Fransiskus de Fransu, Keajaiban Tanda Tangan di Roster Belajar

Maumere, Ekorantt.com – Menjadi aktivis di Credit Union (CU) itu menyenangkan. Lebih dari sekadar pekerjaan, aktivis CU merupakan sebuah panggilan. Di dalamnya ada ruang untuk mengaktualisasikan diri, ada ruang untuk menyatakan diri.

Begitulah yang dirasakan Fransiskus de Fransu (52) selama hampir 30 tahun berkarya di CU.

“Sekali menjadi aktivis di Credit Union, sulit sekali untuk keluar darinya. Ibarat jatuh cinta, kita sulit untuk berpaling darinya,” ujar  Fransu, demikian sapaan akrabnya.

Pada tahun 1990, saat mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT) Kopdit Tuke Jung, ia mendengarkan motivasi dari seorang Romanus Woga, yang kala itu giat menyebarkan CU.

Ia terkagum-kagum dengan motivasi dari sang perintis CU NTT ini. Lantas, ia tertarik dan berencana untuk melamar menjadi aktivis CU di BK3D Bagian Timur.

“Kebetulan tempat tinggal saya di Iligetang. Setiap hari, saya lewat di depan kantor BK3D Bagian Timur. Saya penasaran, bagian timur ini, apakah Indonesia bagian timur, atau apa,” ujar de Fransu.

Sekembalinya dari kegiatan RAT, ia segera mengundurkan diri dari KUD. Selain karena konflik internal di KUD, ada pula kemauannya yang membuncah untuk mengabdikan diri di CU.

Setelah memasukkan surat lamaran, ia dipanggil Romanus Woga untuk mengikuti tahap wawancara. Tapi setelah diwawancara, tidak ada kabar, apakah diterima atau tidak. Baru setahun kemudian, ia dipanggil dan diputuskan untuk mulai bekerja.

Tepatnya,13 Mei 1991 ia mulai berkarya sebagai aktivis CU. Pada mulanya, ia mengemban tugas sebagai petugas lapangan. Ia turun ke kampung, ke desa, ke paroki untuk bertemu dengan orang-orang CU.

Sebagai orang baru di CU, ia menyaksikan semangat orang-orang CU yang tak kenal lelah. Mereka sangat antusias.

“Waktu itu sepeda motor masih langka. Saya diberikan sepeda motor. Dengan senang hati turun ke lapangan untuk bertemu pegiat CU dari kampung-kampung. Setiap saya turun, mereka sudah menunggu. Itu yang membuat saya bangga dan kuat,” cerita de Fransu.

Pria kelahiran 3 November 1967 bertumbuh dalam pengalaman. Perjumpaannya dengan banyak orang menempanya menjadi aktivis CU yang ulung.

Ia memberikan motivasi ber-CU dari kampung ke kampung. Bersama aktivis yang lain, ia menyemai benih CU di kampung. Kemudian, memberikan pemahaman tentang pentingnya CU kepada masyarakat luas.

“Memang ini tidak lepas dari peran Bapak Romanus Woga. Ke mana saja ia pergi, pasti saya ikut. Saat ia beri motivasi, saya menyimak. Kalau ada evaluasi saya juga terlibat aktif. Pokoknya, saya terus belajar dan proaktif kalau ada hal yang baru,” tutur bapak tiga anak ini.

Suami dari Irmina Klara de Rosari ini juga beruntung mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar negeri.

Pelatihan-pelatihan semakin mematangkan kapasitasnya dalam mengembangkan Puskopdit Swadaya Utama Maumere, yang terbentuk tahun 1996.

Misalnya pada tahun 1996, ia bisa “menikmati” pendampingan yang diberikan oleh gerakan koperasi kredit dari Kanada. Ada empat modul yang didalami saat itu yakni orientasi, manajemen organisasi, manajemen keuangan dan bisnis. Diperkenalkan juga diversifikasi simpanan dan sistem komputerisasi dalam pengelolaan keuangan di CU.

“Kita mendapatkan pendampingan yang bagus sekali. Pengurus Kopdit dari Kanada membimbing pengurus kita. Manajer dari Kanada memberikan pendampingan kepada staf manajemen. Ini juga sangat membantu saya,” kata de Fransu.

Setelah melewati tahap yang panjang, Fransu pun dipercayakan menjadi manajer Puskopdit Swadaya Utama Maumere pada tahun 2005.

Ia melakukan sejumlah terobosan yang berpengaruh besar bagi perkembangan CU di Sikka, Flores Timur dan Lembata hari ini.

Bersama pengurus, dirinya menyusun rencana strategis yakni mengembangkan CU dari konsep “kecil itu indah” menuju “besar itu kuat”. Jadilah, CU bertumbuh dan berkembang pesat hingga sekarang.

Dibalik karyanya sebagai aktivis CU, ada kisah unik ketika ia duduk di kelas 1 SMEA Sint Gabriel Maumere. Kala itu ia membuat roster belajar harian.

Setelah menulis semua mata pelajaran beserta jadwal, ia membubuhi tanda tangan di pojok kanan-bawah. Kemudian, ia menulis nama lengkapnya dan menambahkan jabatan “manajer” di sebelah bawah yang disekati garis sepanjang nama lengkap.

“Anda hebat,” begitu kata Suster Elfida yang juga adalah keluarga de Fransu saat melihat kata “manajer” di pojok paling bawah dari roster hariannya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA