hasil panenan dalam setahun bisa mencapai tiga kali lipat.

Tentu saja, dukungan dan dorongan dari kedelapan anak mereka menjadi salah satu faktor kunci. “Saya mengumpulkan mereka semua pada tujuh tahun lalu. Saya memintai pendapat mereka. Mereka semua setuju,” ungkap Mustamin kepada Ekora NTT.

Proses pendaftaran pun dilakukan dua kali. Namun, menurut Mustamin, tidak sepeser pun uang pendaftaran diperolehnya dari pinjaman di koperasi atau bank. Keduanya tidak juga meminta dan meinjam di tetangga dan keluarga. Urusan pendaftaran dan pembiayaan pendaftaran calon haji murni dari hasil menjual jagung dan padi. (Rian N.)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA