Nagekeo Kembangkan Sorgum untuk Ketersediaan Pangan

Mbay, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Nagekeo mulai mengembangkan sorgum untuk mendukung ketersediaan pangan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

“Pangan lokal kita saat ini mulai berkurang peredarannya di masyarakat. Kita ingin kembangkan kembali penganekaragaman pangan pengganti beras,” ujar Kepala Dinas Pangan Daerah Nagekeo, Yosefina H. Hutmin, usai panen sorgum Kelompok Sehati-Boawae, Senin.

Ia menyebut salah satu program pemerintah ialah penyediaan pangan berbasis sumber daya lokal. Dalam implementasinya, Dinas Pangan akan berkolaborasi dengan Dinas Pertanian dalam penyediaan lahan untuk ditanami sorgum varietas hawali.

Yosefina menyatakan varietas itu memiliki daya tahan terhadap kekeringan. Selain itu, lebih tahan hama dan penyakit dan umur panen 100-110 hari.

Keunggulan lain ialah sekali tanam dapat dipanen beberapa kali dengan hasil rata-rata 296 ton/ha dan potensi panen kurang lebih 6 ton per ha.

iklan

“Bantuan dari kami berupa 20 kg benih, pupuk organik dan biaya pengolahan lahan dan operasional lainnya. Kelompok siap lahan dan tenaga kerja,” katanya.

Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do ikut panen sorgum Kelompok Sehati. Sorgum tersebut ditanam di lahan milik Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae dengan luas lahan 1 ha di wilayah Pemerintah Kelurahan Natanage Timur.

“Saya yakin paling lambat dua tiga tahun ke depan 2024-2025 pemandangan sorgum di dataran tinggi Boawae sudah jadi pemandangan yang luar biasa,” ucap Bupati Don.

Pastor Paroki Boawae RD Kletus Djo menyambut baik program pemerintah yang memanfaatkan lahan tidur sebagai lahan produktif.

Ia berharap lewat kegiatan bersama seperti ini dapat meningkatkan ekonomi, baik untuk umat maupun masyarakat.

“Terima kasih Bapak Bupati dan Dinas Pangan Daerah yang telah mendatangi tempat kami. Bersama kelompok tani dan para PPL kebetulan lahan paroki selama ini istirahat panjang dan mulai dihidupkan kembali. Saya menyambut baik niat dari dinas untuk boleh menggunakan lahan ini,” ungkap RD Kletus.

Mitigasi Risiko Pangan

Koordinator Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) Flores di Nagekeo, Amatus Wona Hewe, menjelaskan pengembangan pangan lokal di lahan kering merupakan salah satu upaya mitigasi untuk mengurangi dampak risiko bencana kekurangan pangan.

Pihaknya juga mengembangkan ubi cimanggu, jagung pulut lokal dan jagung putih untuk ketersediaan pangan. Pangan lokal tersebut dikembangkan dengan sistem demplot sehingga bisa ada alternatif untuk mendukung ketahanan pangan keluarga.

“Kami mendampingi program pengurangan risiko bencana di 13 desa. Kami bersyukur mendapat respon yang cukup baik dari kelompok tani,” kata Marsel.

Menurutnya, pihak YMTM selalu berkolaborasi dengan Dinas Pangan maupun Dinas Pertanian yang dimulai dari pembukaan lahan, penanaman hingga panen.

“Ke depan strategi untuk pengembangan lebih luas lagi sebagai upaya mitigasi,” ujar dia.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA