Isi Waktu Luang, ASN di Manggarai Ini Jadi Pengrajin Perlengkapan Pertunangan

Ruteng, Ekorantt.com – Aneka perlengkapan pengantin saat acara tunangan dipajang di sebuah meja bundar di salah satu pojok ruangan lantai dua aula Manggarai Convention Center (MCC). Di samping meja itu, ada seorang perempuan berpakaian motif Manggarai sedang berdiri sambil meraba-raba barang-barang tersebut.

Perlengkapan pertunangan seperti ring box (tempat penyimpanan cincin), retu (penghias pengantin wanita), dan tubi rapa (penghias pengantin pria) itu merupakan hasil kerajinan tangan yang ditampilkan saat acara pengukuhan Dewan Kesenian Manggarai (DKM) pada 11 Juni 2021 yang dihadiri Bupati Manggarai, Herybertus Geradus Laju Nabit dan Ketua Dekranasda Kabupaten Manggarai, Meldy Hagur Nabit.

“Ini perlengkapan saat acara masuk minta (pertunangan),” kata pengrajin perlengkapan pertunangan itu ketika ditanya Ekora NTT.

Pengrajin itu bernama Oche Jem(34). Dia seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di bagian Humas Protokol Kabupaten Manggarai. 

Oche merintis usaha tersebut sejak awal pandemi Covid-19 masuk di wilayah Manggarai. Setiap pulang dari kantor, wanita asal Woang Ruteng, Kelurahan Pitak itu, selalu meluangkan waktunya di rumah untuk membuat kerajinan tangan.

iklan

Ia juga tak sendiri saat membuat barang-barang tersebut. Adik sepupunya, Rensi Ambas selalu membantunya. 

Ibu Onche memanfaatkan barang-barang bekas seperti kayu-kayu yang menurut orang banyak tidak berguna, sebagai bahan dasar pembuatan perhiasan tersebut. 

“Semua yang menurut orang tidak berguna itu saya coba untuk memanfaatkannya. Kemudian dahan kayu itu dipotong tipis,” sebutnya.

Untuk membuat ring box; kayu-kayu bekas sebagai bahan dasar, kemudian dihiasi dengan bunga alam, kulit jagung dan bunga pada daun tekelan.

Sedangkan untuk membuat retu dan tubi rapa, kata Alumnus Adma Jaya Makassar ini, bahan dasarnya dari manik-manik dan kain.

“Walaupun retu yang saya buat itu hasil modifikasi,” ujarnya.

Barang-barang hasil kerajinan tangam Ibu Oche, ASN di Manggarai. (Foto: Adeputra Moses)

Seni sebagai Panggilan Jiwa

Sejak mengenyam pendidikan pada bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ibu Oche belajar menjahit secara otodidak. Bahkan sampai sekarang, ia juga bekerja sebagai penjahit pakaian.

Kerajinan tangan memang satu desahan napas dengannya. Seni menjadi panggilan jiwanya.

Seni, kata dia, menjadi ruang melepas penat ketika ia selesai beraktivitas di kantor.

“Intinya pada saat saya capek saya mau alihkan capek itu ke pekerjaan seperti ini,” ucapnya.

Menurutnya, selama ini sudah banyak yang memesan dan membeli barang-barang hasil kerajinan tangannya itu.

“Hampir semua yang pesan selama ini mengaku puas. Walaupun barangnya mewah, tetapi harganya di bawah harga mewah,” pungkasnya.

Adeputra Moses

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA