Maumere,Ekorantt.com – Mengabdi sebagai dokter PTT di Puskesmas Wolofeo, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, menjadikan Ernestin Salma Jelalu (27) sungguh paham apa artinya pelayanan.
Eren begitu dokter muda ini disapa, kini memasuki tahun ketiga bertugas di Puskesmas tersebut. Selain melayani pasien umum, ia terpanggil untuk melayani pasien gangguan jiwa atau yang biasa disebut orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Bahkan, ia mengaku sudah terlanjur “jatuh cinta” dengan ODGJ.
Eren memandang pasien ODGJ adalah pasien “spesial” yang tidak hanya ingin disentuh fisiknya, tetapi juga jiwanya.
Melintasi medan yang berat menjadi menu perjalanan Eren setiap hari untuk mencapai rumah pasien ODGJ. Ia berkeliling untuk memberikan pengobatan sesuai dengan jenis gangguan jiwa yang diidap pasien.
Eren tidak takut dengan ODGJ. Ia justru merasa semakin tertantang untuk terus berbuat lebih, ketika melihat penderitaan para pasien sakit jiwa di pedalaman yang minim perhatian, baik dari pemerintah, maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.
“Ada begitu banyak orang yang sudah peduli dengan pasien sakit fisik tapi masih sedikit yang peduli dengan ODGJ,” ungkap Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat ini.
Ia mengatakan, saat ini, sebanyak 28 dari 54 ODGJ di wilayah kerja Puskesmas Wolofeo yang sudah mendapat pelayanan kesehatan.
“Dari 28 pasien yang sudah mendapat pelayanan medis, masih ada 2 pasien yang dipasung,” tuturnya kepada Ekora NTT, Selasa (23/3/2021).
Eren menyebut, ODGJ yang sudah didata itu tersebar di beberapa desa, seperti Desa Bu Utara 14 pasien, Bu Watuweti 6 pasien, Bu Selatan 6 pasien, Renggarasi 9 pasien, Poma 2 pasien, Detubinga 12 pasien, Tuwa 3 pasien dan desa Loke 2 pasien.
“Ada banyak alasan sehingga pasien menjadi sakit jiwa antara lain perasaan ditinggalkan orang terdekat, masalah dalam keluarga, masalah di tempat perantauan dan efek penggunaan Napza,” jelasnya.
Eren mengatakan, minimnya informasi dan kurangnya sosialisasi dari berbagai pihak tentang kesehatan jiwa, menyebabkan keluarga pasien dan masyarakat awam berpikir bahwa ODGJ tidak bisa dipulihkan.
“Keluarga lebih meyakini adanya keterkaitan dengan masalah adat budaya yang telah dilanggar dan juga unsur kekuatan magis,” tutup Eren.
Yuven Fernandez