Larantuka, Ekorantt.com – Drs.Yakobus Milan Betan (54) tak menyangka akan kembali mengabdi di almamaternya SMA Negeri 1 Larantuka (Smansa Larantuka) dan menjadi kepala sekolah pada 19 Oktober 2015 silam.
Sejak menamatkan pendidikan SMA pada 1986, ia memilih kuliah di Undana dan tamat pada 1992.
Tahun 1993, ia mulai mengajar di SMP PGRI, hingga SMA PGRI maupun SMP Ratu Damai di Waibalun.
“Waktu itu honor masih Rp18.000. Satu jam kami dibayar Rp2.000. Tapi waktu zaman kami guru itu dicari karena profesi langkah,” katanya.
Pada tahun 1998, ia berkisah bahwa dirinya lolos PNS dengan penempatan di SMPN II Solor Barat.
Situasi sekolah waktu itu, kata Kepsek Milan, sangat memprihatinkan karena belum ada gedung yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
“Kami pada akhirnya harus numpang pada gedung SD untuk proses belajar mengajar,” ujarnya.
Saat itu, kata Milan, guru harus membawa sendiri kursi dari rumah. Hal itu berlangsung sampai bulan keenam.
Ia pun melihat, pelajaran masa itu yang paling penting dari siswa dan guru adalah kemauan.
“Dulu kami menulis menggunakan batu tulis tapi motivasi belajar siswa sangat tinggi,” tambahnya.
Pada 2003, Kepsek Milan pindah tugas di rumah almamater.
Awalnya ia sempat sungkan, apalagi kembali ke almamater yang sekarang sudah berubah status menjadi negeri. Meski begitu, dirinya tak patah arang. Akhirnya, tanggal 19 Oktober 2015 ia diangkat menjadi kepala sekolah di almamaternya.
Ia mengakui banyak perubahan saat dirinya masih jadi siswa dengan situasi sekarang saat dirinya jadi kepala sekolah.
“Luar biasa. Guru-guru sekarang ikut Bimtek, pelatihan KTS/K13, pelatihan metode pembelajaran, pelatihan PTK, pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Sertifikasi Profesi, pelatihan guru pembelajar, pelatihan fasilitator penulisan soal USBN,” bebernya.
Tak hanya itu, guru-guru juga mengadakan workshop revisi soal.
Artinya, lanjut Milan, pandemi tidak boleh dihindari tetapi harus kita hadapi. Justru hadirnya pandemi menurut Kepsek Milan adalah munculah kreatifitas dalam jejaring online menyangkut pembelajaran.
“Dengan adanya pandemi banyak aplikasi baru yang muncul. Kita bersyukur bahwa dengan pandemi kira dianugerahi banyak aplikasi. Orang berbudaya adalah orang mampu menghadapi tantangan,” imbuhnya.
Ketika Kepsek Milan sudah menginjakkan kaki di SMAN 1 Larantuka, beban yang harus dirinya pikul adalah guru-guru semasa ia menjadi siswa masih juga mengajar.
Ia mengatakan hal itu bukan semata jadi tantangan tetapi kebanggaan bagi dirinya.
“Setelah saya jadi kepala sekolah saya lanjutkan program yang baru. Soal peningkatan-peningkatan kemampuan guru juga siswa. Ada Bimtek bagi para guru. Dengan adanya Bimtek dapat meningkatkan profesionalisme para guru yang juga berdampak pada kualitas siswa,” tegasnya.
Untuk itu, ia menekankan bagaimana perubahan perilaku guru dalam mempersiapkan generasi muda.
Maka, ia pun berharap sekolah yang dipimpinnya jadi lebih baik dan ke depannya punya nilai jual semakin tinggi.
Hal itu sejalan dengan Visi SMAN 1 Larantuka yakni terwujudnya sekolah yang bermutu secara intelektual, emosional, dan spiritual.