Rumah Baca DeWengkong, Literasi di Pelosok Desa di Manggarai

Ruteng, Ekorantt.com – Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka,  revolusi 4.0 sudah di depan mata. Bahkan kita sedang mengalaminya sekarang. Bagaimana kita meresponnya?

Adalah Rinoldus Padur, anak muda asal Kole, Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai punya gagasan bahwa revolusi 4.0 akan menjadi sebuah lompatan yang rancu manakala sumber daya manusia belum siap.

Rancu, kata Rino, karena kita belum selesai dengan yang satu, tiba-tiba kita diperhadapkan dengan sesuatu yang baru lagi.

“Dalam revolusi 4.0 ini kan semuanya berbasis internet. Sementara kondisi objektif dan pemahaman masyarakat Manggarai masih minim. Saya pikir untuk menyambut revolusi 4.0 ini harus pergerakan sumber daya manusia,” begitu pandangan Rino yang ia sampaikan kepada Ekora NTT di salah satu kafe di Ruteng, 6 Desember 2019.

Rino tidak berhenti sampai dalam gagasannya. Lantas, ia membuat gebrakan kecil di kampung halamannya di Desa Kole, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai.

iklan

Sejak 17 Agustus 2019, Rino mulai menapaki jalan sunyi literasi dengan menggagas Rumah Baca DeWengkong. Memanfaatkan rumah kosong di kampung, DeWengkong mewadahi kegiatan literasi dasar seperti membaca, menulis, dan juga diskusi.

“Kegiatannya setiap hari Sabtu pukul 16.00. Kebetulan ada rumah kosong di kampung, dan kami melakukan kegiatan literasi di rumah itu,” kata pemuda kelahiran 1994 ini.

Meskipun terbilang baru, DeWengkong mulai mengatur jadwal kegiatan literasi. Tidak hanya itu, kegiatan-kegiatan literasi diatur sekreatif mungkin agar tidak menjenuhkan, khusus bagi anak-anak.

“Kita buat coba beberapa metode yang cocok untuk anak-anak sehingga tidak membosankan. Apalagi umur mereka masih umur bermain. Itu yang kita perhatikan,” ujar mantan Ketua BEM Universitas Kanjuruhan Malang tersebut.

Dalam waktu singkat, anak-anak sekolah aktif mengikuti kegiatan di Rumah Baca DeWengkong. Setiap Sabtu sore, mereka hadir lebih awal. Mereka juga antusias kegiatan literasi dan betah di DeWengkong.  

Kehadiran Rumah Baca DeWengkong mendapatkan respon yang positif dari warga kampung. Tidak hanya anak-anak yang antusias, orang-orang tua juga melibatkan diri dalam kegiatan rumah baca.

“Orang-orang tua biasa menyempatkan diri untuk membaca di rumah baca,” ujar Rino.

Rinoldus Padur

Melihat ketekukanan Rino mengelola Rumah Baca DeWengkong, warga sempat berinisiatif dan menawarkan gaji bulanan untuk dirinya. Ia menolaknya.

“Masyarakat menawarkan, supaya mereka bayar bulanan untuk saya. Hanya saya tolak. Karena ini kerja sosial. Saya dengan tulus untuk membangkitkan semangat dari pelosok desa untuk mendukung dalam membangkitkan gerakan literasi,” tutur Rino.

Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Malang ini percaya bahwa apa yang ia lakukan sekarang ini bisa mendorong anak-anak di kampung untuk membiasakan diri dengan literasi. Paling kurang mereka menguasai literasi dasar yakni baca dan tulis.

Berikutnya, budaya literasi bisa menyebar ke seluruh kampung. Memang butuh konsistensi untuk ke arah sana. Tapi Rino dan Rumah Baca DeWengkong-nya sudah mulai berlangkah. Mari kita dukung!

Adeputra Moses

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA