Belajar dari Pasutri Muda di Sikka, Sukses Berjualan Nasi Kuning Hingga Buka Kios Sembako

Maumere, Ekorantt.com – Feky Fredison Sele, pria kelahiran tahun 1988 silam itu sejak masih kecil berobsesi ingin merantau. Ia meyakini kehidupannya akan sukses bila ia dapat merantau keluar dari tanah kelahiran di salah satu dusun kecil di Kabupaten Ende.

Cita-citanya memang tidak muluk-muluk. Ia mengaku datang dari latar belakang ekonomi sang ayah yang hanyalah seorang petani kecil yang pendapatannya sangat pas-pasan. Kondisi ini semakin berat karena ayahnya harus berjuang sekuat tenaga bermandi peluh membiayai dirinya dan lima orang saudaranya.

Setelah manamatkan pendidikan sekolah dasar dan menengah pertamanya di Ende, Feky memilih untuk meneruskan pendidikannya di sekolah negeri. SMKN di Maumere jadi pilihannya sampai tamat tahun 2007

Tidak terbetik sedikitpun mimpi untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Jiwa merantaunya telah melekat erat dalam sanubarinya. Feky akhirnya memutuskan diri untuk mengadu nasib ke Jakarta.

Berbekal pengetahuan otomotif yang dimilikinya, Feky memilih bekerja di sebuah bengkel mobil dengan profesi sebagai mekanik. Gaji yang diperolehnya hanya cukup untuk hidup sebulan. Untuk menabung tidaklah cukup.

Kerasnya kehidupan kehidupan Jakarta telah menempa Feky menjadi seorang dengan motivasi yang kokoh bahwa dunia swasta adalah dunianya orang kaya. Keadaan itu hanya akan dicapai oleh seorang pekerja keras, tekun, jujur, dan berhemat.

“Saya lihat di Jakarta itu banyak orang hidup baik hanya dengan berjualan di pinggir-pinggir jalan,” tutur Feky. Kisah sukses pedagang pinggir jalan inilah yang telah mendorongnya untuk mencoba.

Setelah menyunting Maria Kusmiati, perempuan Sunda-Jawa Barat menjadi kekasih hatinya, Feky memutuskan untuk kembali ke Maumere. Feky bersama istrinya memulai usahanya menjual nasi kuning di pinggir Jalan Wairklau Kelurahan Madawat, Kota Maumere.

Feky mulai uhasa menjual nasi kuning dengan mengontrak tanah milik Pemda Sikka. Jualan nasi kuningnya itu ternyata diminati pembeli. Bagaimana tidak, tempat yang dipilihnya itu sangat tepat, dekat rumah sakit, dan sekolah.

“Karena banyak yang suka, kadang pagi-pagi sekali nasinya belum matang orang sudah datang, selamat pagi dan ketuk pintu untuk  beli nasi kuning,” ujar Maria. Oleh karena usaha itu dinamai dengan ‘Nasi Kuning Selamat Pagi’.

Usaha ini bisa dikatakan tidak sepenuhnya berjalan mulus. Rezeki memang sudah diatur oleh Yang Kuasa. Mereka terus berusaha dan berdoa agar usaha yang dirintis berlajan mulus. Ternyata pandemi telah meruntuhkan perjuangan.

Sepi pembeli karena PPKM, mendorong Feky dan Mia menambah jenis jualannya. Bukan hanya nasi kuning, tetapi juga menyediakan sembako serta jaringan internet untuk memancing pembeli yang didominasi kaum pelajar.

Berkat kerja keras serta ketekunannya setiap harinya mereka punya penghasilan 1-2 juta rupiah. Dari keuntungan itu, Feky telah mampu membeli sebidang tanah di Kecamatan Kangae serta membangun tambahan sebuah kios.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA