Labuan Bajo, Ekorantt.com – Labuan Bajo tidak hanya menawarkan wisata alam yang eksotis dan memanjakan mata, tetapi ada juga cemilan yang wajib dicoba dan bawah pulang. Salah satunya Ting ting Jahe. Memiliki tekstur garing dan renyah cemilan ini sangat cocok buat Anda yang lagi ngemil saat liburan.
Heru Purwaningsih (42) pengusaha cemilan yang ditemui Ekora NTT belum lama ini, mengaku, selain ting ting jahe ia juga memproduksi beberapa cemilan lain, seperti manisan asam, keciput, eggroll, dan pastel kering.
“Semua ini dibanderol seharga Rp.20.000 per jenis,” ujar wanita yang kerap disapa Kristin itu.

Kristin berujar beberapa produk olahannya sudah dipasarkan di Hotel Local Collection Labuan Bajo, juga di Rumah Pekerti, Golo Koe, Labuan Bajo. Rumah Pekerti merupakan sebuah kelompok industri rumahan khusus para ibu-ibu, lansia, juga disabilitas.
“Kalau di Rumah Pekerti saya termasuk dalam kelompok pengolahan dan pemasaran. Jadi saya belajar banyak hal dari rumah pekerti sampai saat ini,” ungkapnya.
Kristin menuturkan, ia menggeluti usaha itu sejak awal tahun 2018. Saat itu ia hanya memiliki modal Rp.2.000.000. Nekat dan berani ambil resiko jadi tantangan tersendiri baginya. “Tetapi kita harus mencoba dan terus belajar,” cetusnya.
Geliat usaha Kristin pun terus meningkat. Ting ting jahe buatannya mulai laku di pasaran. Begitu pun produk olahan lain. Beberapa OPD di kabupaten itu bahkan memesan darinya. Hari raya juga demikian.
Kepercayaan ini bukan tanpa alasan. Sebab selain berkualitas usahanya juga sudah mengantongi izin pangan industri rumah tangga (PIRT).
Kendati demikian, cemilan buatan Kristin tidak dijual secara online atau digital marketing. Ia mengaku tidak mengerti program tersebut. “Saya pernah dengar tetapi belum paham. Kadang teman saya yang posting di facebook hasil produk saya punya,” ucapnya.
Saat ini lanjut Kristin, ia sedang mengembangkan brand usahanya dengan nama Mintje. Ia berharap usahanya terus meningkat dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. “Saya juga harap semoga corona ini bisa cepat berlalu,” pintanya.
Inisiator Rumah Pekerti, Margareta Subekti mengatakan kelompok pengolahan dan pemasaran beranggotakan tujuh orang. Kelompok ini melakukan produksi selama dua kali dalam seminggu.
“Ada kelomok perfect fit fokus mengerjakan pembuatan pembalut setengah jadi, home stay dan Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo,” ujar wanita kelahiran Yogyakarta, 18 Februari 1962 ini.
Kelompok-kelompok tersebut kata dia, tersebar di beberapa wilayah di Kota Labuan Bajo, yakni Lancang, Batu cermin, Cewo Ndereng, Golokoe, dan Wae Nahi.
“Mereka berasal dari latar belakang dan aneka persoalan hidup yang berbeda, seperti, korban kekerasan dalam rumah tangga, korban pelecehan dan beberapa anak muda yang inisiatif mau belajar bersama,” katanya.
Sandy Hayon