Kesan Warga Flotim yang Terpilih Ikut Tim Bantuan Kesehatan RI ke Pakistan

Larantuka, Ekorantt.com – Salah satu pemuda Flores Timur Markus Molan Purap terpilih untuk ikut bergabung dengan tim kesehatan dalam misi bantuan kesehatan dari Pemerintah Indonesia ke Pakistan selama Oktober.

Markus berkisah, pada 26 September 2022, ia mendapat kabar dari koordinator pelayanan farmasi klinik bahwa dari Rumah sakit RSCM diminta satu tenaga apoteker yang sudah berpengalaman dalam kegiatan pengobatan massal untuk bergabung dengan Tim RI ke Pakistan.

Adapun kriteria personil yang berangkat dalam misi tersebut harus memiliki kompetensi standar sesuai profesi masing-masing juga punya pengalaman melakukan pengobatan massal di masyarakat.

“Karena saya memiliki rekam jejak sebagai apoteker nusantara sehat yang pernah mengabdi di daerah pedalaman Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara selama dua tahun dari 2016-2018, hal ini mungkin menjadi salah satu pertimbangan mengapa saya terpilih untuk berangkat ke Pakistan,” ujarnya kepada Ekora NTT.

Bantuan tim Pemerintah RI ke Pakistan menyusul adanya laporan soal kondisi banjir di Pakistan, yang mana lebih dari dua juta rumah terkena dampak banjir dahsyat.

iklan

“Lebih dari 1,3 juta rumah hancur sebagian dan 800.000 hancur total. Sekitar 13.115 km jalan rusak, dan 436 jembatan rusak sebagian atau hancur. Secara total, 1.730 orang telah meninggal, dan 12.867 menderita luka-luka. Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa sekitar 7,9 juta orang masih mengungsi sementara. Sekitar 20,6 juta orang dan 650.000 pengungsi yang rumahnya terkena dampak banjir membutuhkan bantuan kemanusiaan,” beber Markus lebih jauh.

Ia mengatakan Pemerintah Pakistan telah merespon dengan meminta dukungan Badan PBB dan mitra kemanusiaan untuk memastikan respon terkoordinasi dengan baik dalam hal makanan, obat-obatan, kesehatan, air, sanitasi dan bantuan non makanan.

Daerah yang terdampak banjir di Sindh dan Balochistan, kata Markus, wabah penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor terus meningkat, terutama karena rusaknya fasilitas kesehatan dan genangan air.

“Berdasarkan kajian kebutuhan cepat di distrik-distrik yang paling parah terkena dampak di Sindh menunjukkan bahwa tiga puluh tujuh persen dilaporkan bahwa fasilitas kesehatan terdekat tidak berfungsi, dan keterbatasan kapasitas fasilitas kesehatan,” ujarnya.

Markus menyebut, hingga 5 Oktober, menurut Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Pakistan, hampir 2.000 fasilitas kesehatan telah rusak atau hancur. Situasi kesehatan juga diperburuk oleh kurangnya fasilitas sanitasi yang memadai.

Kepada media, Markus melaporkan, sebagian besar Provinsi Sindh tetap tergenang pasca banjir terutama di District Mirpur Khas. Diperkirakan 5,5 juta orang tidak lagi memiliki akses air minum yang aman karena rusaknya infrastruktur air dan fasilitas sanitasi.

“Banjir saat ini telah mengakibatkan kerawanan pangan dan malnutrisi di daerah yang terkena banjir. Diperkirakan 14,6 juta orang membutuhkan bantuan makanan dari Desember hingga Maret 2023 hal ini meningkat lebih dari 100 persen dari perkiraan sebelum banjir dan termasuk 4 juta orang dalam kategori kekurangan pangan,” jelasnya.

Berdasarkan informasi, sebut dia, dampak banjir monson mengakibatkan pelayanan kesehatan terganggu sehingga Pemerintah Indonesia merespon permintaan Pemerintah Pakistan yang telah meminta dunia internasional untuk dapat mengirimkan bantuan.

“Atas dasar tersebut Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengirimkan bantuan kemanusian dalam logistik dan tim medis (Indonesian Medical Team) ke Pakistan yang terpusat di 2 (dua) lokasi yaitu District Mirpus Khas dan District Malir Karachi Province Sindh,” paparnya.

Kegiatan di Pakistan

Sebelum berangkat sebagai apoteker handal, Markus Molan Purap membuat perencanaan kebutuhan obat, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang akan dibawa dari Indonesia untuk kebutuhan pelayanan kesehatan selama 1 bulan di Pakistan.

“Setelah sampai di Pakistan saya bersama tim logistik yang terdiri dari 10 orang (perawat dan public health) melakukan pemilihan dan pengelompokkan obat untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di dua tempat yaitu District Mirpus Khas dan District Malir Karachi Province Sindh. Pada kegiatan pelayanan kesehatan ini, saya ditunjuk sebagai koordinator pelayanan kefarmasian. Saya bersama tim logistik, satu hari sebelum pelayanan kesehatan selalu menyiapkan obat-obatan, alat kesehatan dan BMHP untuk digunakan esok harinya,” kisah dia.

Markus sedang melayani pasien di posko tim kesehatan Indonesia di Pakistan (Foto: Dokumentasi Pribadi/HO)

Ia menuturkan, pihaknya bersama tim membuat puyer obat demam, puyer batuk pilek anak dan puyer antibiotik untuk keperluan pasien anak.

Pada hari H, jelasnya, pelayanan kesehatan tim logistik melakukan pelayanan resep yang mencakup penerimaan resep, verifikasi, pengambilan obat berdasrkan resep, pelabelan dan penyerahan obat yang disertai dengan pelayanan informasi obat dan atau konseling obat kepada pasien.

“Tujuan kegiatan di Pakistan berkolaborasi dan bekerja sama dengan tim kesehatan guna melakukan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan farmasi kepada masyarakat korban bencana banjir di lokasi pengungsian,” terang Markus.

Ia mengungkapkan saat tiba di Pakistan, dirinya harus menggunakan Bahasa inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Sindhi atau Bahasa Urdu Pakistan oleh penerjemah yang berasal dari Satuan Tentara Kesehatan dan Polisi setempat.

“Saya juga berusaha untuk belajar dan mengunakan Bahasa Sindhi dalam menjelaskan obat sejak pertengahan bulan Oktober 2022,” katanya.

Ia menyebut, total pasien yang dilayani selama melakukan pelayanan kesehatan di District Mirpurkhas dan District Malir selama Oktober sebanyak 6.503 orang.

“Banyak kasus ISPA dan Febris dikarenakan banyaknya pengungsi yang tinggal di tenda yang tidak mempunyai dinding sebagai penutup sehingga menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan lokasi pengungsi yang berdebu,” katanya.

Selain itu, kasus dermatitis atau penyakit kulit yang banyak ditemukan akibat personal hygiene yang kurang. “Jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan selama pelayanan kesehatan sebanyak 138 orang,” bebernya.

Ia menyebut, selama pelayanan kesehatan perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang melakukan pemeriksaan dan pengobatan.

Markus mengatakan hal yang menarik di Pakistan adalah penerimaan masyarakat terhadap kehadiran tim medis Indonesia sangat baik, ini terbukti dari antusias masyarakat untuk berobat ke posko pelayanan kesehatan Indonesia yang sangat tinggi.

“Semula target pasien yang ditetapkan untuk pelayanan oleh tim esehatan Indonesia adalah 100 orang per hari namun pada kenyataannya jumlah pasien yang berobat per harinya rata-rata 300-500 orang yang terdiri dari pasien bayi, balita, anak-anak, dewasa, lansia dan ibu hamil. Selain itu Pemerintah Pakistan beserta Dinas Kesehatan dan Tim Keamanan (Tentara dan Polisi) sangat baik dalam melakukan pedampingan sekaligus pengamanan selama tim kesehatan Indonesia bertugas,” bebernya.

Dirinya berharap masyarakat korban bencana di lokasi pengungsian, semoga bisa segera mendapatkan hunian dan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

“Harapan untuk kegiatan kemanusiaan seperti ini, semoga ke depannya terus diadakan dan ditingkatkan lagi managemen bantuan tim kesehatannya mulai dari persiapan sumber daya tenaga kesehatan, logistik obat dan makanan dan persiapan SOP pelaksanaan setiap kegiatan di lapangan,” pungkas Markus.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA