‘Terbelenggu’, Tajuk Pameran Lukis Tunggal Pertama di Maumere

Maumere, Ekorantt.com – Amandus Lionel Epo atau yang dikenal Alepo sejak 8-10 April 2021 kemarin sukses menarik banyak pasang mata dalam pameran 15 karya lukisannya. Pameran lukisan yang bertajuk ‘Terbelenggu’ ini dipilihnya sendiri dan berangkat dari situasi serba terbatas yang dialaminya sebagai seorang seniman juga semua umat manusia kala pandemi merebak.

Lukisan-lukisan dua dimensi yang dipamerkan dalam pameran ini dikerjakannya sepanjang tahun 2020-2021 sembari mengisi waktu kosong selama perkuliahan jarak jauh.

Alepo adalah pemuda asal Mapitara Kecamatan Doreng, alumni SMK Negeri 1 Maumere dan saat ini tengah menuntut ilmu di Institut Seni Indonesia / ISI Denpasar angkatan 2016. Di Maumere ia tinggal bersama orang tuanya di kelurahan Waioti.

Tentang pameran lukisan, Alepo mengakui bahwa lukisan-lukisannya cenderung bercorak ekspresionisme. Ia tidak menjelaskan lebih jauh dari mana pengaruh ekspresionisme itu ia peroleh. Namun, hampir pasti gaya demikian ia tekuni ketika ia mulai menetap di Denpasar. Karya-karya ekspresionisme cenderung mengoptimalkan kebebasan serta kemandirian berpikir dan berekspresi.

Di Maumere pameran seni rupa bisa dihitung dengan jari. Pada satu dasawarsa terakhir ini, pameran seni rupa yang cukup terorganisasi dengan baik baru berlangsung lima kali, pertama kali diinisiasi oleh Komunitas SERUPA besutan Willy Ero tahun 2016 awal, dan sisanya digagas oleh Komunitas KAHE dalam forum M7.8SR 2017, KAHE Exhibition I-II 2019, dan Festival Siselo Susurang 2021. Sementara pameran tunggal pertama di Maumere adalah pameran foto Andry Sola di KAHE Exhibition II, dan pameran Alepo adalah pameran tunggal lukisan pertama di Kabupaten Sikka dalam satu dasawarsa terakhir.

iklan

Menjadi yang pertama membuat pameran lukisan tunggal di Kota ini perlu inisiatif dan nyali. 

“Saya tergerak dengan ucapan almarhum Black Finit, dia bilang kalau saya mau maju saya harus dekati beberapa orang hebat di Maumere,” ucap Alepo pada sesi tanya jawab diskusi.

Walaupun masih awam ia patut bersyukur mendapat topangan yang kuat dari berbagai pihak sehingga berhasil melangsungkan pameran lukisan tunggal ini dengan baik. Selain karya, modal terkuat dalam ekosistem seni di kota Maumere saat ini adalah modal sosial. Eka Putra Nggalu aktivis Komunitas Kahe menegaskan hal ini dalam diskusi dimaksud.

“Tidak ada yang profesional bagi pekerja seni di Indonesia, kerja kerja amatir, radikal, urunan uang, dan saling bantu masih dibutuhkan di Maumere, itu yang paling relevan selama tidak ada turun tangan dari pemerintah seperti mandeknya Dewan Kesenian,” tegas Eka.

Bincang seniman dan diskusi tersebut juga mendatangkan Charlos Gaba seniman Ledalero Arts yang menggambarkan kerja kerja seni di komunitas frater Ledalero.

Bertempat di Café Dapoer Sunda, pameran yang berlangsung selama tiga hari tersebut mendatangkan ratusan warga pengunjung dari beragam latar belakang. Mayoritas dari mereka adalah kalangan anak muda, pelajar, mahasiswa, dan lintas komunitas.  Tak lupa Alepo berterima kasih kepada semua pengunjung yang telah datang, melihat dan menikmati Terbelenggu.

“Tanpa mereka karya karya saya ini tidak ada artinya, terima kasih,” tutupnya.

Aty Kartikawati

TERKINI
BACA JUGA