Ritual Phebu Witu dan Konsep Berburu Ekologis Masyarakat Adat Tajo

Ngada, Ekorantt.com – Masyarakat adat Tajo, Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Ngada menggelar ritual adat phebu witu. Ritus ini menandai dimulainya kegiatan berburu pada tahun ini. 

Acara phebu witu diawali dengan penyerahan anakan pohon dari ketua Yayasan Puge Vigo Emanuel Djomba kepada masyarakat adat Tajo, disaksikan oleh sejumlah warga di kampung tersebut.

Aktivitas berburu kali ini dijalankan dengan berbeda oleh masyarakat adat Tajo. Sementara menjalankan aktivitas berburu, masyarakat juga menanam kembali  pohon-pohon di sekitar area berburu.

Saat diwawancarai Ekorantt.com pada Sabtu (5/10/2019), tokoh masyarakat adat Tajo Silvester Leo mengatakan, ritual phebu witu bertujuan untuk meminta restu dari para leluhur agar kegiatan berburu tahun ini bisa berjalan lancar dan bisa mendapatkan hasil yang cukup.

”Dalam Ritual pebhu witu, masyarakat memohon restu dari leluhur Tajo untuk memulai acara berburu tahun ini. Semoga masyarakat bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

iklan

Usai menjalankan ritual, pemuda dan masyarakat adat Tajo  sudah bisa pergi ke hutan untuk berburu selama dua hari dua malam.

”Jika sebelumnya aktivitas berburu selalu diwarnai dengan aksi membakar hutan untuk mendapatkan hasil buruan, tahun ini kami ubah kebiasaan membakar itu dengan menanam pohon. Wilayah kami sudah terlalu kering. Akibatnya, selalu terjadi kebakaran hutan setiap tahun,” ungkap Silvester.

Kepada segenap warga masyarakat adat Tajo, Silvester berpesan untuk tidak melakukan pembakaran hutan selama berburu. Jika hal tersebut dilanggar, warga yang melakukannya akan mendapat sanksi.

Silveseter menerangkan, sesuai kesepakatan dengan para tokoh adat, sanksi tegas akan diberikan kepada oknum warga yang melakukan pembakaran hutan. Oknum yang membakar hutan wajib menyembelih babi  besar dan memberi makan seluruh masyarakat adat Tajo.

Ketua Yayasan Puge Vigo, Emanuel Djomba menjelaskan, sebagai lembaga yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, konservasi, pendidikan ekologi dan pemberdayaan masyarakat, segenap personel Puge Vigo terus melakukan upaya pencegahan, terutama agar hutan di sekitar desa Nginamanu tidak lagi dirusak atau dibakar.

”Kita juga menempuh kerja sama dengan masyarakat lokal, karena kita lihat banyak kearifan-kearifan lokal yang bisa kita tumbuhkan dalam upaya melestarikan lingkungan kita,” ungkap Djomba.

Menurut Djomba, konsep berburu kali ini adalah berburu ekologis yaitu berburu sambil menanam kembali pohon-pohon yang sudah lama hilang, sehingga bisa mengembalikan binatang atau hewan liar ke habitatnya, yaitu hutan.

Dijelaskannya, Yayasan Puge Vigo juga terus memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pelestarian lingkungan, khususnya hutan.

”Selain berburu ekologis, kita juga memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk berburu selektif dalam arti tidak boleh berburu hewan atau binatang yang masih kecil, misalnya rusa yang masih kecil,” terangnya.

Belmin Radho

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA