Jakarta, Ekorantt.com – Anyaman merupakan karya kerajinan tangan yang sudah mendarahdaging dalam kebudayaan masyarakat NTT. Bahkan, warisan budaya ini tetap terawat hingga sekarang.
Tidak hanya punya nilai budaya, anyaman juga memberi efek finansial bagi perempuan NTT. Di balik lentik jari mama-mama penganyam, ada rupiah yang didapatkan untuk menyambung hidup.
Entah untuk biaya makan minum, ataupun untuk pendidikan anak-anak, mama-mama penganyam di pedesaan di NTT tetaplah orang-orang pedesaan yang hidup ringkih dan sederhana dengan segala keterbatasan.
Du’Anyam lahir dari latar belakang seperti ini. Ada keprihatinan yang membuncah serentak kejelian melihat potensi yang bisa digali.
Sebagai salah satu bentuk kewirausahaan sosial, Du’Anyam merajut kolaborasi dengan mama-mama penganyam untuk melahirkan produk yang lahir dari tradisi lokal.
Selain fokus memberdayakan ekonomi lokal, Du’Anyam juga berusaha meningkatkan kesehatan perempuan pedesaan.
Sejak dimulai tahun 2014, Du’Anyam telah bekerjasama dengan ratusan penganyam di beberapa desa di NTT. Tidak hanya menjangkau pasar nasional, produk-produk Du’Anyam juga mampir di etalase-etalase pasar internasional.
Amerika, Jepang, Kanada, Milan dan beberapa negara lain telah kepincut dengan produk anyaman asal NTT ini.
Luar biasanya, Du’Anyam mendapatkan lisensi sebagai salah satu jenama yang diperbolehkan untuk menjual produknya dalam hajatan olahraga terakbar se-Asia, Asian Games 2018 lalu di Jakarta-Palembang.
Produk-produk yang dijual yakni kipas, pembatas buku, tatakan gelas hingga topi. Dan total yang terjual sebanyak 16 ribu produk anyaman.

Angin segar datang lagi menghampiri Du’Anyam. Pasalnya, pemerintah pusat mendorong agar produk-produknya bisa dijadikan souvenir pada perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 nanti.
Menteri Bappenas, Bambang Brodjonegoro menegaskan, pemerintah akan membantu untuk memuluskan impian ini.
“Syukur-syukur Du’Anyam bisa masuk di Olimpiade Tokyo untuk menjual souvenir,” kata Menteri Bambang dalam acara Indonesia Development Forum 2019, di Balai Sidang Jakarta Convention Center, 22-23 Juli 2019 lalu.
“Kebetulan sebagian besar souvenir acara ini dari Du’Anyam yang menggunakan produk NTT, dari pengrajin-pengrajin NTT,” tambah Menteri Bambang kala itu.
Menteri Bambang menambahkan, sejauh ini Du’Anyam telah berandil dalam memberdayakan ekonomi lokal di NTT.
Terhadap hal ini, salah satu Founder Du’Anyam, Hannah Keraf mengungkapkan, pihaknya siap menjawab tantangan dari Bappenas. Belajar dari Asian Games yang lalu, Du’Anyam telah memberikan yang terbaik. Itulah juga yang akan diusahakan di Olimpiade Tokyo tahun depan .
“Du’Anyam siap. Karena di Asian Games, kami menjual lebih dari 16 ribu produk, maka harapan kami, di Olimpiade ini bisa lebih dari itu,” kata Hannah.
Hannah menjelaskan bahwa hal ini juga sebagai persiapan jika tahun 2045 mendatang, Indonesia menjadi tuan rumah olimpiade.
“Seandainya keinginan Pak Presiden untuk Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2045, Du’Anyam ingin memberikan akses pasar bagi produk ibu-ibu dengan menjadi official merchandise-nya,” kata Hannah.