Rabu, 29 November 2023
Ekorantt.com
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi
No Result
View All Result
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi
No Result
View All Result
Ekorantt.com
No Result
View All Result
25 Juli 2019

Edukasi Rabies: Penderita Jangan Disangka Kena Santet

Sutomo HurintbySutomo Hurint
in Lintas
0
Edukasi Rabies: Penderita Jangan Disangka Kena Santet

Sosialisasi bahaya virus rabies oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Demon Pagong kepada kelompok orang tua lanjut usia (lansia) di Demon Pagong beberapa waktu lalu.

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WA

Larantuka, Ekorantt.com – Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada wilayah perbatasan antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka meningkat selama 3 bulan terakhir.

Data yang dihimpun Ekora NTT dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Demon Pagong menyebutkan terdapat sebanyak 49 pasien GHPR berasal dari 4 Kecamatan di wilayah perbatasan Sikka-Flotim, yakni Kecamatan Wulanggitang, Ilebura, Titehena, dan Demon Pagong.  

Ricardo Dacunha, dokter yang bertugas di Puskesmas Demon Pagong, kepada Ekora NTT, Senin (22/7/2019), mengatakan Puskesmas Demon Pagong sebagai salah satu puskesmas center rabies untuk wilayah Wulanggitang, Ilebura, Titehena, dan Demon Pagong sejak awal tahun 2019 selalu menangani warga korban GHPR pada tiap minggunya.

“Sejak Januari 2019 dalam satu minggu, kami selalu menangani 2 pasien korban Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Puskesmas. Untuk 3 bulan terakhir Puskesmas Demon Pagong melayani pasien kasus GHPR sebanyak 49 orang dari empat kecamatan,” ungkap dr. Ricardo.

Pascapenetapan wilayah Kabupaten Sikka berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies dan daerah Flores-Lembata sebagai daerah berstatus Endemis Rabies, dikatakan Ricardo, lembaga kesehatan Puskesmas Demon Pagong mulai aktif turun ke masyarakat dan sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi tentang bahaya rabies dan tindakan pecegahan virus rabies.

BacaJuga

Rumah Warga di Reo Ludes Terbakar, Satu Orang Tewas

Yoseph Pati Tufan Bertekad Besarkan Kopdit Pintu Air di Lamalera

Kompak Indonesia Siap Kawal Audit Komprehensif Bank NTT

Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

Menurut Ricardo, penderita rabies memiliki ciri-ciri yang khas, yakni penderita takut dengan cahaya, air dan angin. Ciri-ciri ini dalam konsep masyarakat lokal lebih mirip terkena santet.

Sebabnya, sosialisasi menjadi penting untuk pencegahan penyeberan virus dan konfilk horisontal dalam masyarakat karena kurangnya pemahaman terhadap pola penyebaran dan bahaya virus rabies.

“Intinya adalah langkah awal apabila setelah digigit adalah tubuh pada bagian luka gigitan dicuci. Setelah itu langsung dibawah ke Puskesmas untuk diberikan Vaksin Anti Rabies. Jadi, jangan disangka kena santet lalu dibawa ke dukun,” tutur Ricardo.

Ricardo menekankan perlunya kerja sama yang baik antara Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, dan Pemerintah Desa terkait kepentingan data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan pencegahan kasus rabies di Flores Timur.

Menurutnya, angka korban GHPR tinggi, namun hingga saat ini belum ada sampel anjing dari Flores Timur yang dikirim untuk dideteksi. Padahal kata Ricardo, korban GHPR yang meninggal (Lyssa) dari Desa Eputobi berdasarkan pemeriksaan klinis, didiagnosis mengarah ke rabies.

“Kejadian waktu itu pada bulan Maret. Sesuai gejala yang timbul mengarah ke rabies. Tapi untuk diagnosanya belum karena sampel anjingnya tidak dikirim, terlanjur dibunuh. Harusnya ada kerja sama antara Kepala Desa dan Dinas Peternakan. Ketika ada anjing yang diduga rabies, kepalanya oleh Desa diantar ke Dinas Peternakan dan dikirim ke Bali sebagai sampel untuk dideteksi virus rabiesnya. Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan penghematan anggaran dalam hal penggunaan vaksin rabies,” tegas Ricardo.

Tags: Edukasi Rabies ke Masyarakat: Jangan Disangka Kena SantetRabiesRabies di Flores-LembataVaksin Rabies
Previous Post

Cerita HAN bersama SimpaSio Institute di Larantuka

Next Post

Angkringan dan Orang yang Datang dan Pergi

Baca Juga Artikel Lainnya

Anggota di Lamalera Sungguh Rasakan Manfaat Bergabung dengan Pintu Air

Anggota di Lamalera Sungguh Rasakan Manfaat Bergabung dengan Pintu Air

29 November 2023
Rumah Warga Reo Ludes Terbakar, Satu Orang Tewas

Rumah Warga di Reo Ludes Terbakar, Satu Orang Tewas

29 November 2023
Yoseph Pati Tufan Bertekad Besarkan Kopdit Pintu Air di Lamalera

Yoseph Pati Tufan Bertekad Besarkan Kopdit Pintu Air di Lamalera

29 November 2023
Pergantian Pengurus Bank NTT Masih Tunggu Hasil Audit Komprehensif

Kompak Indonesia Siap Kawal Audit Komprehensif Bank NTT

29 November 2023
Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

29 November 2023
Sosok Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pesisir Tangga Alam Ende

Sosok Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pesisir Tangga Alam Ende

29 November 2023

Banyak Dibaca

Tingkatkan Cakupan Kepemilikan e-KTP, Disdukcapil Sikka Buka Pelayanan Malam Hari

Mantan Anggota DPRD Sikka Meninggal Dunia Usai Orasi Unjuk Rasa di Kejaksaan

Narasi tentang Guru

Diduga Pekerjakan Anak di Bawah Umur, Pemilik Sky Garden Cafe Ruteng Ditetapkan sebagai Tersangka

Juara II Drumben Kapolda Cup 2023, Sil Keu: Syuradikara Perkuat Karakter Siswa

Pemprov Harus Mampu Kendalikan Persoalan Bank NTT

DPRD NTT Apresiasi Langkah Pemerintah Bayar TPP ASN yang Sempat Tertunda

Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

Next Post
Angkringan dan Orang yang Datang dan Pergi

Angkringan dan Orang yang Datang dan Pergi

Tentang Kami - Redaksi - Pedomaan Media Siber - Kontak
@Copyright - PT Pintar Media Group
No Result
View All Result
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi

© 2022 Ekorantt.com