Bajawa, Ekorantt.com – Sejumlah petani kakao di Desa Wolomeze 1, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada mengeluh produktivitas kakao menurun dalam dua tahun terakhir akibat serangan hama.
Petani menyebut kondisi sulit itu jauh dari perhatian Pemerintah Kabupaten Ngada.
Wilibrodus Ngarong, salah satu petani di Desa Wolomeze 1 mengaku produksi kakao menurun drastis selama dua tahun belakangan. Sebelumnya, ia bisa panen sampai puluhan kilogram.
Adapun ciri-ciri kakao yang diserang hama yakni kulit buah berwarna hitam, buah mengering, hingga bijinya membusuk.
“Dari sisi harga, komoditi yang harganya bagus hanya kakao. Dulu saya panen bisa mencapai puluhan kilo dengan harga saat itu mencapai Rp70.000 per kilogram,” kata dia.
Wilibrodus mengatakan kakao merupakan salah satu sumber ekonomi utama bagi keluarganya. Kakao, lanjutnya, bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya yang kini sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar.
Dalam kondisi sulit, Wilibrodus mengatakan tidak pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah, baik dinas maupun petugas penyuluh pertanian mengenai cara mengatasi hama pada tanaman kakao.
“Hampir dua tahun pak, hama serang kakao kami. Kami juga tidak tahu bagaimana cara mengatasinya,” ujar Wilibrodus.
Petani lain, Lipus Minggu mengatakan, sebelum terserang hama, ia bisa panen hampir 50 kilogram dengan harga per kilogram Rp70.000. Pendapatan dari menjual kakao bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Lumayan dari hasil jual kakao, tapi hampir dua tahun ini turun sekali, jangan 50 kilo, 10 saja itu kalau rezeki,” tutur Lipus.
Ia berharap ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi petani secara nyata.
Sekretaris Desa Wolomeze 1, Bertolomeus Roga, mengaku pihaknya belum membantu mengatasi persoalan hama kakao di wilayah itu.
Kendala yang dihadapi ialah keterbatasan anggaran, apalagi dana desa saat ini sudah diatur sesuai juknis dari pemerintah pusat.
“Memang dari desa kita belum ada kebijakan untuk membantu, apalagi kita anggaran terbatas,” jelasnya.