Melawan Stigma

0

Dewasa ini, para penyandang disabilitas berjuang dalam tekanan stigma yang kuat. Masyarakat mengenal mereka sebagai individu yang tak berdaya. Mereka juga terus mengalami stigma yang menyebabkan kualitas diri dan kemanusiaan mereka mati.

Sadar atau tidak, stigma itu menghancurkan, melukai, dan secara tidak langsung membunuh. Mengapa? Karena ia lahir dari pikiran, pandangan, atau kepercayaan negatif.

Biasanya, hal-hal negatif menjadi senjata yang ‘mengikis’ harkat dan martabat kemanusiaan seseorang. Di lain sisi, masyarakat menganggap yang negatif sebagai hal biasa dan mempraktikkannya secara berulang.

Jika lingkungan masyarakat masih memegang stigma sebagai kebiasaan, dampaknya, penerima stigma yang juga adalah subyek akan mengalami sakit seumur hidup.

Dalam buku Stigma: Notes on the Management of Spoiled Identity yang ditulis oleh sosiolog Erving Goffman pada tahun 1963, ia menulis: “Stigmatized people are those that do not have full social acceptance and are constantly striving to adjust their social identities: physically deformed people, mental patients, drug addicts, prostitutes, etc”.

Artinya, orang yang terstigmatisasi adalah mereka yang tidak memiliki penerimaan sosial penuh dan terus-menerus berusaha untuk menyesuaikan identitas sosial mereka: orang cacat fisik, pasien gangguan jiwa, pecandu narkoba, pelacur, dll.

Apa yang ditulis Erving terbukti. Gaspar Gaa Aja (39) dari Dusun Sipi, Desa Ulupulu, Nangaroro, Matheus Mega dari kampung Raja bersama rekannya Nikwardus Lado adalah manusia unik dengan kecerdasan humanitas yang tinggi.

Mereka melawan stigma, memulihkan persepsi publik yang mengandung hal-hal berbau negatif. Intimidasi dan sarkasme membawa mereka keluar dari ‘kubur kematian’ dan bangkit sebagai manusia yang bernilai.

Tentu, tugas kita sebagai manusia normal adalah bertanggung jawab atas apa yang menjadi budaya buruk itu. Kepada pemerintah, bangunlah komunitas penyandang disabilitas di semua kabupaten!

Tidak hanya itu, Dinas Sosial harus menjadi pelancar untuk mendata jumlah penyandang disabilitas. Dengan demikian, ketika mereka benar-benar ada sesuai jumlah, kita mendukung opus manuale mereka.

Tujuannya, memanusiakan mereka seperti kita memanusiakan diri kita sendiri!

Pintu Air Cabang Surabaya Jalankan Spirit Memberi Rasa Nyaman kepada Anggota

Surabaya, Ekorantt.com – KSP Kopdit Pintu Air Cabang Surabaya menjalankan spirit sederhana untuk memberikan rasa nyaman kepada semua anggota.

“Semua staf memberikan rasa nyaman kepada anggota, meski anggota tersebut sedang bermasalah,” ungkap Petronela Binsasi, Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Surabaya yang dihubungi Ekora NTT, Rabu (31/8/2022).

Ia mengatakan, momok paling menakutkan pada hampir semua lembaga keuangan yang bergerak dalam dunia perkreditan adalah kredit lalai atau kredit macet, jadi perlu ada pendekatan humanis.

Untuk menangani masalah tersebut, Petronela berpesan kepada semua Staf Pintu Air Cabang Surabaya supaya membangun relasi lewat komunikasi yang akrab dengan semua anggota.

“Ketika mereka turun ke lapangan, mereka bukan sebagai debt-collector,” demikian disampaikan Petronela.

Petronela Binsasi, Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Surabaya saat menyapa dan melihat usaha anggota/Ekora NTT

“Pada prinsipnya staf dari Pintu Air punya tugas utama adalah menjadikan semua anggota merasa nyaman setelah bergabung di KSP Kopdit Pintu Air,” ungkapnya.

Ia menceritakan, menjelang akhir bulan, staf manajemen sudah berhubungan dengan anggota yang belum menjalankan kewajibannya; baik dalam bentuk membayar simpanan wajib maupun membayar pinjamannya.

“Program rutin yang selalu dilakukan staf manajemen adalah mengirimkan pesan melalui WhatsApp dan kontak via telepon. Cara ini untuk mengingatkan anggota agar tidak lupa dengan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati,” katanya lagi.

Menurut Petronela, apabila sampai pada tanggal jatuh tempo anggota belum juga menyelesaikan kewajibannya, maka staf akan mengunjungi rumah atau tempat usaha dari anggota tersebut.

“Biasanya kami turun tim, baik Komite maupun manajer berbaur bersama staf turun ke lapangan mengunjungi anggota,” tutur Petronela sembari menambahkan, ketika menemui anggota yang pertama-tama dilakukan adalah menyapa mereka dengan santun.

Ia bilang, dengan bahasa yang santun akan membuat anggota membuka hati dan berkomunikasi lebih jauh tentang kesulitan yang membuatnya belum menjalankan kewajibannya.

“Mereka akan merasa didengarkan soal problem yang mereka hadapi. Keterbukaan yang disampaikan anggota akan menjadi jalan terang tim untuk memberikan solusi buat anggota tersebut,” jelas Petronela.

Buah manis yang diperoleh dari relasi positif tersebut, lanjut Petronela, berdampak pada pertumbuhan jumlah anggota yang telah menyentuh 2.400-an anggota dengan jumlah kelompok dampingan tengah mencapai 30 kelompok.

Mie Instan vs Pangan Lokal

0

Oleh: Eto Kwuta*

Berita-berita aktual pada awal Agustus menyentil harga mie instan yang naik tiga kali lipat. Kenaikan harga ini mematahkan daya beli konsumen Indonesia. Secara psikologis, berita tersebut mengganggu daya bisnis pemilik usaha, distributor, para pembeli, dan barangkali masyarakat Indonesia.

Dilansir Okefinance pada Rabu (10/8/2022), “Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Indomie Bisa Rp9.000 hingga Samyang Hampir Rp60.000”. Kompas.com menurunkan juga berita “Bakal Naik 3 Kali Lipat, Simak Harga Mi Instan Terbaru di Indomaret, Alfamart dan Superindo Hari Ini” pada Rabu (10/8/2022).

Tak terkecuali, CNNB menulis artikel berjudul “Harga Mi Instan Sudah ‘Terbang’, Kini di Atas Rp 100 Ribu/Dus” pada Kamis (11/8/2022). Diceritakan CNNB, Hana, salah satu pemilik warung di Kamal, Kalideres mengaku untuk membeli satu dus mi instan goreng merek Indomie sekarang sudah di atas Rp100 ribu per dus atau isi 40. Padahal sebelumnya dia biasa membeli di bawah Rp100 ribu per dus.

Merespon isu kenaikan harga tersebut, “Bos Indofood Bantah Kabar soal Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat” sebagaimana judul yang diturunkan Kompas.com, Rabu (10/8/2022). Franciscus Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini mengatakan, kenaikan harga gandum tidak membuat harga mie instan naik tiga kali lipat karena pembuatannya tidak serta merta 100 persen dari bahan dasar gandum.

Psikologi Masyarakat

Mie Instan harga naik sama dengan mengganggu psikologi sebagian besar konsumen. Akan tetapi, awalnya, pemilik perusahan merasakan dampak berita ini. Konsumen berada pada bagian akhir yang merasakan dampaknya; jika harganya memang naik tiga kali lipat.

Faktanya, Bos Indofood menepis berita tersebut. Oleh karenanya, para distributor, pelaku UMKM yang menggunakan bahan dasar mie, penjual bakso, dan lain-lain tersenyum lebar. Jika harga naik, maka berdampak kepada usaha mereka. Di lain sisi, akan mengganggu daya beli konsumen.

Di tengah kuatnya isu ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga mi instan yang bakal naik tiga kali lipat tersebut disebabkan naiknya harga gandum akibat dampak perang Rusia-Ukraina. Terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar dari negara tersebut.

Lagi-lagi, Indonesia menjadi salah satu negara yang bergantung pada impor gandum. Maka, masalahnya bukan terletak pada Rusia-Ukraina atau soal gandumnya, tetapi ada pada Indonesia. Atas dasar perang global, Indonesia terdampak, tetapi apakah ini benar-benar krisis? Tidak.

Mentan Syahrul meminta, apapun yang terjadi, masyarakat Indonesia makan apa adanya dengan mengkonsumsi singkong, sorgum, dan sagu. Permintaan Mentan seperti membuka ruang gerak ekonomi untuk kembali lagi ke dasar. Lagi-lagi, mengajak kembali makan singkong atau ubi, sorgum, dan sagu.

Gelombang Ekonomi Kreatif

Dalam buku Ekonomi Kreatif yang ditulis Anggri Puspita Sari dkk., Yayasan Kita Menulis (2020), menyebutkan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan ekonomi paling besar dalam jumlah dan kemampuannya menyerap tenaga kerja (Anggri dkk., 2020:1).

Anggri dkk menegaskan, UMKM diwarnai dengan gelombang ekonomi kreatif. Itu berarti, kreativitas harus melampau hal yang biasa-biasa saja. Lebih jauh, industi kreatif harus digerakkan oleh entrepreuner (wirausaha) muda yang memiliki kemampuan kreatif dan inovatif.

Hemat penulis, aspek kreativitas harus menjadi dasar dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Jika UMKM berdiri kokoh pada gelombang kreativitas dan keterampilan yang inovatif, maka ekonomi ini menjadi semakin waras karena benar-benar hidup dari kreativitas itu.

Untuk diketahui, industri kreatif sebetulnya satu konsep yang muncul lebih dahulu sebelum ekonomi kreatif itu menjadi gerakan saat ini. Pada konsep ini, saat isu kenaikan mie instan 3 kali lipat, hal yang harus diwaspadai adalah bagaimana membangun industri kreatif itu dari rumah untuk mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat?

Dalam masalah ini, pemerintah mengakui bahwa ada latar belakang masalah sehingga berdampak pada ekonomi Indonesia, tetapi segmentasi pasar harus tetap hidup atau berjalan. Oleh karena itu, Mentan meminta: makan apa adanya, karena kita mempunyai ubi, sorgum, dan sagu. Di sini, pangan lokal menjadi arah dasar perekonomian di Indonesia.

Pangan Lokal

Orang Indonesia itu kaya. Dari Sabang sampai Merauke terbentang kekayaan yang melebihi negara Asia lainnya. Ada banyak kekayaan pangan lokal Indonesia yang menggantikan nasi meliputi kembang kol, kentang, talas, jagung, sukun, ubi jalar, telur, singkong, sorgum, sagu, dan lain-lain.

Kekayaan pangan ini tidak menjadi masalah bagi masyarakat, karena di kalangan masyarakat akar rumput, semuanya ada di alam.

Jika menelisik data Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan kekayaan negara yang dipisahkan sampai dengan akhir Maret 2022 melonjak dibandingkan periode sama tahun lalu (Kontan.co.id, April 2022).

Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 menyebutkan, sampai dengan 31 Maret 2022, realisasi pendapatan kekayaan negara yang dipisahkan mencapai Rp142,71 miliar atau melejit 10.665,10% bila dibandingkan dengan periode sama pada tahun 2021.

Kemenkeu lebih jauh mengatakan, ini adalah kontribusi dari pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) yang tumbuh signifikan pada sampai dengan bulan Maret 2022 mendorong pertumbuhan PNBP jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.

Meningkatnya SDA Indonesia, sebenarnya tidak menekan ekonomi masyarakat karena intinya adalah, semua kekayaan negara dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, kesejahteraan menjadi milik rakyat, apabila masyarakat membangun industri kreatif dan mulai menggerakkan roda ekonomi kreatif itu sedini mungkin.

Solusinya, kembali ke Sumber Daya Alam yang kaya. Lebih praktis, kembali kepada pangan lokal yang ada di sekitar.

Untuk itu, di tengah isu kenaikan mie instan, masyarakat jangan ikut terjebak dalam mentalitas instan, tetapi kritis merespon dengan inovasi terbaru untuk ekonomi kerakyatan yang berbasis pangan lokal.

Buatkanlah kemasan Kerupuk Pisang Bola, Kerupuk Singkong Magepanda, Jagung Goreng Rasa Madu dari Bajawa, misalnya. Inilah contoh-contoh UMKM yang setidaknya melawan mentalitas instan ‘mie’ yang digemari hampir semua orang Indonesia.

*Penulis adalah Editor di Surat Kabar Ekora NTT

Guru SMPN 5 Menia Sabu Barat Bergabung Menjadi Anggota Pintu Air

Seba, Ekorantt.com – Sebanyak 10 orang guru dari SMPN 5 Menia Sabu Barat bergabung menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air pada Rabu, (31/8/2022).

Bergabungnya para guru menjadi kado terindah bagi Pintu Air Cabang Seba Sabu pada akhir bulan ini.

Manajer KSP Kopdit Pintu Air Cabang Seba, Fransiskus I. D Gesi mengemukakan bahwa bergabungnya sepuluh orang guru ini adalah buah dari pelaksanaan sosialisasi yang pernah dibuat di lembaga pendidikan itu.

“Kita senang karena kepala sekolah SMPN 5 Menia sudah terlebih dahulu jadi anggota dan peran sang kepala sekolah untuk mengajak para gurunya itu berpengaruh sekali,” ucap Fransiskus.

Fransiskus menambahkan ia dan timnya di Cabang Seba juga tetap setia menjalankan kegiatan rapat bulanan dan kunjungan kepada anggota. Sampai dengan Juli 2022 jumlah anggota di Cabang Seba sudah mencapai 2.642 anggota.

Kepala sekolah SMPN 5 Menia Sabu Barat, Hentji Ferdinan Kaho, S.Pd mengemukakan ia termasuk yang paling getol mendorong para guru dan orang tua wali agar wajib bergabung menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air.

Menurut Kepsek Henji, produk-produk layanan yang ditawarkan Pintu Air sangat bermanfaat dan sangat menolong.

“Saya rasakan sendiri manfaatnya sebagai anggota. Sangat menolong kami sekeluarga,” ucap Hentji.

Hentji mengaku telah bergabung menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air bersama anggota keluarganya pada 25 Oktober 2019.

Ia pun berharap ke depan semua rekan guru bisa bergabung dan saling bersinergi dengan KSP Kopdit Pintu Air.

Pasutri Milenial Ini Suskes Miliki 6 Usaha Berkat Modal Pintu Air

0

Mbay, Ekorantt.com – Kristoforus Gani (32) tergolong kaum milenial yang sukses sebagai pengusaha, bahkan kini memiliki enam cabang usaha berkat bantuan pinjaman di KSP Kopdit Pintu Air Cabang Mbay.

Pria asal Desa Ulupulu 1, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, NTT mulai merintis usaha setelah kembali merantau. Dari situ, ia mulai bergabung dengan KSP Pintu Air dan mendapatan stimulan modal dari koperasi itu.

“Saya hanya tamat SD (sekolah dasar) yang hanya punya satu modal. Modal berani dan memulai berusaha,” tutur Kristo demikian pria itu disapa pada Rabu pagi.

Keberanian Kristo dalam dunia usaha didukung istrinya Gradiana Azi (32) yang juga berniat untuk turut membangkitkan ekonomi keluarga mereka dari keterpurukan.

Pasangan suami istri milenial ini berlatarbelakang petani, kemudian bangkit dengan keberanian mengajukan pinjaman ke Kopdit Pintu Air.

“Kami masuk menjadi anggota tahun 2015. Kami pertama kali mengajukan pinjaman tujuh juta dan secara berturut-turut kami pinjam hingga terakhir 30 juta,” ujar Gradiana menambahkan.

Gradiana menyebut sudah sembilan kali pinjam modal ke Kopdit Pintu Air untuk mengembangkan usaha.

Usaha yang mereka bangun pertama kali adalah kios, kemudian berkembang lima usaha lainnya yakni usaha jasa angkut air bersih, usaha penggilingan kopi, usaha sound system, perbengkelan dan dikembangkan lagi usaha warung kopi.

Usaha warung kopi itu mereka bangun di pertigaan cabang ke Desa Pagomogo tepatnya di RT 016, Dusun Pagooga-B, Desa Ulupulu 1 yang mana tempat usaha mereka berada saat ini.

“Kami (pinjam) terhitung sudah sembilan kali dan kredit lancar selama ini. Kami diinformasikan akan dapat bonus kredit lancar dari Pintu Air tapi masih menunggu,” kata Gradiana.

“Tapi kami syukur, ya syukur karena Pintu Air selalu menopang niat kami untuk berusaha,” ujar dia menandaskan.

Melchias Mekeng Bantu Renovasi Gereja St. Maria Perumnas Maumere

0

Maumere, Ekorantt.com – Anggota Komisi XI DPR RI, Melchias M. Mekeng menunjukkan kepedulian dengan menyerahkan bantuan sebesar Rp100 Juta untuk renovasi gedung Gereja Santa Maria, Perumnas Maumere, Kabupaten Sikka pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menyerahkan bantuan tersebut kepada Romo Anis dan Ketua Pembangunan Gereja Santa Maria, Perumnas Maumere, Petrus Nong Meak.

Melchias Mekeng menyampaikan, bantuan uang Rp100 juga merupakan komitmennya sebagai wakil rakyat yang salah satunya adalah membantu sarana Ibadah yang layak dan memadai. Dengan begitu, umat bisa mengikuti ibadah dengan aman dan nyaman.

Melchias Mekeng juga menyerahkan 100 paket sembako kepada umat di Gereja Santa Maria, Perumnas Maumere.

Umat terlihat antusias menerima bantuan Sembako. Mereka mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati Melchias Mekeng.

Dalam kesempatan itu, Melchias Mekeng didampingi oleh Wakil Ketua DPRD Sikka, Gorgonius Nago Bapa yang juga merupakan Ketua DPD Partai Golkar Sikka.

Gelar Syukuran, Kades Gera: Tidak Ada Sekat di Antara Kita

0

Maumere, Ekorantt.com – Kepala Desa Gera terpilih lewat Pilkades Serentak Periode 2022-2028, Orinus Raga, menggelar syukuran bersama warga di Dusun Dua, Desa Gera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, Senin (29/8/2022).

Ia menggelar syukuran tersebut setelah Bupati Sikka, Robi Idong melantik dirinya bersama 16 kepala desa terpilih lainnya di Kantor Bupati Sikka pada Jumat (27/8/2022).

Pria yang akrab disapa Oris ini mengatakan, acara syukuran tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

“Terima kasih banyak kepada tim pemenangan dan seluruh masyarakat karena semangat mereka yang mendukung, berjuang sampai ikut berkampanye saat Pilkades serentak baru-baru ini sampai mengantarkan saya menjadi Kepala Desa Gera,” ungkap Oris.

Dirinya pun mengajak seluruh kompoenen masyarakat untuk bergandeng tangan dan bersatu membangun Desa Gera.

“Jangan ada sekat dan perbedaan di antara kita, tidak ada lagi yang kalah atau menang karena kita semua adalah satu. Mari kita bersama-sama bersatu hati membangun dan memajukan Desa Gera yang sama-sama kita cintai ini,” ungkapnya.

Masyarakat Desa Gera saat mengikuti Misa Syukur terpilihnya Kades Mereka yang baru di desa setempat/Ekora NTT

Ketua Panitia Penyelenggara Acara Syukuran, Darius Dedu, juga mengajak seluruh masyarakat Desa Gera untuk bergandengan tangan serentak mendukung pemerintah desa yang baru dalam membangun desa tersebut.

“Pertarungan politik kemarin sudah selesai, jadi Kepala Desa Gera bukan hanya orang-orang yang memilih tapi Kepala Desa Gera yang sekarang untuk seluruh masyarakat Desa Gera. Mari kita dukung kepala desa yang baru sehingga seluruh program kerja, visi dan misi bisa terwujud,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung dan mensukseskan proses kegiatan Pilkades Desa Gera.

“Atas nama keluarga dan panitia, saya  mengucapkan terima kasih banyak kepada Bupati Sikka, yang telah melantik 17 Kades di Kabupaten Sikka yang salah satunya itu Kades Gera, Orinus Raga. Dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung dan mensukseskan seluruh proses Pilkades di Desa Gera bisa berjalan aman dan lancar,” ungkapnya.

Dalam Misa Syukur tersebut, Pastor Pembantu Paroki Lekebai, Pater Hendrik memimpin misa. Hadir pula dalam acara syukuran, Camat Mego, Petrus Piter, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda masyarakat Desa Gera, dan Kepala Desa tetangga, Kades Loke beserta tamu undangan lainnya.

Firmus Mega, Difabel Pekerja Keras Asal Nagekeo Tutup Usia

0

Mbay, Ekorantt.com – Firmus Matheus Mega, penyandang disabilitas asal Desa Raja Timur, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, NTT tutup usia pada Senin (29/8/2022) sekitar pukul 12.00 WITa.

Firmus meninggal dunia karena mengidap penyakit tumor pada hidung bagian dalam. Oleh keluarga, Firmus mulai menderita sejak Desember 2021.

“Ia, dia (Firmus) sudah lama sakit sejak akhir tahun lalu,” ujar Viktorianus Lado Wea di Raja.

Jenazah almarhum dikebumikan di kediaman orangtuanya di RT 011, Desa Raja, Selasa sore.

Firmus dikenal dengan sosok pekerja keras meskipun memiliki keterbatasan. Sejak kecil ia berjalan merangkak akibat kelainan genetik pada kedua kaki.

Meski keterbatasan fisik, pria berusia 45 tahun itu tetap berjuang mencari nafkah demi keluarganya. Ia memiliki seorang istri dan dua anak. Satu diantaranya telah meninggal dunia.

Sebelumnya, Marselina Wonga (istri Firmus) dan Maria Theresi Dhema (ibunya) terus meneteskan air mata melihat kondisi Firmus.

Firmus hanya terbaring di tempat tidur selama kurang lebih enam bulan. Tubuhnya yang dulu kekar dan kuat, nampak kurus hingga akhirnya meninggal dunia.

Marselina hanya berpasrah dengan keadaan suaminya selama mengidap penyakit.

Ia bercerita, sejak awal Firmus jatuh sakit, ia dan keluarga membawa suaminya ke RS Aeramo di Mbay. Dari sana, Firmus dirujuk ke RSUD Bajawa kemudian ke Maumere.

“Dokter bilang sakit tumor bagian hidung. Lalu benjolan semacam ada cairan di bagian telinga bawah dan leher,” kata Marselina, Selasa pekan lalu.

Oleh dokter, ia melanjutkan, Firmus harus dirujuk ke Makassar atau Bali untuk mendapatkan tindakan medis. Namun, karena ketiadaan biaya, keluarganya hanya berpasrah.

“Kami sudah tidak punya uang lagi. Semua usaha kami bangkrut,” kata Marselina.

Nama Firmus atau biasa disapa Mus tidak asing buat para pengusaha di wilayah Nagekeo, Ngada maupun Ende.

Meski keterbatasan fisik dan harus berjalan merangkak, naluri Mus untuk berbisnis melebihi manusia normal.

Ia pernah berusaha ternak babi dan berkembang lebih dari 100 ekor. Namun usaha itu gulung tikar diserang virus ASF.

Pria kelahiran 1977 itu tidak putus asa. Ia kembali bangkit berusaha tanaman cabai di wilayah Funga melalui dana pinjaman KUR.

Usaha cabai baru berjalan satu musim, Mus akhirnya jatuh sakit sejak Desember 2021 hingga meninggal dunia.

33 UMKM di Ende Akses Rp3,3 Miliar dari Pinjaman Mingguan Kopdit Pintu Air

Ende, Ekorantt.com – KSP Kopdit Pintu Air Cabang Ende terus berinovasi dalam memberikan kemudahan layanan bagi anggota. Salah satunya melalui pinjaman mingguan.

Jenis pinjaman dengan pengembalian setiap minggu ternyata mendapat tanggapan positif dari anggota.

“Selain lebih mudah dalam pengembalian, di antara anggota kelompok saling memberi motivasi dalam berusaha,” ujar Salifa (37), salah satu anggota KSP Kopdit Pintu Air Cabang Ende saat dihubungi Ekora NTT, Selasa (30/8/2022).

Warga Kelurahan Mbongawani, Kecamatan Ende Selatan itu mengaku bangga bisa menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air.

Menurutnya, dengan mengakses pinjaman mingguan dirinya bersama anggota kelompok terpacu dan giat dalam mengembangkan usaha produktif.

Sementara itu, Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Ende Elfriyani Sarlince Sute menuturkan, saat ini 672 anggota dan tergabung dalam 33 kelompok usaha telah menggunakan layanan pinjaman mingguan.

Dari angka tersebut, total pinjaman yang telah disalurkan mencapai Rp3,3 miliar.

“Sekarang sudah 672 anggota yang pinjam dengan pengembalian mingguan. Itu maksimal pinjamannya Rp5 juta, sebenarnya syarat pinjaman sama dengan yang bulanan. Hanya beda pagu maksimal itu dan juga mereka harus membentuk kelompok,” ujar Elfriyani.

Pasutri Asal Sikka Kembangkan Usaha Jahit untuk Nafkahi Hidup Keluarga

0

Maumere, Ekorantt.com – Suasana Pasar Tingkat Maumere pada Rabu (24/8/2022) pagi ramai, sama seperti hari-hari lain. Hiruk pikuk para penjual dan pembeli terlihat di setiap sudut pasar.

Di salah satu los pasar, Seli Don Bosko dan Paulina Dovita duduk di hadapan mesin jahit tua untuk mengerjakan baju pesanan pelanggan. Mereka tak menggubris dengan orang yang lalu lalang di depan los, kecuali para pelanggan yang ingin memesan atau mengambil hasil jahitan.

Pasutri yang berdomisili di Waidoko, Kota Maumere ini tidak hanya menerima pesanan jahitan, tetapi juga menjual kain tenun.

Paulina mengisahkan awalnya ia merupakan karyawati di biara susteran di Hokeng. Selama di biara, ia mendapatkan pelatihan menjahit.

Setelah keluar, ia memiliki niat untuk mulai merintis usaha menjahit. Mulanya, Paulina menumpang di kios milik seorang kerabatnya.

Dari situ, wanita kelahiran 1979 ini kemudian mencari tempat baru untuk menjalankan usahanya secara mandiri. Ia mengontrak kios kosong untuk menjalankan usaha menjahit.

Ia memiliki tempat usaha sendiri tiga tahun berikutnya. Itu ia dapatkan setelah melewati proses yang tidak mudah.

“Saya menerima orderan untuk segala macam jahitan,” ujar Paulina.

Paulina dan Seli mengembangkan usaha menjadi secara bersama-sama usai menikah. Mereka mengubah pola usaha yaitu dengan membeli kain tenun dan diolah menjadi berbagai macam kerajinan tangan.

Menurut mereka, tidak banyak orang yang punya keterampilan menjahit. Melalui perencanaan yang matang, mereka membukan usaha dengan nama “Penjahit Erlin”.

Seli bilang, mereka membeli sarung yang dijual para penenun atau siapa saja yang bersedia menjual sarungnya. Lalu, diolah lagi untuk dijadikan baju, tas, dan topi untuk dijual juga di kios tenun tersebut.

Menurut Seli, banyak pengunjung yang datang setiap hari, biasanya hanya sekadar melihat-lihat atau juga langsung datang membeli. Pengunjung yang datang bukan hanya warga lokal saja tetapi juga warga dari luar Maumere bahkan dari negara lain seperti Belanda, Jerman, dan Korea.

Kisaran harga jual tenun tergantung dari motif yang dipilih dan berbeda untuk kategori dewasa maupun anak-anak. Untuk dewasa biasanya dijual dengan harga Rp400 ribu ke atas, sedangkan harga untuk kategori anak-anak dari Rp250-350 ribu.

Seli dan Paulina bisa mendapatkan rezeki sekitar Rp2-3 juta per harinya bila pasar sedang ramai. Namun, jika sepi mereka meraih untung sekitar Rp200-300 ribu per hari dan ada kalanya mereka tidak mendapatkan apa-apa.

Penghasilan ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, khususnya menyekolahkan anak semata wayang mereka yang sekarang duduk di kelas VIII SMP.

Mereka masih kekurangan modal untuk mengembangkan usaha dalam skala yang lebih besar. Tetapi, hal itu tidak mengendurkan semangat mereka untuk tetap menjalankan usaha tenun.

Seli dan Paulina pun berharap agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap para pelaku UMKM, baik pelatihan maupun kemudahan dalam mengakses modal usaha.

Anggelina Fransiska Djinyeru