Penyintas Bencana Flotim, Beberapa Anak Alami Trauma Ringan

Larantuka, Ekorantt.com – Sebayak 12 relawan dari Universitas Nusa Nipa Indonesia (UNIPA) Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) melakukan kegiatan pendampingan bagi anak-anak penyintas bencana banjir bandang dan angin kencang akibat siklon tropis Seroja di Flores Timur, NTT.

Dukungan psikososial diberikan untuk membantu anak kembali pulih dari trauma pascabencana, dan membekalinya dengan berbagai pengetahuan.

Kepala Program Studi Psikologi UNIPA, Maria N Nancy, menyebutkan, berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, ditemui beberapa anak mengalami trauma ringan setelah rumah mereka hanyut dan anggota
keluarganya meninggal. Ditemukan pula anak-anak yang mengalami gangguan perilaku dan emosi.

Hal ini diduga akibat dari masalah sosial seperti penelantaran, kekerasan dan pola pengasuhan yang
salah sebelum bencana terjadi dan situasi pascabencana.

“Banyak anak yang diasuh oleh nenek atau orang tua tunggal, karena banyaknya orang tua yang merantau ke luar kota atau ke luar negeri. Pada beberapa kasus, salah satu orang tua menikah lagi dengan cara adat,” katanya.

iklan

Akibatnya, banyak anak kurang mendapat kasih sayang dari orang tua, tingkat pendidikan anak rendah, terjadi kasus seks pranikah, hingga tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga.

Operation Team Leader, Seroja Indonesia NTT Cyclone Emergency Response, (SINCERE) WVI area Folres Timur, Sabu dan Rote, Berwaddin I Simbolon, menyebutkan, kegiatan dukungan psikososial dilakukan lewat pengembangan Ruang Sahabat Anak di Desa Nobo dan Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng, Flores Timur.

Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama 14 hari, termasuk 3 hari assessment di awal. Selain membantu anak pulih dari trauma pascabencana melalui dukungan psikologis awal (DPA), dukungan psikososial ini juga membekali anak dengan keterampilan emosi, pengetahuan tentang bencana hingga pendidikan reproduksi dan bagaimana mengenali dan menghindari terjadinya kekerasan seksual.

“Hasil kajian awal menunjukkan bahwa orang dewasa yang menjadi penyintas juga membutuhkan peningkatan kapasitas baik untuk pengasuhan maupun informasi kesehatan,” kata Berwaddin.

Dukungan psikososial juga diberikan untuk remaja dan orang tua. Pendekatan kepada orang tua maupun pengasuh harus dilakukan agar mereka dapat melakukan tindak lanjut ke depan untuk pemulihan kondisi psikologis anak-anak.

Sebelumnya, lebih dari 150 relawan telah mendapat pembekalan pelatihan psikososial dari WVI bekerja sama dengan Himpunan Psikologi (HIMPSI) NTT, tim relawan psikologi UNIPA dan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

Pelatihan diikuti oleh relawan yang berasal dari LSM lokal (IRGSC, JPIT), tim relawan psikologi, tokoh agama, dinas di kabupaten, serta guru dan pendamping forum anak untuk memberikan dukungan psikososial bagi para penyintas bencana di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Alor, Timor Tengah Selatan dan Flores Timur.

Untuk diketahui, WVI adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang hadir melayani dan berkolaborasi dalam pemberdayaan anak, keluarga dan masyarakat yang paling rentan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, advokasi dan tanggap bencana untuk membawa perubahan yang berkesinambungan tanpa membedakan agama, ras,
suku, dan gender.

Sejak tahun 1998, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak. Ratusan ribu anak di Indonesia telah merasakan manfaat program pendampingan WVI.

Yurgo Purab

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA