Kisah Pelajar di Pelosok Matim, Belajar “Di Rumah Aja” Tanpa Listrik

Borong, Ekorantt.com – Kampanye belajar  “Di Rumah Aja” terdengar keren di kota-kota besar selama wabah corona. Pasti mudah terwujud karena jaringan internet lancar. Tidak demikian dengan situasi di pelosok Manggarai Timur, Flores, NTT. Listrik tidak ada, apalagi internet.

Diterangi lampu pelita, Enrico Mauro Jamisan (8 tahun) dan Febriano Jamisan (14 tahun) tampak serius belajar di rumah mereka awal April lalu.

Siswa kelas 2 SDI Munda dan kelas IX SMPN Satap Munda di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur ini seolah tidak memedulikan cahaya lampu pelita yang remang-remang dan kadang padam tertiup angin.

Mereka mengaku tetap semangat belajar meski tidak didukung penerangan pada malam hari di rumah mereka. “Kalau siang saya kerja soal yang diberikan oleh guru,” kata Mauro kepada Ekora NTT.

Febriano punya pengalaman yang sama. Mereka mengaku punya alasan tersendiri untuk menyelesaikan soal atau tugas pada siang hari dan membaca materi-materi pelajaran pada malam hari.

iklan

“Bapa dan mama suruh kami kerja soal atau tugas pada siang hari supaya kami bisa membaca soal dengan benar. Kalau kerja malam kan gelap,” kata Febrianto.

Meski belajar malam dalam kondisi penerangan yang demikian, kakak beradik itu terlihat serius. Keduanya berusaha membaca kembali catatan-catatan materi pelajaran dalam buku catatan mereka, sebelum keesokan harinya mereka lanjut mengerjakan soal yang diberikan guru.

Mereka sebenarnya sudah jenuh untuk belajar di rumah. Mereka rindu suasana sekolah. Rindu berjumpa teman-teman. Rindu dengan aktivitas belajar mengajar di ruang kelas. Tapi apa daya, virus corona membatasi ruang gerak mereka untuk sementara.

Kondisi yang sama juga dialami oleh Meila Apil (8 tahun). Siswi kelas 2 SDI Munda tersebut juga terpaksa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dalam situasi rumah yang hanya diterangi lampu pelita.

“Kami tidak punya listrik (Genset). Mau bagaimana lagi, ya apa adanya. Anak kami sudah biasa belajar malam diterangi (lampu) pelita,” kata Ibunda Meila, Rosalia Lona.

Salah seorang Guru SMPN Satap Munda, Alfonsia Ani mengatakan, sebelum dirumahkan sejak 21 Maret 2020, siswa-siswi di sekolah itu telah diberi tugas rumah secara manual.

“Kami juga beri buku-buku pelajaran dan tema-tema yang harus mereka baca atau belajar mandiri di rumah dengan bantuan orang tua mereka,” katanya.

Ia juga mengatakan, pihak sekolah memberi tugas secara manual kepada siswa-siswi selama masa dirumahkan karena jaringan telepon dan internet di wilayah itu tidak ada sama sekali.

“Jadi, siswa-siswi kita di sini tidak bisa seperti siswa-siswi di kota-kota atau tempat-tempat lain yang punya akses jaringan telepon dan internet yang bisa belajar online,” katanya.

Ia mengakui bahwa sebagian besar siswa-siswi terpaksa belajar malam diterangi lampu pelita karena akses Pembangkit Listrik Negara (PLN) belum masuk ke desa mereka.

“Ada siswa yang orang tuanya punya Genset, tetapi tidak buka tiap malam karena bahan-bakarnya susah,” ujarnya.

Ia berharap agar wabah virus corona atau Covid-19 cepat berakhir, sehingga siswa-siswi SMPN Satap Munda bisa kembali mengikuti proses belajar mengajar di sekolah seperti biasanya.

“Kami juga tidak jamin mereka paham apa yang mereka baca, kalau tanpa ada penjelasan dari kami guru,” tutupnya.

Senada dengan Alfonsia, Kepala SDI Munda Bernadinus Mere juga mengaku memberikan tugas secara manual kepada siswa-siswinya selama masa dirumahkan.

“Semoga orang tua mereka dapat membimbing dan memperhatikan mereka, sehingga mereka betul-betul belajar selama masa dirumahkan,” ujarnya.

Ia juga berharap agar Covid-19 cepat berakhir, sehingga siswa-siswi bisa kembali ke sekolah seperti biasa.

“Kasihan juga anak-anak. Kalau di kota-kota mereka bisa akses internet sehingga bisa belajar online. Di sini jaringan telepon saja tidak ada. Jadi, siswa-siswi betul-betul mengharapkan guru untuk memahami materi pelajaran,” katanya.

Instruksi Kadis PPO

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Basilius Teto menginstruksikan kepada seluruh kepala satuan pendidikan di Matim untuk merumahkan peserta didik, guru dan tenaga kependidikan sejak 20 Maret 2020 lalu.

Ia menyebut, instruksi untuk meliburkan sementara proses pembelajaran di seluruh sekolah di Matim, merupakan langka kewaspadaan resiko penularan virus corona di lembaga pendidikan.

Menurutnya, selama liburan ini, guru tetap menyiapkan bahan ajar dan melaksanakan pembelajaran dengan memberikan tugas secara manual kepada siswa-siswi.

Ia mengharapkan agar selama peserta didik dirumahkan sementara, orang tua atau wali harus memperhatikan aktivitas belajar anaknya.

Ia juga berharap agar selama dirumahkan, peserta didik, guru dan tenaga kependidikan selalu menjaga kondisi kesehatan.

“Kurangi aktivitas di luar rumah, hindari kontak fisik, selalu cuci tangan dengan air dan sabun,” katanya beberapak waktu lalu.

Masa dirumakan untuk peserta didik, guru dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan sebenarnya telah berakhir pada 4 April lalu. Namun, pihak dinas kemudian kembali mengeluarkan instruksi untuk menambah masa belajar di rumah karena wabah virus corona belum mereda.

Ambrosius Adir

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA