Maumere, Ekorantt.com – Untuk kedua kalinya Goethe-Institut Indonesien bekerja sama dengan SMAK Frater Maumere menyelenggarakan Science Film Festival di Kabupaten Sikka.
Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Mardiwiyata, Kota Maumere selama dua hari,25-26 Oktober 2019.
Ratusan perwakilan siswa dari 22 sekolah dasar mengikuti Science Film Festival pada hari pertama. Mereka menonton lima film sains seperti proses pengolahan kapas menjadi pakaian, rumus Pythagoras yang terdengar sulit, dan beberap film lainnya.
Science Film Festival merupakan jalan bagi siswa untuk menyukai ilmu sains. Sejak dulu kita diwariskan dengan pembelajaran sains yang membosankan. One way communication membuat sains menjadi momok yang menjenuhkan dan acapkali dihindari oleh sebagian besar peserta didik.
Goethe institut melalui Science Film Festival berusaha menunjukkan cara lain dalam mempelajari sains yaitu sains yang eduteiment, edukasi yang menghibur.
Dalam menonton film, ada eksperimen dan tanya jawab. Tujuan sederhananya adalah mengajak anak untuk mengerti sains. Sains menjadi mudah untuk dipelajari, menyenangkan, dan menarik.
Film-film yang dijadikan alat belajar siswa ini telah melalui penjurian internasional dan dialihbahasakan oleh masing-masing negara untuk digunakan. Program Science Film Festival ini juga dilakukan secara masif di berbagai negara di Asia, Timur Tengah dan Afrika Timur.
Sepuluh tahun pelaksanaan program Science Film Festival telah membuka cakrawala belajar peserta didik di 51 kota di seluruh Indonesia. Untuk NTT sendiri sudah program ini berjalan di kota Kupang, Maumere, Waingapu, Waikabubak, dan Soe.
Elizabeth Soegiharto anggota Goethe-Institut Indonesien yang hadir dalam Science Film Festival di Maumere mengaku sangat senang menyaksikan antusiasme siswa-siswi di Kota Maumere.
“Kalau saya ke timur Indonesia, anak-anaknya itu berani. Mereka pintar-pintar,” kata Elizabeth.
Namun, ia menyayangkan langkah pemerintah yang belum membuka mata pada proses pembelajaran sains, terutama di sekolah-sekolah yang terisolir.
“Kok malah institusi Jerman yang memberikan perhatian khusus terhadap edukasi anak-anak Indonesia?” ucap Elizabeth.
Tentunya dengan segala keterbatasan, tim Science Film Festival tidak dapat menggapai semua sekolah di pelosok. Harapannya adalah kegiatan yang Science Film Festival dapat dicontohi oleh pengajar dan diakomodir dalam kebijakan pemerintah setempat melalui dinas terkait.
Aty Kartikawati