Bupati Ngada: Kalau Saya Berjalan Cepat, Kamu Lambat Pasti Saya Tinggalkan

0

Bajawa, Ekorantt.com – Bupati Ngada Andreas Paru berpesan kepada sejumlah pejabat eselon II dan eselon III yang dilantik di Aula Sekda Ngada pada Rabu (6/7/2022).

Andreas meminta para pejabat yang baru dilantik agar bekerja sesuai visi dan misi yang sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ngada.

“Jadi kalau saya berjalan cepat berarti para pejabat eselon dua dan tiga ini harus berjalan lebih cepat lagi, karena kalau saya berjalan cepat, kamu berjalan lambat sudah pasti saya tinggalkan, ini pesan saya,” kata Andreas, menegaskan.

Ia juga meminta para pejabat agar bisa meninggalkan kebiasaan lama menunda-nunda pekerjaan dan segera beradaptasi dengan era saat ini.

Politisi Golkar ini juga berharap agar para bejabat di lingkup Pemerintah Kabupaten Ngada harus menjadi pejabat yang berintegritas dan selalu melakukan inovasi.

Ia mengatakan nilai integritas ialah jujur, peduli, disiplin, mandiri, dan kerja keras.

“Saya minta kemandirian ini masih belum, hal sepele saja mesti tanya bupati, wakil bupati, tanya sekda, padahal hal-hal tersebut bisa diambil keputusan,” ujarnya.

Untuk diketahui Bupati Andreas melantik sembilan pejabat eselon II yakni Christian Haning sebelumnya adalah Kepala Bagian Pemerintahan menjadi Asisten Perekonomian dan Pembangunan pada Setda Ngada.

Wilfridus Adjo jabatan sebelumnya Kabag Organisasi, jabatan baru Kepala Badan Pendapatan Daerah.

dr. Yovita Maria Bernadette Moi jabatan sebelumnya Dokter Ahli Madya pada Puskesmas Surisina jabatan baru Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.

Yohanes Gae jabatan sebelumnya Kabag Hukum jabatan baru Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

M.Oktavianus Botha Djawa jabatan lama Sekretaris Dinas Pariwisata dan jabatan baru Kadis Pariwisata.

Ermelinda Inam Mugi jabatan lama Kepala Bidang Ketransmigrasian pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, jabatan baru Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja.

Fabianus Sebastianus Pesek jabatan lama Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak jabatan baru Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga.

Wilibrodus Kadju jabatan sebelumnya Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan Pertanahan jabatan baru Kadis Sosial.

Maximus Ferdinandus Djawa Sury jabatan lama Kepala Bidang Sosial Budaya pada BP-Litbang jabatan baru Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah.

Sementara pejabat eselon III yakni Yohanes Suri Radho sebagai Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan Pertanahan.

Emanuel Rodja menjadi Kepala Bagian Pemerintahan. Theodorus Lae sebagai Kepala Bagian Hukum, Alexander Xaverius Rabha sebagai Kepala Bagian Organisasi.

Syallommy Hau sebagai Sekretaris Dinas Sosial, Heribertus Wae sebagai Sekretaris Dinas Pariwisata.

Maria Elvira Soliwoa menjadi Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Emanuel Yanuarius Djawa sebagai Camat Bajawa, sementara Geovani Paulino Kadju diangkat menjadi Kepala Bidang Perencanaan Pengadaan, Mutasi dan Dokumentasi pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Kisah Paulina Dapat Hadiah Kulkas Saat Customer Gathering Bank NTT

0

Bajawa, Ekorantt.com – Paulina Titu tampak tidak percaya saat memenangkan hadiah satu unit kulkas saat kegiatan Customer Gathering Bank NTT Cabang Bajawa yang diselenggarakan di Aula Jhon-Thon Bajawa, Rabu (6/7/2022).

Paulina adalah salah satu Agen Laku Pandai Bank NTT yang berasal dari Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada.

Disaksikan Ekora NTT, dengan langkah pasti, Paulina lalu menuju podium utama diiringi tepukan tangan para undangan.

“Jujur saya kaget, kalau agen saya yang terpilih, karena undangan juga baru diterima tadi malam,” ujarnya.

Ia mengaku kehadiran Agen Laku Pandai tidak saja memberi nilai kentungan baginya, namun juga membantu masyarakat di wilayahnya ketika melakukan transaksi baik transfer maupun penarikan tunai.

“Yang jelas saya membantu masyarakat, apalagi kami jauh dari Kantor Kas Bank NTT,” ujarnya.

Dikatakannya, ia mendapatkan hadiah tersebut sebagai nominasi Agen Laku Pandai dengan jumlah transaksi terbanyak.

Selain itu, Paulina juga memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

Ia berharap, ke depan bank milik masyarakat tetap eksis membantu masyarakat NTT, khususnya Kabupaten Ngada.

“Kalau soal pelayanan yang saya rasakan selama ini sangat baik dan sangat profesional,” tutupnya.

Terpisah, Kepala Bank NTT Cabang Bajawa Lorenso Andri Bere mengungkapkan, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menjalin tali silaturahmi antara para agen dan bendahara agar bisa saling mengenal.

“Selama ini kita tahu tapi belum kenal, sehingga momen ini kita bisa saling mengenal satu sama lain,” ujarnya.

Ia berharap dengan kegiatan tersebut bisa memberi dampak positif bagi para agen maupun para bendahara,” ujarnya.

Tren Lagu Bento: Surplus Hasrat dan Jebakan Ideologi

Oleh: Doni Koli* 

Dalam dua pekan belakangan ini, saya berkesempatan hadir pada beberapa hajatan pesta yang hampir semuanya berlangsung ramai. Kerinduan akan hiburan pasca pandemi Covid-19 serta melonggarnya protokol kesehatan mungkin menjadi alasan di balik atensi masyarakat untuk menjadikan pesta sebagai ajang untuk bersilaturahmi dan mengekspresikan diri.

Sajian menu makan-minum yang mewah, didukung lagu dan musik ria serta pelbagai model joget kekinian kian menyatukan semua yang menghadiri pesta. Kejenuhan selama pandemi sungguh diekspresikan tamu undangan dalam momentum pesta, terutama saat acara patah pinggang, yang di kalangan masyarakat NTT menyebutnya acara joget atau menari.

Saya sendiri bukan tipe orang yang suka menari saat ada pesta. Saya biasanya duduk bercerita, menikmati musik sambil menyaksikan joget para tamu undangan. Namun, ada satu hal berkesan di tengah acara pesta yang sekaligus memprovokasi nalar saya. Di tengah pesta, sebagian besar tamu undangan meminta panitia untuk memutar lagu dengan judul Bento.

Teriakan itu semakin menjadi-jadi ketika panitia tak kunjung memenuhi keinginan undangan. Mendengar judul lagu Bento, pikiran saya langsung terarah pada sebuah lagu lawas yang dipopulerkan penyanyi kondang Iwan Fals.

Lagu Bento sangat boleh jadi adalah sebuah tembang legenda yang tak lekang oleh waktu. Labelling legend lagu Bento tidak terjadi hanya karena popularitas serta predikat ‘tak lekang oleh waktu’, tetapi juga karena makna, kritik serta misi sosial yang digaungkan lagu ini.

Aspek legendaris lagu Bento tidak hanya terakumulasi oleh keindahan musiknya, tetapi karena lagu ini adalah sebuah jejak historis-musikal yang menandai modul antagonisme rakyat terhadap ketamakan rezim establishment yang dipersonifikasi lewat sosok Bento serta program pembangunan politik yang mencoreng hak-hak kalangan akar rumput.

Lagu yang tidak hanya memproduksi hiburan di telinga para penikmat musik, tetapi juga membangkitkan preseden berisikan litani kritik terhadap elit kekuasaan. Tidak aneh apabila lagu ini banyak mendapatkan penghargaan. Salah satunya adalah lagu ini pernah masuk dalam daftar 150 lagu Indonesia terbaik versi majalah Rolling Stone pada tahun 2009.

Kembali pada hal-ikhwal yang memprovokasi nalar sebagaimana saya sebutkan di atas. Tiba saatnya ketika lagu diputar, lagu yang disoraki tamu undangan ternyata bukanlah versi orisinalnya, melainkan lagu joget yang telah diresolusi dan dikemas disk jockey ke dalam konten remix.

Bento versi remix yang diputar ternyata berhasil membangkitkan gairah dan adrenalin para tamu undangan dari kecil sampai yang dewasa. Semuanya larut dalam magis lagu Bento. Keesokan harinya saya coba menelusuri lagu dan tren goyangan Bento tersebut dan ternyata cukup booming dan viral di mana-mana.

Pada saat itulah, tanpa menyalahkan atensi serta sukacita para undangan terhadap lagu dan goyangan Bento, menurut penulis terdapat pergeseran konteks pemaknaan terhadapnya. Betul bahwa matra kritik di satu sisi dan ekspresi rekreatif di sisi lainnya adalah dua aras yang berbeda. Tetapi ketika sebuah karya besar yang sesungguhnya bernada kritik diresolusi menjadi sebuah lagu joget yang terbebaskan dari isi kualitatif-progresifnya, tentu perlu dipersoalkan.

Lagu Bento yang berdaya antagonis diinstrumentalisasi sebagai objek hiburan yang mampu membangkitkan letupan euforia rekreatif. Lagu yang membawa pesan serta misi sosial mulia dijadikan objek pendukung dalam mendulang viralitas. Dengan berkembangnya piranti jaringan melalui pelbagai fitur media sosial, Bento versi remix dirayakan sebagai ajang bagi asketisme eksibisionis dan narsisme.

Di era disrupsi dengan lalu lintas informasi serba liquid, banyak pihak justru meraup keuntungan komersil dengan mengobral goyangan Bento. Pergeseran atau bahkan dekonstruksi konteks pemaknaan terhadap lagu Bento inilah yang menurut saya perlu dianalisis dan dipersoalkan.

Problematisasi sementara itulah yang kemudian membawa saya pada kesimpulan yang semoga saja tidak terlalu dini bahwa fenomena Bento adalah sejenis klise kekinian yang merentangkan dilema besar subjek dalam relung zaman termutakhir. Analisis ini berlanjut menuju pada kontemplasi berpikir yang lebih dalam.

Sebagai respon akademis, tulisan ini hendak membedah aspek klise kekinian tersebut dalam frame filsafat politik. Secara khusus, penulis memberi penekanan pada aspek kritik filsafat politik terhadap hegemoni sebuah ideologi bernama kapitalisme-neoliberal. Hemat penulis, klise kekinian tersebut adalah salah satu wujud merebaknya dominasi kapitalisme dalam pelbagai segi kehidupan manusia.

Kapitalisme Mutakhir: Gejala Subjeksi dan Kembalinya Superego  

Francis Fukuyama seorang penganut konservatif liberal asal Amerika dalam sebuah bukunya yang berjudul The End of Histrory and The Last Men pernah memaklumkan sebuah tesis bahwa kapitalisme adalah satu-satunya sistem yang bertahan, adaptif dan menjadi solusi tunggal atas pelbagai persoalan yang terdapat dalam masyarakat.

Sekilas lalu, tesis yang dikenal sebagai tesis Fukuyamaean terkesan tentatif dan berbau totaliter. Akan tetapi, pendapatnya sangat mungkin benar kalau dijajaki secara empiris. Hingga hari ini kita akan dengan mudah menemukan bahwa pelbagai bidang strategis dan dimensi dasariah kehidupan manusia telah diasuh dalam logika kapitalisme: mekanisme surplus value, privatisasi bidang hidup publik, ekstensifikasi kompetisi predatoris dan maksimalisasi keuntungan (Bdk. Dieter Plehwe dan Bernhard Walpen, 2006, 27-28).

Pelbagai soal-soal strategis dan publik seperti kesehatan, makanan dan minuman, keamanan, industri, mata pencaharian, ideologi dan lain sebagainya – sedang dan berkemungkinan untuk senantiasa diasuh dalam aras kapitalisme. Di pelbagai belahan bumi, semakin banyak orang harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Indeks Gini Ratio semakin membengkak dan aneka memoria passionis tentang kemanusiaan tak terelakkan lagi.

Dominasi kapitalisme ini oleh Fredric Jameson, seorang pemikir Marxis asal Amerika Utara dikonklusi sebagai datangnya gelombang baru kapitalisme atau yang disebutnya kapitalisme mutakhir. Perbedaan atau keunikan kapitalisme mutakhir tampak dalam jangkauan luas dari infiltrasinya ke dalam setiap area kehidupan.

Kapitalisme mutakhir ini menurut Jameson tidak muncul tanpa sebab tetapi beriringan, bahkan turut membajak ekspansi sebuah gejala pemikiran, rezim pengetahuan, serta conditio masyarakat yang dikenal sebagai pasca-modernisme. Jameson secara radikal menyebut pasca-modernisme sebagai logika kultural kapitalisme atau respon kebudayaan atas kolonialisasi kapitalisme melalui identitas.

Dalam bidang pemikiran dan filsafat misalnya muncul resistensi dan kritik terhadap eksistensialisme serta bangkitnya gejala-gejala yang ditematisasi sebagai krisis dan kematian: kematian ideologi, kematian seni, kematian kelas sosial dan krisis Leninisme-Komunisme, krisis demokrasi sosial dan krisis negara kesejahteraan (Jameson: 1991, 1-3).

Bersamaan dengan padamnya corak budaya modern tersebut, muncul bentuk-bentuk ekspresi wajah budaya baru yang tampak lebih heterogen, empiris dan chaotic. Estetika pasca-modern bersifat lebih populis karena hilangnya batas-batas antara budaya tinggi (high culture) dan budaya massa (mass/popular culture) atau yang dikenal sebagai suatu populisme estetis.

Menurut Jameson, di era kapitalisme multinasional telah terjadi letupan kebudayaan yang luar biasa dalam pelbagai bidang kehidupan yang ia konsepsikan sebagai “dominan budaya” (cultural dominant). Dominan budaya dalam era pasca-modern ini terjadi karena hampir semua “produksi estetis telah terintegrasi menjadi produksi komoditas” (Jameson: 1991, 4-6). Misalnya gejala merebaknya framework kapitalisme dalam rezim seksualitas manusia seperti tubuh, jiwa, nafsu, erotisme dan bakat-bakat seksualitas manusia.

Jangkauan luas kapitalisme mutakhir ke dalam setiap area kehidupan inilah yang menjadi sebab-musabab mendasar dari suatu keadaan yang ditematisasi banyak sosiolog sebagai ketergerusan efisiensi simbolis atau peran Yang Lain Besar seperti institusi-institusi adat, religius, pelbagai pranata sosial dan simbol-simbol kolektif masyarakat tradisional.

Kondisi merosotnya peran Yang Lain Besar tersebut menurut Slavoj Žižek, seorang filsuf Marxis-Hegelian-Lacanian, menyebabkan subjek tidak lagi menjadi subjek dari suatu tatanan atau tradisi tetapi subjek pilihan (subject of choice) di mana subjek terbebaskan dari ikatan konvensional dan semua yang dilakukannya menjadi persoalan pilihan semata-mata.

Bangkitnya fenomena subjek pilihan yang seolah-olah mengakomodasi otonomi sebagai efek dari reflektivitas diri masyarakat kontemporer ini menghadirkan sebuah persoalan mendasar yakni keterikatannya pada subjeksi. Apabila individu tidak lagi patuh pada hukum maka ia akan berusaha menghadapi tergerusnya otoritas resmi ini dengan membangkitkan hukum-hukum privat (Slavoj Žižek: 1999, 331-342).

Indikasi subjeksi di atas secara global dapat ditemukan dalam kontur dan tendensi masyarakat permisif di mana subjek dibombadir dengan undangan serta ajakan untuk masuk dalam sebuah indulgensi kenikmatan dan kesenangan. Tergerusnya efisiensi simbolik institusi yang lain besar menyebabkan moral kolektif kehilangan relevansinya yang strategis.

Di sana-sini, kita menyaksikan serangkaian gratifikasi kenikmatan seperti potongan iklan serta ajakan untuk menjajal dan masuk dalam pola konsumerisme radikal serta asketisme hedonistik. Aspek permisif, serba liquid, penuh risiko serta unsur chaotic masyarakat kontemporer inilah yang menurut Žižek menandai kembalinya peran otoritatif agensi superego.

Du Kannst, Denn Du Sollst!

Apabila superego adalah sebuah otoritas yang kembali di era kapitalisme mutakhir, maka bagaimana konsepsi superego tersebut dapat dipahami? Pada bagian inilah, kita akan melihat bagaimana perjumpaan Zizek dengan psikoanalisis Lacanian menjadi begitu penting bagi rekonstruksinya atas mazhab ekonomi politik Marxis. Untuk memahami agensi superego, maka kita patut juga berkenalan dengan konsep lain dari Lacan yang juga penting yaitu jouissance atau surplus hasrat.

Jouissance menerangkan pola kerja struktural kapitalisme kontemporer yang tidak menjadikan derita atau kesengsaraan sebagai pra-syarat untuk memproduksi keuntungan melainkan menganjurkan kenikmatan terlebih dahulu pada konsumen. Kapitalisme yang sebelumnya menjalankan garis komando dengan memerintah dan melarang, kini mengembangkan pola kerja persuasif dengan menganjurkan dan merayu.

Reproduksi hasrat lebih ini senantiasa dipertahankan karena dari situlah kekosongan-kekosongan baru dalam diri manusia terus dicipta agar bujukan komodifikasi bisa terus disuguhkan. Ketertarikan seorang konsumen pada sebuah barang, jasa dan tawaran-tawaran kapitalisme bekerja dalam sebuah mekanisme penanaman hasrat lebih. Terdapat semacam pemindahan fantasi akan objek atau barang menuju suatu hasrat lain yang dimunculkan bersamaan dengan objek (Bdk. Suryajaya dalam Indoprogress, 13 Juni 2015).

Mekanisme kerja kapitalisme era kontemporer dengannya tidak hanya mengunggulkan konsepsi nilai lebih (surplus value), tetapi juga menghasilkan hasrat berlebih. Tambal epistemologi Marxisme oleh psikoanalisis Lacanian yang diramu Zizek inilah relevan. Apabila kapitalisme pada era Marx dijalankan dengan mekanisme “nilai lebih” (surplus value), maka pada kapitalisme mutakhir dilengkapi dengan modus operandi “hasrat lebih” (surplus jouissance).

Lantas bagaimana korelasi superego dengan jouissance ini dipakai untuk memahami kapitalisme mutakhir? Secara ringkas dapat dikatakan bahwa sasaran yang ingin dituju dari imperatif superego adalah jouissance.

Menurut Žižek, peran otoritatif agensi superego ini sebelumnya ditekan dalam era “modernitas padat” melalui administrasi dan judisialisasi aspek-apsek kehidupan manusia. Bertentangan dengan itu, dalam kapitalisme mutakhir yang bernuansa permisif, pelbagai modus kenikmatan seperti mental konsumtif dan eksploitatif yang sebelumnya dinilai keliru atau salah secara moral, kini dianggap sebagai salah satu penyangga hidup yang berkualitas.

