Maumere, Ekorantt.com – Nenek Adriana Mawar (80) tinggal bersama tiga orang cucunya di rumah reyot di Dusun Nangagale, Desa Wairbleler, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka. Rumah beralaskan tanah. Berdinding pelupuh. Sengnya sudah karat.
Bangunannya tak lagi tegak. Atapnya bocor bahkan hampir seluruh bagian dapurnya tak beratap. Jika hujan tiba, tidak ada aktivitas yang dapat dilakukan di dapur. Mereka pun terpaksa mengungsi ke rumah tetangga, adik dari Nenek Adriana sendiri.
Menurut cerita, Nenek Adriana dan cucunya tinggal di rumah tersebut setelah gempa tsunami 1992 lalu. Sekitar 29 tahun yang silam.
Rumah itu dibangun di atas sebidang tanah seluas 20 x 15 meter, milik anaknya yang merantau di Makassar.
Nenek Adriana hidup sederhana. Saban hari ia menghabiskan waktu bersama ketiga cucunya.
Semasa muda, Adriana adalah seorang bidan kampung. Namun, untuk membiayai hidup sehari-hari mereka mengandalkan belas kasih keluarga terdekat. Salah satunya, Wihelmus Herikus (26), sang cucu yang hanya bekerja serabutan.
Adriana memiliki tiga anak. Satunya berada di Bokang Wailamung, yang merupakan ayah dari ketiga cucunya yang saat ini tinggal bersamanya.
Sementara anaknya yang kedua tinggal di Makassar bersama anak dan istrinya. Menurut kabar saat ini cacat karena sebuah kecelakaan. Anaknya yang ketiga seorang perempuan. Tinggal di Pulau Besar.
Salah satu cucu Nenek Mawar, Maria Agustina Nona Adel saat ini kelas VII SMP Reinha Rosario Kewapante.
Ketua RT 04, Yohanes Nong Pas mengaku prihatin dengan keadaan keluarga Nenek Adriana. Ia sudah berusaha membantu meringankan beban mereka melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
Ia juga mengaku belum ada bantuan yang diberikan pemerintah daerah untuk keluarga Nenek Adriana. “Belum ada,” ujarnya.
“Saat ini sedang dibangun toilet sederhana atas bantuan dari yayasan Mama Belgi,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya pernah mengusulkan untuk membangun sumur, namun masih menunggu izin dari anaknya di Makassar.
Cucun Suryana
