Kisah Lasarus Sura Boruk Panen Mete setelah Peremajaan

Larantuka, Ekorantt.com – Jambu mete (Anacordium Occidentale) merupakan jenis tanaman komoditi yang menjadi sumber pendapatan petani di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang.

Ada banyak petani yang menggantungkan hidup ekonominya dari komoditi mete. 

Sayangnya, sejak satu dekade belakangan banyak petani yang terpaksa membiarkan saja tanaman mete tak terurus lantaran hasil yang tidak cukup memuaskan. 

Menariknya, kondisi ini justru berbeda dengan yang dilakukan Lasarus Sura Boruk (58). 

Perjumpaan dan sharing-nya dengan banyak kalangan tentang cara meremajakan pohon mete ikut memantapkan daya juangnya untuk melakukan peremajaan mete di kebunnya.  

iklan

Di atas lahan seluas satu setengah hektare miliknya,  seratus  pohon mete yang telah mencapai usia 20 tahun diremajakannya.

“Usia pohon mete ini kira-kira dua puluh tahun lebih, tidak lagi berikan hasil optimal, makanya saya pikir sebaiknya ditebang atau istilahnya diremajakan,” ungkap Lasarus.

Lasarus mengaku, awalnya ragu-ragu juga. Bagaimana nasib seratus pohon mete itu ketika diremajakan dan justru tidak memberikan hasil yang memuaskan. 

Ia lantas nekat melakukan penebangan pada tahun 2015 silam. 

“Saya rela tebang pohon mete yang sudah tua, saya tebang dan kemudian saya rawat hingga akhirnya kembali muncul tunas-tunas baru dari pohon yang ditebang,” tutur Lasarus.

Berfoto di kebun mete yang sudah diremajakan/Ekora NTT

Dari tunas-tunas baru yang tumbuh untuk setiap pohonnya hanya diperbolehkan satu tunas saja yang dibiarkan.

Caranya, ia memilih tunas paling besar dari pohon tersebut, sedangkan tunas yang lainnya yang ikut tumbuh dipangkas. 

“Puji Tuhan dari usaha dan kerja keras saya untuk merawat tunas baru tersebut kini sudah dua tahun berturut-turut ini, 2021 dan 2022 saya memperoleh pendapatan yang cukup tinggi hingga jutaan rupiah,” cerita Lasarus lagi.

Ia pun memprediksi hingga akhir masa panen tahun, hasil yang diperoleh dari peremajaan mete di kebunnya bisa mencapai 600 kg.

Thomas Uran dari LSM Yayasan Ayu Tani Mandiri mengemukakan, apa yang dilakukan Lasarus adalah satu kerja yang wajib juga diikuti para petani lainnya di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur,demi mendapatkan hasil yang menguntungkan untuk pendapatan ekonomi keluarga.

“Saat ini kita berhadapan dengan perubahan iklim yang tak menentu. Banyak dari hasil komoditi yang usianya mencapai puluhan tahun tidak lagi memberikan hasil yang optimal sehingga kita butuh banyak sekali inovasi yang ramah lingkungan semisal peremajaan mete yang dilakukan Bapak Lasarus itu,” kata Thomas.

Panen mete yang jatuh sendiri sambil memisahkan biji dari buahnya/Ekora NTT

Thomas menambahkan, pihaknya tengah mendampingi anak-anak muda yang disebut aktor lingkungan atau para local champion yang menjadi agen di tengah kelompok masyarakat. 

Para local champion ini, menurut Thomas, akan ikut dalam kampanye-kampanye tentang aksi untuk mencintai dan merawat lingkungan alam sekitarnya. 

Mereka juga akan berperan sebagai auditor sosial yang melihat dan merasakan dari dekat situasi di lingkungan sekitar mereka dan memberikan masukan berharga bagi para stakeholder di desa tempat mereka tinggal.

Kontributor: Maria Mone Soge (Guru SMAN 1 Wulanggitang, Local Champion dari Desa Hewa, Kabupaten Flores Timur)

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA