“Bersama Kita Bisa Menjadi Sehat dan Berharga”

Borong, Ekorantt.com – Om Seltus tampak mondar-mandir di depan rumahnya. Sepertinya, ia baru bangun tidur siang. Kedua kantung matanya masih terlihat membengkak, saat saya menyambangi kediamannya di Kembur, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur pada Rabu (19/1/2022), sekitar pukul 14.00 WITA.

“Saya siap-siap dulu. Saya belum mandi,” teriak Om Seltus dari teras rumahnya ketika melihat saya yang hendak memarkirkan sepeda motor di pinggir jalan.

Ia terlihat sangat bersemangat. Padahal, dua hari sebelumnya, saat kami bertemu untuk memberitahukan tentang kegiatan Natal dan Tahun Baru Bersama Orang-Orang yang Pulih dari Derita Jiwa, Om Seltus tampak kurang bersemangat.

“Ok!”, sahut saya. “Om Seltus mandi dan siap saja dulu. Sebentar ada oto (mobil) yang datang jemput.”

Om Seltus langsung masuk ke dalam rumahnya. Saya batal memarkirkan sepeda motor dan terus ‘tancap gas’ menuju rumah Tanta Leni di Peot. Saya hendak memberitahukan hal yang sama.

iklan

Saat saya tiba di rumahnya, Tanta Leni baru bangun tidur siang dan masih bermalas-malasan di dalam kamar. Saya memberitahukan ke mamanya agar Tanta Leni segera bersiap-siap ikut Misa Syukur Natal dan Tahun Baru Bersama Orang-Orang yang Pulih dari Derita Jiwa di Caffe for Rest, Desa Golo Kantar, sekitar dua kilometer arah barat kota Borong.

Mendengar suara saya, Tanta Leni langsung keluar dari kamar. Ia menyapa saya dan menyatakan untuk segera mengganti pakaian.

“Tanta Leni bisa ikut misa atau masih mengantuk? Kalau masih mengantuk, biar tidak usah ikut,” kata saya setelah melihat kondisinya yang kurang bersemangat.

“Saya ikut. Saya sudah mandi. Tinggal ganti pakaian,” timpal Tanta Leni.

“Baik,” kata saya. “Tanta Leni tunggu di rumah. Sebentar ada oto yang jemput. Kita mulai misa jam 04.00 sore.”

Om Seltus dan Tanta Leni merupakan dua dari sekitar 20-an orang yang pulih dari derita jiwa di Kabupaten Manggarai Timur. Mereka pulih setelah rutin mengonsumsi obat khusus dari petugas medis.

KKI Manggarai Timur bekerja sama dengan Parennial Institute, Stefan Gandi Institut, Komunitas CIKO, dan Caffee for Rest Borong, menyelenggarakan Natal dan Tahun Baru Bersama Orang-Orang yang Pulih dari Derita Jiwa ini pada Rabu sore, sekitar pukul 16.00 WITA.

Total ada enam orang pasien pulih yang ikut kegiatan tersebut: dua dari wilayah Waelengga, dua dari Desa Ngampang Mas, dan dua orang dari wilayah Borong.

“Setelah lima tahun KKI mendampingi saudara-saudari yang alami derita jiwa, baru kali ini adakan natal dan tahun baru bersama mereka yang pulih,” kata Markus Makur, koordinator relawan KKI Manggarai Timur.

Kegiatan tersebut diawali dengan misa syukur yang dipimpin oleh Provinsial SVD Ruteng, P. Paulus Tolo, SVD bersama Romo Hermen Sanusi, Pr. Perayaan misa berlangsung khidmat.

Dalam homilinya, Romo Hermen mengajak semua umat untuk memperhatikan sesama yang menderita, seperti orang-orang yang saat ini sedang terpasung karena derita jiwa.

“Kita harus menjadi seperti lilin yang rela menghancurkan atau menghabiskan dirinya demi menerangi ruangan yang gelap,” katanya.

Pater Paul menyampaikan hal serupa. Ia mengajak umat yang hadir untuk terlibat, berempati, dan bersolidaritas melayani sesama yang lemah dan terpinggirkan.

Provinsial SVD Ruteng, P. Paulus Tolo, SVD menyerahkan bantuan sembako kepada salah satu orang yang pulih dari derita jiwa. (Foto: Ekora NTT)

Usai perayaan ekaristi, dilanjutkan dengan pemberian bantuan sembako kepada saudara-saudari yang telah pulih itu.

Bantuan tersebut bersumber dari hasil penjualan buku ‘P. Servulus Isaak, SVD: Discernment Gagasan, Sikap, dan Nilai Hidup’ dan sumbangan pribadi Stefanus Gandi.

Adapun jenis sembako yang diberikan yakni beras, minyak goreng, mie, dan beberapa lainnya.

Turut hadir dalam kegiatan itu, Sekda Manggarai Timur, Boni Hasudungan Siregar, bersama beberapa pejabat lainnya.

Air Mata Haru

Markus Makur tidak bisa membendung air matanya ketika berbicara sebelum pembagian sembako tersebut.

“Saya minta maaf karena tidak semua yang pulih bisa hadir hari ini. Tentu ini keterbatasan kami sebagai relawan,” katanya terbatah-batah.

Ia mengatakan, selama relawan mengunjungi orang-orang yang mengalami derita jiwa, belum pernah ada penolakan, baik dari pasien, maupun dari keluarga mereka.

“Mereka anggap kami seperti keluarga,” ujarnya.

Perjalanan lima tahun – sejak 2017 – jadi relawan KKI, kata dia, sungguh berharga dalam hidupnya.

Menurutnya, mengurus pasien yang mengalami derita jiwa butuh keterlibatan banyak pihak, baik pemerintah, lembaga agama, maupun masyarakat.

Ia berterima kasih kepada Pemerintah Manggarai Timur yang telah menunjukkan perhatian terhadap orang-orang yang mengalami derita jiwa.

“Pak Sekda, di Rembong-Mukun, Kota Komba Utara itu ada yang sudah 30-an tahun terpasung. Mungkin bisa bantu. Kami relawan tidak bisa membuka pasungnya karena harus ada rekomendasi dokter dan persetujuan keluarga dan masyarakat sekitar,” tutur Markus.

Sekda Boni menyampaikan terima kasih kepada relawan, petugas medis, dan semua orang yang dengan caranya masing-masing telah memperhatikan masyarakat Manggarai Timur yang mengalami derita jiwa.

“Saya bahagia sekali bisa ikut kegiatan yang istimewa ini karena menggerakkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama,” katanya. “Semoga kita semua ke depannya bisa semakin tergerak, bergerak bersama, dan menggerakkan banyak orang lagi untuk memperhatikan sesama yang menderita.”

Pemerintah Manggarai Timur, lanjutnya, tentu akan terus memperhatikan masyarakat, khususnya orang-orang yang mengalami derita jiwa.

“Kepada saudara-saudari yang sudah pulih, mari kita bersemangat untuk membangun hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Kikis Stigma

Ketua KKI NTT, P. Avent Saur, SVD, mengatakan merayakan syukur kepada Tuhan atas keadaan pulih umatnya yang menderita sakit adalah sesuatu yang wajar dalam konteks iman.

Perayaan tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa umat yakin, Tuhan terlibat dalam proses-proses pemulihan. “Sebab Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang terlibat, yang solider pada keadaan apa pun pada umat-Nya,” katanya.

“Kiranya kita tetap teguh dalam iman bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai kita dalam proses-proses selanjutnya,” tambahnya.

Pater Avent berharap, dengan perayaan misa syukur tersebut, stigma bahwa gangguan jiwa itu disebabkan oleh roh jahat atau karena kurang iman akan semakin berkurang bahkan hilang dari pikiran umat lain atau masyarakat.

“Dalam terang penyertaan Tuhan itu, relawan akan terus bergerak peduli dan kiranya makin menggugah sekian banyak orang untuk peduli bersama,” ujarnya.

Ia mengaku bersyukur atas keterlibatan pemimpin SVD Ruteng dalam perayaan ini. “Sebab daya ubah atau daya pengaruh dari keterlibatan seorang pemimpin kongregasi, apalagi pemimpin Gereja Lokal, sangat terasa buat relawan dan keluarga serta buat penyandang disabilitas psikososial/mental,” katanya.

Perayaan Natal dan Tahun Baru Bersama Orang-Orang yang Pulih dari derita jiwa menjadi kegiatan kolaborasi lintas komunitas dan instansi perdana yang digagas KKI Manggarai Timur.

Semoga kerja-kerja kolaboratif ini terus berjalan ke depannya, khususnya dalam memperhatikan atau melayani sesama yang mengalami kesulitan, baik karena sakit maupun karena keterbatasan-keterbatasan lainnya.

“Bersama kita bisa menjadi sehat dan berharga.”

Rosis Adir

 

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA