Mengintip Peluang Agrowisata di Kota Ruteng

Ruteng, Ekorantt.com – Kota Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai yang terkenal dengan iklim dingin sangat cocok untuk pengembangan hortikultura. Namun demikian, minat masyarakat untuk budidaya hortikultura masih rendah.

Meskipun ada sebagian orang di Ruteng sudah mulai merintis usaha ini, tapi orientasi mereka hanya sebatas memenuhi kebutuhan pasar dan keuntungan ekonomi semata. Belum ada geliat pengembangan hortikultura yang berorientasi pada nilai tambah.

Padahal, di tempat lain seperti di Jawa, para petani kini ramai-ramai mengembangkan hortikultura yang tidak hanya berorientasi pada kebutuhan pasar, tapi lebih dari itu, hortikultura sudah jadi tren destinasi wisata baru.

Peluang bisnis pariwisata ini dinilai sangat menjanjikan. Pasalnya, selain mendatangkan keuntungan ekonomi dari hasil sayur dan buah, petani juga bisa memanen rupiah dari para pengunjung yang sekadar datang untuk menikmati suasana perkebunan sambil berswafoto atau kegiatan lainnya.

Di Ruteng, usaha agrowisata hortikultura ini sebenarnya sangat memungkinkan. Sayangnya, peluang ini belum ditangkap oleh petani karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya dorongan pemerintah.

iklan

Ekora NTT berkesempatan mengunjungi perkebunan hortikultura milik Dionisius Demo, salah seorang pemuda asal Lengor, Desa Pinggang, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai pada pekan lalu.

(Baca juga: Serilia Bunga Raup Rp150 Juta dari Bertani Hortikultura)

Di kebun pemuda 27 tahun ini, tampak tanaman sayur dan buah seperti tomat, cabai, terung, mentimun, kacang panjang, buncis, dan beberapa lainnya bertumbuh subur dan ditata dengan begitu apik.

Suasana perkebunan yang sejuk, dipadu dengan panorama tanaman sayur dan buah yang tampak indah memikat siapa saja yang datang berkunjung.

Perkebunan hortikultura ini juga sangat cantik bila dijadikan latar foto bagi anda yang suka berswafoto untuk menamba koleksi foto diakun media sosial. Fenomena yang sama juga terlihat di areal tanaman hortikultura milik Srilia Bunga di sekitar Kota Ruteng.

Di atas lahan seluas satu hektar, tepatnya dari  arah Kampung Ka-Ruteng menuju Kampung La’o, Kecamatan Langke Rembong, persis di tanjakan yang berdekatan dengan kali, tampak tanaman hortikultura yang segar dan memanjakan mata.

Saat Ekora NTT pertama kali mendatangi perkebunan ini, sontak rasa terpukau pada subur dan apiknya aneka jenis tanaman sayur yang berjejer.

Sayangnya, meski sejak 2018 Presiden Jokowi telah mewanti-wanti untuk dorong pengembangan wisata agro berbasis hortikultura, namun pemerintah di level kabupaten belum serius menanggapi gagasan itu.

Petani hortikultura di Manggarai seperti Dionisius dan Serilia masih belum mampu mengembangkan holtikultura hingga level bisnis agrowisata. Hal itu tentunya disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan modal usaha.

“Semua ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga saya,” kata Dionisius.

Dionisius mengaku, dalam setahun ia, hasil penjualan sayur dan buah dari kebunnya itu mencapai Rp 30 Juta. Sedangkan Serilia mengklaim bisa meraup Rp 150 Juta per tahun dari hasil sayur.

(Baca juga: Bertani Hortikultura, Junedi Jarut Panen Rupiah di Masa Pensiun)

Andai saja mereka diberdayakan untuk mengembangkan agrowisata hortikultura, penghasilan mereka tentu tidak hanya demikian.

Adeputra Moses

TERKINI
BACA JUGA