Saatnya NTT Harus Dirikan SMK dan Akademi Koperasi

Maumere, Ekorantt.com – Provinsi NTT yang terdiri atas 21 kabupaten dan satu kota dengan total luas wilayah sebesar 48718, 10 km2 dikenal sebagai surganya koperasi.

Pasalnya, hampir di semua kabupaten dan kota memiliki koperasi sehat dan berprestasi.

Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengawasan Koperasi pada Dinas Koperasi dan Nakertrans NTT Ahmad Abas pada 17 Agustus lalu seperti dilansir Nusadaily.com menyebutkan jumlah koperasi di NTT 4.189, terdiri atas 3.831 (91,45%) yang aktif dan 358 yang tidak aktif dengan jumlah anggota koperasi di NTT mencapai 2.157.780.

Mantan Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga kaget sekaligus mengapresiasi NTT memiliki jumlah koperasi terbanyak di Indonesia.

Tidak hanya terbanyak tetapi NTT juga memiliki banyak koperasi sehat dan berprestasi. Kondisi itulah yang menjadi salah satu pertimbangan NTT menjadi tuan rumah Hari Koperasi Nasional tahun 2015.

iklan

Peningkatan SDM Koperasi

Rully, salah seorang warga Kota Maumere mengatakan NTT yang menjadi surganya koperasi tidak hanya berkutat pada urusan simpan pinjam tetapi perlu peningkatan SDM terhadap pekerja di koperasi.

Faktanya, kata Rully, yang bekerja di koperasi-koperasi ini dari pelbagai basic ilmu dan tidak dari basic ilmu koperasi.

“Sudah saatnya di NTT dibangun Akademi Koperasi sehingga dapat menyerap tamatan untuk bekerja di koperasi yang tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi NTT,” katanya.

Hal senada diungkapkan Lambert warga Waidoko, Kelurahan Wolomarang,mKabupaten Sikka yang menyatakan perlu mempersiapkan SDM generasi muda Sikka dari awal dengan membangun SMK Koperasi.

Kenapa harus SMK Koperasi? Ia memberikan alasan bahwa masyarakat NTT punya cita-cita besar dan memiliki harapan tinggi agar anak-anak yang disekolahkan cepat bekerja.

“SMK Koperasi merupakan solusi terbaik karena setelah tamat mereka akan direkrut untuk bekerja di koperasi karena punya pemahaman khusus di bidang koperasi,” kata Lambert.

Efek langsung, ujar Lambert, selain langsung direkrut untuk bekerja karena paham tentang koperasi juga nilai kekeluargaan dan gotong royong akibat kemauan untuk berkumpul lebih dari satu orang.

“Koperasi tumbuh subur di NTT karena nilai kekeluargaan dan gotong royong yang sudah lama hidup dalam budaya kita,” tandasnya.

Dikatakan Lambert, melalui pendidikan di SMK Koperasi terlestarinya budaya gotong royong sehingga melahirkan tenaga-tenaga terampil untuk membesarkan koperasi.

Tentang Akademi Koperasi, Lambert mengatakan para manajemen yang tergabung di Puskopdit juga harus melihat peluang ini agar kesinambungan setelah menamatkan SMK Koperasi bisa ke jenjang lebih tinggi.

“Kalau orang tua menyanggupi untuk melanjutkan ke Akademi Koperasi, yah syukur. Tapi kalau tamatan SMK Koperasi itu ingin langsung bekerja maka bekal pengetahuan khusus tentang ilmu koperasi sudah ada,” jelas Lambert.

Aspirasi Masyarakat

Terhadap wacana pendirian SMK dan Akademi Koperasi sehubungan dengan menjamurnya koperasi di NTT, Wabup Sikka Romanus Woga mengatakan ide pendirian Akademi Koperasi ini harus dijadikan sebagai aspirasi masyarakat.

Romanus mengatakan bila hal itu muncul dari tingkat primer dimana para manajemen mengikuti pelatihan dan ada kebutuhan, sebaiknya ada akademi spesial yakni koperasi akan lebih kuat gaungnya untuk kehadiran Akademi Koperasi di NTT.

Tokoh Koperasi Indonesia mengakui selama ini di tingkat nasional hanya ada Institut Koperasi di Bandung.

“Pernah di tahun 1980-an Inkopdit BK3I waktu itu ancang-ancang untuk bangun Institut Koperasi Indonesia tapi hingga kini tidak bisa dilaksanakan terkendala dana. Tapi saat ini banyak koperasi di NTT dan jika salah satu spin of pendidikan dengan hadirnya Akademi Koperasi di NTT akan bermartabat dimana kehadirannya mendorong anak muda NTT untuk memiliki ilmu koperasi dan melestarikan koperasi itu sendiri,” kata Romanus kepada Ekora NTT di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Ketua DPD Partai Nasdem Sikka ini juga berkisah di tahun 1960-an ada SMEA dengan tiga jurusan pamungkasnya yakni jurusan koperasi, tata buku dan tata usaha.

Kakaknya (Yosep Woga, red), kisah Romanus, merupakan tamatan SMEA Jurusan Koperasi dan kembali ke Sikka menjadi Ketua Koperasi Kopra di Sikka, termasuk E.P. da Gomez.

“Yang bekerja di koperasi saat ini tamatan perguruan tinggi yang jurusan akuntansi, ekonomi sementara basic ilmu koperasi hampir tidak ada. Kekuatan ilmu koperasi diperolehnya hanya lewat pelatihan-pelatihan saja,” kata Romanus.

Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA