Warga Desa Mainai Adakan Perayaan Pelepasan Kepala Desa Purnabakti

Bajawa, Ekorantt.com – Melepas seseorang memasuki masa purnabakti dari jabatan kepala desa mungkin merupakan kultur baru yang jarang dilakukan.

Dalam banyak praktik, perayaan syukuran cenderung dilakukan setelah seorang warga secara resmi terpilih dan dilantik sebagai kepala desa.

Masyarakat Desa Mainai, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, memiliki cara sendiri dalam melepas pemimpinnya memasuki masa purnabakti. 

Kepala desa yang memasuki masa purnabakti secara resmi diserahkan kembali kepada keluarga dalam sebuah perayaan meriah.

Kebiasaan yang baik ini terpelihara sebagai tanda syukur dan terima kasih masyarakat kepada pemimpinnya yang sudah menjalankan tugas pelayanan selama masa bakti tertentu.

iklan

Baru-baru ini, tepatnya pada Selasa (17/9/2019) masyarakat Desa Mainai berkumpul di kantor desa setempat untuk melepas Frumensius Rimu memasuki masa purna tugas sebagai Kepala Desa.

Frumensius yang didampingi istrinya dilepas setelah menjabat sebagai Kepala Desa Mainai selama masa bakti enam tahun, sejak 10 September 2013 – 10 September 2019. 

Suasana pelepasan Frumensius, sama meriah dan khidmatnya dengan perayaan pelantikannya sebagai kepala desa enam tahun lalu. 

Pelepasan Frumen memasuki masa purnabakti dilakukan dalam nuansa adat setempat. 

Mewakili pemerintah dan masyarakat Desa Mainai, Stefanus Kazu secara khusus menyerahkan kembali Kepala Desa Purna Bakti Frumensius Rimu kepada pihak keluarga dan menyatakan terima kasih atas jasa dan pengabdian Frumensius untuk desa Mainai.

Sementara itu, Mikhael Toda yang mewakili keluarga, menerima Frumensius yang enam tahun lalu diserahkan kepada pemerintah dan masyarakat untuk melayani desa Mainai, setelah memenangkan pemilihan kepala desa tahun 2013 silam.

Serah terima kepala desa purnabakti juga disimbolkan dengan penyerahan seperangkat busana dan perlengkapan adat kepada Frumensius dan sang istri. 

Seperangkat busana dan perlengkapan adat adalah sebuah pernyataan yang bermakna Frumensius telah memasuki masa purna tugas dan akan kembali ke dalam masyarakat dan keluarga.

“Kami menyerahkan kembali Pa Frumensius kepada keluarga.Tetaplah menjadi tokoh yang selalu bijaksana memberi motivasi dan teladan dalam masyarakat,” kata Stefanus

Usai penyerahan secara resmi kepada keluarga, masyarakat desa Mainai, tua-muda, kecil-besar, satu-persatu memberi salam kepada Frumensius dan istrinya, sebagai tanda terima kasih atas jasa-jasa mereka selama menjadi kepala desa. 

Frumen dan istrinya dilepas dengan deraian air mata masyarakat. Mereka seperti tak rela Frumensius memasuki purna tugas, karena desa ini mencatat kemajuan dan prestasi baik di tingkat kecamatan, kabupaten bahkan provinsi, dan menunjukkan perubahan melalui capaian pembangunan desa itu, selama ia bertugas.

Camat Wolomeze yang sempat hadir saat itu diberi kesempatan memberikan sambutan. Kepada para hadirin ia berkata, tidak ada jabatan yang kekal. Masa setiap jabatan sudah diatur dalam undang-undang. Ada masa ketika tugas pelayanan seorang pemimpin berakhir.

Camat Wolomeze memberi apresiasi atas jasa dan prestasi yang ditorehkan Frumensius selama melayani masyarakat.

“Jika hari ini masyarakat melepas dengan penuh haru dan seperti enggan, itu karena Pa Frumensius dianggap memenuhi syarat dalam kepemimpinan sehingga membawa perubahan di desa Mainai. Prestasi yang sudah diraih dipertahankan. Untuk yang belum dicapai, mari kita terus berjuang bersama-sama dan bersama-sama berjuang,” tutur Camat Wolomeze.

Dia berharap masyarakat dan semua perangkat desa serta semua elemen di desa ini senantiasa bersatu hati dalam berjuang mewujudkan perubahan demi kebaikan. Kepala desa dan masyarakat hendaknya terus mencari gagasan-gagasan cerdas, kreatif dan inovatif dalam membangun desa.

Sementara itu, tokoh masyarakat Mainai, Fridus Teras mengatakan, setiap pemimpin tak pernah lekang dari kekurangan. Karena itu dia mengingatkan, kekurangan kecil seorang pemimpin jangan sampai  menghapus nilai-nilai positif dan kerja-kerja kreatif yang telah membuahkan prestasi yang sudah ditunjukkan.

“Kadang pemimpin itu lebih jelas terlihat dari kekurangan dan kelemahannya, ibarat setitik hitam pada lembaran kertas putih. Itu saja yang dilihat. Jadi saya ajak, mari kita menghargai pemimpin kita dari nilai-nilai kebaikan yang ditanamkannya. Yang tidak baik kita benahi bersama,” kata Fridus.

Sementara itu Kepala Desa purna bakti, Frumensius Rimu dalam sambutannya mengingatkan masyarakat bahwa capaian pembangunan yang sudah diraih adalah perjuangan dan buah yang dipetik bersama masyarakat Mainai.

“Semua capaian itu adalah buah dari kebersamaan dalam berjuang meniti perubahan. Tanpa kita semua di sini, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Kita semua yang sudah menopang kepemimpinan saya dalam meraih keberhasilan dan kemudian dinikmati bersama,” jelas Frumen.

Kata-kata akhir Frumensius memang menyerupai pidato pertanggungjawaban akhir masa jabatan. Kurang lebih sejam Frumen berpidato, tetapi tak menyurutkan semangat masyarakat untuk mendengarkannya.

Di akhir pidato purna tugasnya, Frumen berpesan agar masyarakat  tetap menjaga persatuan dan kekeluargaan serta kebersamaan sebagai modal sosial dalam menyukseskan pembangunan. 

“Mari kita satukan hati dan pikiran serta tenaga kita untuk membangun, mengembangkan desa Mainai menjadi desa yang dinamis tanpa melukai nilai-nilai luhur budaya dan mencederai relasi sosial masyarakat yang sudah terpelihara selama ini” imbuhnya.
Pada kesempatan perayaan pelepasan itu hadir Camat Wolomeze Kasmin Belo dan Ketua TP. PKK Ny. Nurhayat, mantan anggota DPRD Ngada yang juga mantan kepada desa sebelum Frumensius, para pejabat tingkat kecamatan Wolomeze, para kepala desa, serta guru dan siswa di lingkup Kecamatan Wolomeze.

Adeputra Moses

TERKINI
BACA JUGA