Kembalinya agensi superego membuat gratifikasi kenikmatan telah memasuki suatu status dari ideologi resmi di mana subjek dianjurkan, dipaksa dan diwajibkan untuk menikmati. Sebagai akibatnya “permissive jouissance” berubah menjadi “obligatory jouissance”.

Dengan kata lain, superego “menandai suatu titik yang mana kebebasan untuk menikmati diangkat menjadi kewajiban untuk menikmati” (Slavoj Žižek: 2008, 237). Modus operandi super ego untuk “enjoy” atau menikmati ini dapat dibaca sebagai pembalikan simetris dari imperatif kategoris Kant, “du kannst, denn du sollst!” (kamu bisa, karena kamu harus) menjadi “du sollst, den du kannst” (kamu harus, karena kamu bisa).

Dengan memahami logika di balik imperatif superego untuk menjajal jouissance, kita mampu membaca petaka logik kapitalisme mutakhir: ia mewajibkan subjek untuk menikmati sesuatu, namun justru bukan kenikmatan yang didapat tetapi penderitaan. Aspek penderitaan yang dihasilkan inilah yang membedakan kenikmatan biasa dari jouissance.

Salah satu contoh konkrit yang bisa dipakai untuk menjelaskan kolegialitas superego dan jouissance dan petaka di baliknya hemat saya dapat dibaca dalam tren body shaming yang mengemuka akhir-akhir ini.

Di satu sisi, manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi kesenangannya sambil di sisi lain, kebebasan untuk mengeksplor kesenangan tersebut terhalang oleh branding sosial tentang idealitas tertentu yang diiklankan secara masif.

Seorang perempuan pecinta kuliner umpamanya dapat makan pelbagai jenis makanan dan minuman sepuasnya. Konsekuensinya, kegemukan atau bahkan obesitas adalah kemungkinan yang positif bagi si perempuan.

Kendatipun demikian, si perempuan yang sama tersebut hidup dalam sebuah masyarakat yang secara sosial memasang standar bahwa perempuan yang ideal adalah perempuan yang ramping, yang kadar lemak dalam tubuhnya terjaga.

Di sinilah petaka superego itu menyata: si perempuan mungkin merasa dirinya punya kebebasan penuh, tetapi di saat yang sama kebebasan itu menjadi terbatas karena ia perlu melayani hasrat manusia lainnya. Sebuah kebebasan yang nyatanya tak bebas juga karena konflik perintah yang membingungkan subjek. 

Epilog: Don’t Act, Just Think

Metodologi kapitalisme mutakhir ini hemat saya dalam cakupan tertentu relevan dalam memotret kegandrungan subjek zaman ini akan hal-hal yang serba pragmatis. Klise kekinian yang terpotret dalam lagu Bento sebagaimana dijelaskan di muka: pergeseran konteks pemaknaan lirik lagunya, disfungsionalitas antagonisme yang dibawanya dan viralitas yang menjadi padanannya sangat boleh jadi adalah wujud riil dari infiltrasi kapitalisme mutakhir dalam kehidupan kita. Kita menjadi terlampau permisif dengan semua hal sambil abai akan aspek-aspek penting yang ada di baliknya.

Di mana-mana, kita dibombardir dengan tawaran untuk meng-upgrade diri, mengiklankan diri, merubah otonomitas diri kita yang luhur menjadi sebuah produk brand, masuk dalam pelbagai modus narsisisme serta berani mengorbal tubuh dan privasi kita. Tanpa kita sadar, imperatif untuk menikmati tersebut mengepung kita, mengatasi kita, menggurui kita dan mengajak kita jadi sahabat serentak momok empuk sasarannya. Akibatnya, tanpa disadari banyak aspek kehidupan kita yang menjadi bias nilainya.

Salah satu kritik yang sering dilontarkan Zizek pada pelbagai rezim pemikiran, ideologi serta karateristik masyarakat kontemporer adalah apatisme yang menganggap remeh kontemplasi berpikir serta kesukaan untuk menjajal kemungkinan-kemungkinan pragmatis.

Ketergantungan subjek dewasa ini pada hal-hal yang bersifat segera, siap pakai, mental easy going, karakter work aholic adalah kecenderungan-kecenderungan pragmatis yang justru berbahaya karena memaku kreativitas berpikir serta imajinasi manusia. Tidak heran apabila sering didapati floating mass (massa mengambang) yang mudah terpancing dalam trend-trend baru yang sebenarnya mengubur asa akan visi kehidupan sosial yang lebih baik.

Karakter permisif yang didukung oleh perkembangan teknologi digital super masif memungkinkan subjek mengambil otoritas-otoritas baru sambil menangguhkan pengaruh institusi-institusi kolektif. Seorang tiktokers vulgar umpamanya dapat dengan bebas mengobral tubuh dan sensualisme di pasar media sosial tanpa perlu mawas akan moralitas publik.

Dalam arena serba digital, permisif dan liquid dapat terjadi pula peleburan batas antara fakta dan ilusi. Lenyapnya batas antara yang fakta dan ilusi tersebut pada tarafnya yang akut dapat sampai kepada krisis yang dikenal sebagai aktivisme anti-logika di mana aktivitas subyek tidak lagi dimainkan dalam pandu rasionalitas.

Dalam ruang maya misalnya, setiap orang bisa berkata-kata dan menyampaikan sesuatu tanpa perlu takut akan efek sosial perkataannya. Seorang netizen dapat menjadikan medsos sebagai medium ekstase bagi pelepasan emosi, sentimen, kemarahan dan anarkisme. Ringkasnya, teknologi menyediakan “arena tak bertuan” atau “tong sampah” extra-large tempat subjek boleh menjejalkan pelbagai konten dan informasi ke dalamnya. (Bdk. Doni Koli dalam Mirifica, 25 Maret 2019). Setiap orang dapat menciptakan kehidupan kedua dengan personalitas maya.

Gejala subjeksi inilah yang ikut mendepak subjek menuju sebuah momen peyoratif di mana subjek seolah-olah mecapai kepenuhan otonomi, namun ternyata ada banyak kekosongan pula yang hadir darinya. Dalam masyarakat yang kian permisif, epistemologi yang dianut adalah epsitemologi tanpa prinsip: pengetahuan tidak lagi membutuhkan pandu otoritas dan informasi tak mengenal taksonomi. Setiap orang bebas memainkan pelbagai multitude metodologi dan abai akan rambu-rambu komunikasi yang normatif.

Watak ini kemudian berimbas ke dalam milieu etika dan moral. Masyarakat permisif menghadirkan suatu ruang kehidupan dengan etika tanpa prinsip atau moralitas tanpa substansi.

Hari-hari ini kita sering menyaksikan bagaimana fitur-fitur internet dan pelbagai aplikasi jejaring sosial (Facebook, Instagram, Crowdstorm, Linked In, Twitter, YouTube, WhatsApp, dll) dipakai sebagai instrumen penyebaran berita bohong, fake news, esensialisme isu identitas, black campaign serta arena untuk saling mengadu, membenci dan memprovokasi satu sama lain. Konsekuensinya, nilai-nilai kemanusiaan prinsipil terdelegitimasi. Delegitimasi nilai-nilai prinsipil inilah yang menyediakan pra-kondisi bagi bangkitnya kekerasan.

Kembali pada ajakan untuk berpikir tadi. Kita harusnya atau idealnya perlu menjadi sadar bahwa totalisasi kapitalisme yang diwarnai oleh klaim kemenangan ideologi ini sebagai satu-satunya sistem yang adaptif bagi manusia adalah kejahatan karena secara terang-benderang menimbulkan, memproduksi dan merawat luka menganga manusia. Geliat kapitalisme adalah penjugkirbalikkan nilai-nilai kemanusiaan prinsipil seperti personalitas, otonomitas, privasi dan HAM.

Sekali lagi, penulis tidak berpretensi buruk terhadap viralitas lagu dan joget Bento. Yang saya cemaskan adalah bahwa tren Bento yang viral itu hanyalah satu dari sekian pengalaman faktual yang menunjukkan bahwa kita jauh panggang dari api ketekunan berpikir kritis.

Jargon don’t act, just think pada sub-judul epilog di atas sesungguhnya menyasar pada virus manusia zaman ini yang seringkali abai dan malas untuk berpikir dan mempersoalkan banyak hal baru yang sampai ke hadapan kita.  Tanpa sadar, dengan penuh legawa kita justru sedang hidup dalam perangkap jaringan ideologi yang justru mengaburkan kita dari penglihatan akan aspek-aspek krusial yang jauh lebih penting seperti kemiskinan struktural yang akut, neo-kolonialisme, kesenjangan sosial yang semakin menjadi-jadi serta akumulasi sumber daya pada beberapa kelompok orang (baca: oligarki).

Saya sendiri tidak merumuskan serangkaian solusi praktis yang siap jadi untuk melampaui persoalan ini. Yang terpenting menurut saya adalah kita, para subjek, perlu sadar bahwa geliat kapitalisme mutakhir menuntut kapasitas kita untuk lebih bersikap kritis dan mawas.

Sebagai subjek yang hidup kini dan di sini, kita perlu senantiasa memperkuat kapasitas diri kita dengan tekun membaca dan menganalisa tanda-tanda zaman. Solusi ini tampaknya individualistis dan elitis. Tetapi, tanpa perlu menguburkan optimisme, solusi kolektif-besar melawan ideologi global bernama kapitalisme neoliberal memerlukan kerja keras, kerja cerdas serta sinergi bersama yang tidak mudah. Oleh karena itu, justru solusi paling mungkin, lugas dan terbuka untuk kita buat adalah meningkatkan kualitas dan kapasitas diri.

Akhirnya, semoga kita dapat menjadi subjek yang punya kapasitas untuk berpikir kritis dan berani berkonfrontasi dengan gejala-gejala kekinian. Hingga kita pun tidak ikut terjebak atau bahkan menjadi sosok-sosok reinkarnatif Bento: sosok dalam lagu Iwan Fals yang justru menopang sebuah sistem kehidupan yang penuh dengan narasi ketidakdilan, penjajahan, ketamakan, manipulasi dan penindasan hajat hidup banyak orang. 

*Penulis adalah ASN Kementerian Agama

Orang Muda Katolik Harus Jadi Pelopor Implementasi Nilai-nilai Pancasila

0

Mbay, Ekorantt.com – Orang Muda Katolik (OMK) harus menjadi pelopor dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga dalam wadah NKRI.

RD. Dr. Rofinus Neto Wuli menekankan hal ini dalam pemaparan materi tentang Politik Hukum dan HAM kepada ratusan OMK dalam pekan Ndora Youth Day di Balai Pelatihan Kantor Desa Ulupulu 1, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, NTT Kamis (7/7/2022) pagi.

“Karena tantangan untuk NKRI saat ini, tergerusnya atau berkurangnya nilai-nilai nasionalisme kebangsaan karena ada ancamam nasionalisme dengan melakukan doktrinasi terstruktur dan sistematis yang juga menyasar ke orang muda,” ujar Romo Roni, demikian disapa.

Pastor Moderator TNI-Polri ini menyebutkan tantangan lain bangsa ialah terjadi degradasi atau penurunan penghayatan kehidupan moral misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme yang mempengaruhi terhadap nilai-nilai nasionalisme.

Kemudian munculnya kelompok tertentu untuk menentang pancasila dengan adanya pengaruh yang mengguncang orang muda agar nilai Pancasila yang terkandung menjadi lebih ego dan kapitalis dari pada menanamkan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan.

Tantangan lain, Romo Roni melanjutkan, adanya visi politik pada orang dan kelompok tertentu yang mempolitisasi suku, agama dan ras (Sara) untuk menggapai suatu kemenangan.

“Ada juga ancaman nilai Pancasila misalnya hoaks, ujaran kebencian dan kebohongan-kebohongan lain di media sosial. Nah, ini menjadi tantangan yang menerpa orang muda saat ini,” ujar Romo Roni.

Karena itu, eks Pastor Paroki Ndora ini meminta orang muda untuk mengembalikan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah kehidupan bermsayarakat. Orang muda harus menjadi kekuatan yang membawa pembaruan nilai-nilai itu.

Romo Roni juga mengajak orang muda agar terlibat dalam berpolitik berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Orang muda mesti menjadi pelopor dalam menjalani dasar-dasar politik dengan satu tujuan ialah untuk kepentingan umum.

“Politik kotor biasa dilakukan oleh orang-orang yang tidak menjalani sesuai dasar-dasar politik. Bonum Commune adalah dasar berpolitik. Orang muda harus ikut berpolitik untuk kesejahteraan umum,” katanya.

Maria Rosdayanti S. Maranda Dilantik Jadi Wakil Ketua PN Ngada

0

Bajawa, Ekorantt.com – Maria Rosdayanti Servina Maranda resmi dilantik menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri Kelas II Bajawa, Kabupaten Ngada.

Pengambilan sumpah dan janji tersebut dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri Bajawa, Theodora Ursunan dan berlangsung di ruang sidang utama, Rabu (6/7/2022).

Maria dilantik berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 149/KMA/SK/V/2022 tentang Promosi dan Mutasi Ketua, Wakil Ketua di lingkungan peradilan umum.

Dalam sambutannya, Ketua PN Bajawa Theodora mengatakan pengambilan sumpah atau janji tersebut bukan merupakan hal yang terjadi kebetulan, namun merupakan rencana Tuhan.

Menurutnya, saat ini Pengadilan Negeri Kelas II Bajawa sedang berusaha keras mewujudkan peradilan yang agung dan modern sesuai visi dan misi Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui upaya mempertahankan Akreditasi A.

“Untuk itu, dengan segala kerendahan hati yang tulus dan iklas saya mengajak ibu wakil ketua yang baru dilantik untuk mewujudkan visi dan misi tersebut,” ujarnya.

Theodora mengaku dirinya percaya Wakil Ketua yang baru dilantik adalah sosok yang menjujung tinggi kode etik dan memegang teguh nilai-nilai utama Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Pada kegiatan pelantikan tersebut juga dihadiri oleh kapolres Ngada AKBP Padmo Arianto, Wakil Ketua DPRD Ngada Aloysius Soa dan para undangan.

Fransisco Polri, Guru Seni Budaya SMP Negeri Alok yang Suka Lukis dan Menyanyi

Maumere, Ekorantt.com – Sosok Fransisco Polri (53) atau biasa disapa Sisco menjadi seniman yang semakin dikenal di Kabupaten Sikka karena bekerja sebagai guru SMP Negeri Alok yang bisa melukis, dan menyanyi.

“Saya mensyukuri multi-talent yang Tuhan berikan sebagai guru, pelukis, dan penyanyi. Talenta ini bukan saya pendam tapi saya salurkan untuk orang lain. Tidak membuat saya sombong tapi tetap rendah hati,” ujar Sisco kepada Ekora NTT, Selasa (5/7/2022).

Sisco ini mengungkapkan, semua talenta yang diberikan merupakan suatu kebanggaan sehingga semua dijalani dengan teratur.

“Saya mengatur waktu dengan baik untuk tiga profesi yang saya geluti ini. Selalu mengatur waktu sesuai skala prioritas. Mana yang didahulukan dan mana yang dinomorduakan. Tetapi selama ini berjalan dengan baik,” beber suami dari Erfin Olla ini.

Menyinggung tentang dunia seni lukis, Pimpinan Sanggar Lukis GuranggaritsArts Centrum Maumere ini mengatakan, dalam dunia seni lukis ada banyak pelajaran yang diperoleh.

“Kita diajak untuk terus berkreasi, selalu berpikir positif, menciptakan keceriaan tanpa ada kecemasan,” ungkapnya.

Tujuan hadirnya Sanggar Lukis Anak Usia Dini itu, jelas Sisco yang juga menjadi personil Vocal Group Cantaria Voice Maumere, supaya sejak dini anak dilatih untuk menciptakan sesuatu, berkreasi, mandiri dan tanggung jawab.

Sementara Humas Dewan Kesenian Sikka (Waniana) Rita Esong kepada Ekora NTT mengemukakan, sosok Sisco adalah pribadi yang ramah dan bersahaja tetapi punya potensi yang luar biasa.

“Satu hal yang yang luar biasa dalam diri Sisco adalah tidak irit membagi ilmu yang dimilikinya untuk orang lain khususnya generasi muda. Dia ingin agar generasi muda mengikuti jejaknya,” ungkap Rita.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Sikka (Waniana) Nyong Franco menilai, sebagai teman sejak dari Sekolah Dasar, Sisco sudah mengikuti berbagai kegiatan seni, lebih khusus dunia tarik suara.

Ketika terpanggil jadi guru, kata Nyong, ia menekuni juga dunia seni lukis yang tentu saja menjadi bagian dari hidup dan bakatnya.

“Ciri-ciri seniman sejati ada dalam diri Sisco. Ia selalu mengutamakan perasaan (hati). Dan mengabaikan profit,” tutup Nyong Franco.

Ibu-Ibu di Kelurahan Kabor Siap Jadi Anggota KSP Kopdit Pintu Air

Maumere, Ekorantt.com – Ibu-ibu di Kelurahan Kabor, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka berniat untuk bergabung dengan KSP Kopdit Pintu Air.

Salah satunya, Maria Hendrika Heni yang ditemui Ekora NTT usai kegiatan sosialisasi KSP Kopdit Pintu Air oleh bagian Humas KSP Kopdit Pintu Air Vinsen Deo didampingi Sekretaris KSP Kopdit Pintu Air Agus Nong, Senin (5/7/2022).

Ibu Rumah Tangga yang akrab disapa Heni ini pun langsung menyatakan diri untuk menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air. 

“Hari ini kerinduan kami akhirnya terwujud. Mungkin jalan Tuhan sehingga kami bisa bertemu langsung dengan bagian Humas Pintu Air, Bapak Vinsen Deo dan juga Sekretaris KSP Kopdit Pintu Air, Bapak Agus Nong,” ungkap mama Heni.

Ia mengatakan, sebagai ibu-ibu yang mengurus rumah tangga, mereka biasanya menghadapi kesulitan keuangan untuk biaya pendidikan anak-anak sekolah.

Heni bilang, pilihan tepat untuk bisa mendapatkan uang lebih cepatnya selalu ditempuh dengan pinjam Koperasi Harian karena realisasinya cepat, mudah, tetapi belum mencukupi. 

“Sebaiknya untuk kebutuhan anak sekolah kami bisa lewat Pintu Air, bisa membantu kami bukan satu atau dua minggu tetapi kalau bisa satu hari untuk bisa dicairkan untuk pinjaman. Itu solusinya kami agar kami bisa masuk bergabung di KSP Kopdit Pintu Air,” ujar Heni diaminkan ibu-ibu lainnya di Kelurahan Kabor.

Lebih jauh, setelah mendengar penjelasan dari Vinsen Deo, tambah Heni, dirinya bersama ibu-ibu lainnya merasa senang, tertarik, dan siap bergabung menjadi anggota Pintu Air. 

“Saya juga siap memfasilitasi teman-teman di sini untuk bisa mengikuti sosialisasi dari Humas Pintu Air,” ujarnya.

Sementara itu, Humas KSP Kopdit Pintu Air, Vinsen Deo kepada Ekora NTT, Senin (5/7/2022) menyampaikan terima kasih banyak kepada ibu-ibu yang sudah dengan antusiasme tinggi mendengarkan penjelasan singkat tentang KSP Kopdit Pintu Air.

“Terima kasih banyak buat mama-mama di sini yang hari ini antusias mendengarkan penjelasan dari saya tentang KSP Kopdit Pintu Air,” katanya.

Sebagai Humas Pintu Air, lanjut Vinsen Deo, opihaknya akan terus melakukan sosialisasi tentang KSP Kopdit Pintu Air di wilayah Kabupaten Sikka. 

Vinsen menegaskan, fakta ini akan menjadi tanggung jawab moril untuk bagian Humas KSP Kopdit Pintu Air agar secepatnya melakukan sosialisasi secara lebih merata.

“Hari ini saja sudah ada 10 orang yang siap bergabung menjadi anggota Pintu Air. Dan ibu-ibu siap memfasilitasi kami melakukan sosialisasi tentang Pintu Air. Ini kerinduan yang sangat dinantikan oleh mereka di Kelurahan Kabor,” tutupnya. 

Polis Tak Kunjung Dibayar, Pintu Air Eksekusi Aset AJB Cabang Maumere

Maumere, Ekorantt.com – KSP Kopdit Pintu Air secepatnya akan melakukan eksekusi aset milik Asuransi Jiwa Bumi Putera (AJB) Cabang Maumere, setelah polis milik anggotanya senilai kurang lebih Rp1,5 miliar lebih tak kunjung dibayarkan oleh manajemen AJB.

Hal ini diketahui melalui Surat Pemberitahuan Konstatering atau Pencocokan Objek Perkara yang diterima media ini dari kuasa hukum para pemohon eksekusi, Viktor Nekur.

Surat dari Pengadilan Negeri Maumere dengan nomor: W26.U6/974./HK.02/06/2022 tertanggal 27 Juni 2022 tersebut menjelaskan sehubungan dengan Sita Eksekusi yang diajukan oleh Kuasa Para Pemohon Eksekusi tanggal 25 Februari 2022.

Pengajuan Sita Eksekusi tersebut berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Kupang Nomor 2/PDT/2021/PT KPG tanggal 10 Februari 2021, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Maumere Nomor 15/Pdt.G/20220/PN Mme tanggal 11 Juni 2020 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam perkara antara Yakobus Jano, dkk sebagai para Pemohon Eksekusi.

Dalam perkara tersebut Yakobus Jano, dkk melawan AJB Bumi Putera di Jakarta, cq. AJB Bumi Putera Wilayah Kupang di Kupang cq. AJB Bumi Putera 1912 Cabang Maumere yang beralamat di Jalan Nong Meak Nomor 18 Maumere sebagai Termohon Eksekusi.

Maka sebelum pelaksanaan Eksekusi, Pengadilan Negeri Maumere memberitahukan kepada Pemohon Eksekusi untuk hadir pada saat Pemeriksaan Setempat/Peninjauan Lapangan/Konstatering atau Pencocokan Objek Perkara terhadap satu (1) bidang tanah dan bangunan yang selama ini dimanfaatkan oleh Termohon Eksekusi dalam menjalankan usahanya.

Adapun bidang tanah dan bangunan tersebut beralamat di Jalan Nong Meak No.18 Rt.002. Rw.002, Kelurahan Kabor Kecamatan Alok, Maumere, Kabupaten Sikka.

Kepada media ini, Kuasa Hukum Para Pemohon, Viktor Nekur mengatakan bahwa konstatering atau pencocokan ini dilakukan untuk Sita Eksekusi terhadap hartanya AJB Bumi Putera.

Menurut Viktor, dalam pembacaan Konstatering Objek Perkara tersebut tidak ada keberatan dari pihak AJB Bumi Putera Cabang Maumere.

“Kegiatan tadi adalah kecocokan terhadap permohonan kami untuk sita eksekusi terhadap hartanya AJB Bumi Putera. Sudah dibacakan semua dan tidak ada keberatan dari pihak AJB Bumi Putera,” jelas Viktor Nekur usai konstatering objek perkara di Kantor Bumi Putera Cabang Maumere, Selasa (05/07/2022).

Sebagai kuasa hukum, Viktor mengapresiasi langkah yang diambil oleh Pengadilan, karena berdasarkan keputusan yang sudah inkrah atau sudah berkekuatan hukum tetap maka harus dieksekusi.

Viktor kemudian mengronologiskan kembali proses dan tahapan yang dilakukan pihaknya selaku kuasa hukum.

“Gugatan itu masuk dari 2020. 2021 banding, setelah banding mereka tidak kasasi, saya juga tidak kasasi waktu itu, jadi sudah punya kekuatan maka saya minta eksekusi saya minta dia bayar sesuai dengan gugatan saya, tapi karena mereka tidak punya itikad baik untuk melakukan pembayaran maka saya ajukan permohonan untuk eksekusi asetnya mereka,” jelas dia.

Ia menambahkan, setelah proses pencocokan dilakukan maka selanjutnya tinggal menunggu waktu untuk eksekusinya. Hal ini penting bagi dirinya selaku kuasa hukum karena perkara ini sudah selesai dan tidak lagi tertunda.

Viktor pun berharap agar pihak AJB bisa menerima keputusan ini, sekaligus menyampaikan bahwa sangat tidak elok jika aset AJB ini disita karena polis ini milik anggota bukan nasabah.

“ini kan uang anggota bukan uang nasabah. ini beda, anggota simpan uang bukan anggota pinjam. Ini yang harus dilihat oleh AJB,” pungkas dia.

Proses eksekusi ini juga masih dikasih waktu kepada para pihak untuk bisa berdiskusi lagi sembari menyampaikan bahwa selaku kuasa hukum dia bersikap fair dan meminta agar pihak AJB untuk tidak lagi beralasan karena keputusan pengadilan sudah jelas, kata Viktor Nekur.

Sementara itu, Kepala Cabang AJB Bumi Putera Cabang Maumere, Dedi Nggi mengatakan, sesuai dengan gugatan dari para penggugat maka hari ini dilakukan konstatering atau pencocOkan aset yang mau disita.

Dedi mengakui bahwa pencocokan aset ini sudah sesuai dengan gugatan pemohon, sehingga selaku pimpinan cabang pihaknya akan menunggu proses selanjutnya.

Terhadap proses ini lagi-lagi Dedi menyampaikan bahwa hal ini dilakukan karena adanya keterlambatan dalam pembayaran klaim yang ada di Bumi Putera.

Secara garis besar ia menjelaskan bahwa, klaim seluruh Indonesia lagi terlambat dibayar oleh Bumi Putera, karena akibat dari keterlambatan itu menimbulkan ketidakpuasan oleh seluruh pemegang polis, sehingga dilakukan komplain-komplain.

Semua komplain itu lanjut Dedi, tetap difasilitasi oleh pihak AJB baik itu, komplain secara pribadi maupun atas nama instansi di kantor ataupun melalui tindakan hukum.

Sehingga terkait dengan rencana penyitaan aset AJB Cabang Maumere oleh KSP Kopdit Pintu Air ini, Dedi Nggi menyampaikan akan mengikuti proses sesuai dengan keputusan pengadilan sambil tetap melakukan koordinasi dengan para pihak.

31 Anggota Polres Flotim Naik Pangkat Bintara

0

Larantuka, Ekorantt.com – Sebanyak 31 Anggota Polres Flores Timur naik pangkat Bintara. 

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Flores Timur, AKBP I Gede Ngurah Joni mengatakan, korp raport perwira dan pelantikan kenaikan pangkat Bintara tersebut terdiri dari satu orang dari IPDA naik menjadi IPTU, dan golongan pangkat brigadir berjumlah 30 orang.

“Yang mana terdiri dari AIPDA ke AIPTU 1 orang. Bripka ke AIPDA sebanyak 22 orang. Dan Bripda ke Briptu sebayak 7 orang,” paparnya.

Ngurah Joni berharap dengan kenaikan pangkat personel Polres Flotim selalu bekerja dengan penuh keikhlasan dan semangat pengabdian serta memupuk rasa kebanggan diri sebagai abdi negara.

“Dengan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi ini tentunya rasa syukur harus dibarengi dengan peningkatan kinerja dan tanggung jawab,” tandasnya.

Ia juga mengatakan Polri sebagai pejabat publik senantiasa dituntut masyarakat agar mampu memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan dan penegakan hukum.

“Untuk itu, harus bekerja proporsional, profesional dan berupaya meningkatkan kualitas diri sesuai dengan pangkat, jabatan dan tanggung jawab,” tandasnya

Kopdit Obor Mas Serahkan Dana Solidaritas ke Puskopdit Swadaya Utama

Maumere, Ekorantt.com – KSP Kopdit Obor Mas menyerahkan dana solidaritas sebesar Rp300 juta kepada Puskopdit Swadaya Utama. Dana ini diserahkan oleh GM Obor Mas Leonardus Frediyanto Moat Lering kepada Manajer Puskopdit Swadaya Utama Fransiskus de Fransu di aula wisma Puskopdit Swadaya Utama Maumere, Senin, 5 Juli 2022.

Penyerahan dana tersebut disaksikan oleh pengurus, pengawas dan manajemen KSP Kopdit Obor Mas serta pengurus dan manajemen Puskopdit Swadaya Utama.

Dana Solidaritas  merupakan dana yang telah dialokasikan dari Sisa Hasil Usaha (SHU) Kopdit Obor Mas tahun buku 2021.

Dana solidaritas juga merupakan perwujudan dari pilar solidaritas dalam koperasi kredit. Ada lima pilar koperasi kredit yakni pendidikan, swadaya, solidaritas, inovasi, dan persatuan dan kesatuan.

Di dalam gerakan koperasi kredit, dikenal juga lima wajib yang harus dijalankan oleh koperasi kredit.

Pertama, wajib pendidikan Kopdit wajib menjalankan pendidikan secara berkala karena kopdit dimulai dengan pendidikan, berjalan dengan pendidikan, dikontrol melalui pendidikan, dan sangat bergantung pada pendidikan.

Kedua, wajib interlending/simpan pinjam antar kopdit. Ini merupakan salah satu kelebihan dari kopdit, saling menolong di antara kopdit dengan saling meminjam dana melalui interlending/silang pinjam melalui puskopdit.

Ketiga, wajib Daperma. Kopdit wajib mengikuti program perlindungan simpanan dan pinjaman anggota melalui Dana Perlindungan Bersama (Daperma) sehingga jika terjadi risiko cacat total atau meninggal dunia maka sisa pinjaman dihapus dan simpanan dikembalikan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Keempat, wajib audit. Kopdit diharapkan membuka diri untuk diaudit. Dengan audit akan mampu memberikan transparansi keuangan  sehingga kopdit akan lebih dipercaya, baik oleh anggota maupun publik. Dengan itu, kopdit pun layak menjadi lembaga keuangan yang profesional.

Kelima, wajib solidaritas. Dengan solidaritas maka misi credit union akan berjalan dengan baik dengan saling tolong menolong dalam gerakan kopdit baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.

Ketua Pengurus Puskopdit Swadaya Utama, Alexius Bertholomeus  mengucapkan terima kasih kepada Kopdit Obor Mas yang telah peduli terhadap Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI).

“Terima kasih kepada pihak Kopdit Obor Mas yang benar-benar menjaga dan menjalankan lima wajib Kopdit yang merupakan kesepakatan bersama serta menjalankan salah satu pilar kopdit yakni solidaritas,” jelasnya.

Sementara Ketua Pengurus Kopdit Obor Mas Markus Menando mengatakan bahwa dana solidaritas merupakan bentuk dukungan terhadap GKKI.

Hal senada disampaikan GM Kopdit Obor Mas, Leonardus Frediyanto Moat Lering. Menurutnya, solidaritas ini jangan dilihat dari nominalnya, tetapi  lihatlah dari keikhlasan hati para anggota Kopdit Obor Mas.

“Semoga dana ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam gerakan koperasi kredit sehingga koperasi kredit tetap jaya selamanya,” tandas Ftediyanto.

Manajer Puskopdit Swadaya Utama, Fransiskus de Fransu menyampaikan bahwa dana solidaritas dipakai untuk pengembangan Kopdit secara keseluruhan terutama untuk pengembangan SDM.

“Dana solidaritas sebagai wujud dari one for all, all for one,” kata de Fransu.

Sekitar 20 persen dari dana solidaritas itu, kata de Fransu, disetor ke Inkopdit untuk mendukung pengembangan kopdit secara nasional. Sebagiannya lagi akan diteruskan oleh Inkopdit ke Association of Asian Confederation Credit Union (ACCU) yang bermarkas di Bangkok Thailand dengan tujuan penggunaan yang sama yakni pengembangan kopdit.