Kasus Ancaman Pemerkosaan hingga Pembacokan di Matim: Polisi Belum Tahan Terduga Pelaku

Borong, Ekorantt.com – Siang itu, Yovita Ernesta (24) bersama puterinya, Emilia Wela Jaya (1,6), dan adik iparnya, Elisabeth Aryanti Ayu (13), sedang asyik menonton film di laptop. Tiba-tiba, mereka mendengar suara teriakan seorang laki-laki yang memaki dan mengancam membunuh Nardi Jaya – suami Yovita.

Mendengar teriakan caci-maki itu, Yovita mengintip dari jendela. Ia melihat Romanus Dadu (54) – warga sekampungnya – sudah berdiri di bawah pohon rambutan yang jaraknya sekitar 10 meter di depan rumah mereka di Rana Meti, Kelurahan Rongga Koe, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur. Di tangan Romanus ada sebilah parang. Romanus terus berteriak, menyuruh Nardi untuk keluar dari dalam rumah.

“Nardi, keluar kau…(maki). Keluar kau…(maki). …(maki) kau punya istri. Keluar kau dari rumah. Jangan sembunyi. Hadapi saya punya parang ini,” kata Yovita menirukan ucapan Romanus.

“Dia juga bilang begini, ‘Nardi keluar kau dari dalam rumah. Jangan sembunyi. Maunya saya perkosa dulu kau punya istri baru kau bebas lempar saya punya rumah,'” tambahnya.

Siang itu, Jumat, 14 Mei 2021. Nardi sedang di Borong, ibu kota Manggarai Timur. Ia ke Borong untuk kepentingan liputan. Nardi adalah jurnalis Bidiknews.com.

iklan

Romanus menuju rumah Nardi sekitar pukul 14.00 WITA. Menurut Yovita, sebelumnya, sekitar pukul 12.00 WITA, ia mendengar suara Romanus sedang karaoke di rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter ke arah utara dari rumah Nardi.

“Kebiasaannya, kalau dia karaoke, berarti dia sudah mabuk,” tuturnya.

Setelah beberapa saat berdiri dan memaki-maki, Romanus kemudian kembali ke rumahnya sambil tetap mengeluarkan ancaman dan kata-kata kotor terhadap Nardi dan istrinya.

Ketika Romanus sudah menjauh, Yovita menelepon Nardi dan memintanya untuk segera pulang. Ia menceritakan semua kejadian yang baru saja menimpa mereka. 

Kemudian, sekitar pukul 15.00 WITA, adik laki-laki Nardi, Pankrasius Jaya (20), pulang dari kebun. Sampai di rumah, ia bergegas pergi menimba air di tonggak yang berada di depan rumah Romanus. Saat sedang menimba air, Pankrasius mendengar Romanus merundung keluarganya dan mengeluarkan kata-kata kasar terhadap kakak iparnya. Pankrasius tidak meresponsnya dan terus menimba air. 

“Dia bully saya punya keluarga. Maki saya punya kakak ipar perempuan ini. Saya dengar,” ucap Pankrasius.

Beberapa saat kemudian, Pankrasius kaget. Romanus mencekik lehernya dari arah belakang. Ia pun menanyakan apa maksud Romanus mencekiknya. “Saya bilang, kau masalah dengan Nardi, tapi kenapa kau cekik saya dari belakang. Tunggu Nardi datang dulu baru kau urusan langsung dengan dia. Saya tidak ada salah,” ucap Pankrasius mengulangi kata-katanya kepada Romanus saat kejadian.

“Ketika saya jalan (pulang ke rumah), dia ancam mau bunuh saya. Itu sekitar sore jam empat,” imbuhnya.

Setelah pulang timba air, Pankrasius pun istirahat. Sekitar pukul 18.30 WITA, Nardi tiba di rumah mereka. 

“Saya datang dan saya memberi tahu orang-orang di rumah untuk tidak meladeni pelaku. Saya bilang, itu orang mungkin mabuk moke. Kita tidak usah tanggap,” tutur Nardi sambil menambahkan bahwa Romanus memang sering merundungnya saat mabuk minuman keras. Romanus bahkan sering menyinggung pekerjaannya sebagai wartawan.

Setelah menenangkan keluarganya, Nardi kemudian mengetik berita. Setelah selesai, sekitar pukul 20.00 WITA, ia menuju pertigaan jalan, ke arah utara rumahnya, untuk mencari sinyal 4G. Ia hendak mengupload berita. Jarak dari rumah Nardi ke pertigaan itu sekitar 170 meter. Dari pertigaan ke rumah pelaku sekitar 30 meter ke arah barat.

Ketika Nardi menuju tempat sinyal 4G itu, Pankrasius mandi. Saat mandi, perasaannya cemas. Kata-kata Romanus yang mengancam untuk membunuh Nardi terngiang di telinganya. Selesai mandi, ia pun bergegas menuju pertigaan jalan untuk memastikan keadaan kakaknya. 

“Ketika Saya  masuk pertigaan, dia (pelaku) juga datang dari arah rumahnya. Dia datang dari arah belakang Nardi. Saya langsung lari mendekati dia dan cegat dia karena saya lihat dia bawa parang. Saya bilang, ‘apa kau punya maksud pegang parang dalam posisi gelap begini’. Dia bilang, ‘saya ini malam nekat mau bunuh orang. Saya tidak takut polisi, semua pokoknya, saya tidak takut penjara,'” ungkapnya.

“Setelah itu, dia langsung kasih keluar parang. Dia tebas. Tebasan pertama kena tangan. Habis itu saya langsung dorong dia. Saat saya dorong, dia tebas lagi di leher,” tambahnya.

Mendengar keributan itu, sejumlah warga keluar dan mengamankan terduga pelaku. Sedangkan, Pankrasius dan Nardi langsung menuju kantor Polsek Waelengga untuk melaporkan peristiwa itu.

Keesokannya, Romanus dijemput oleh pihak Polsek Waelengga. Setelah diambil keterangan hingga saat ini, polisi belum menahannya.

Bantah

Romanus membantah semua yang diceritakan Yovita, Pankrasius dan Nardi. Menurutnya, ia tidak pernah memaki. Apalagi mengancam memperkosa Yovita.

“Kami ini keluarga pak. Saya tidak mungkin lakukan itu,” katanya kepada Ekora NTT, Senin siang.

Romanus mengaku bahwa pada Jumat siang, ia memang mengonsumsi alkohol. Dan ia mengamuk karena ada informasi yang menyebutkan bahwa Nardi yang melempar rumahnya pada Kamis (13/5) malam.

“Saya hanya ngamuk-ngamuk dari rumah karena pada malam sebelumnya Nardi lempar rumah saya tanpa sebab,” tuturnya.

“Nardi dan adiknya datang di halaman rumah saya dengan marah-marah. Mungkin mereka datang mau pukul saya karena saya sering dipukul orang. Makanya saya keluar bawa dengan parang untuk berjaga-jaga. Sampai di luar dia punya adik datang rebut parang di saya dan tangannya terluka. Saya tidak tahu luka di lehernya itu. Mungkin itu kena pagar bambu di depan rumah saya,” pungkasnya.

Pantauan Ekora NTT, di depan rumah Romanus memang ada pagar yang sebagiannya terbuat dari bambu. Namun, bambu yang digunakan untuk pagar itu tidak dibelah. Tidak tajam.

Sejumlah warga yang menjadi saksi dalam kasus ini juga membantah pembelaan Romanus.

“Banyak orang, termasuk saya dengar dia maki-maki dan ancam bunuh Nardi,” kata Marsianus Naju (48).

Menurutnya, Romanus memang selalu berulah ketika mabuk miras.

“Dari dulu, kalau dia mabuk itu selalu bikin keributan di kampung. Dia itu sering orang pukul. Bahkan anak kandungnya itu sering pukul dia,” ucapnya.

Elisabet juga mengaku mendengar Romanus memaki, mengancam memperkosa Yovita dan mengancam membunuh Nardi.

“Saya dengar. Saya lihat dia juga bawa parang,” katanya.

Olah TKP

Unit Reskrim Polsek Waelengga telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada Senin (17/5) pagi, sekitar pukul 10.00 WITA. 

Usai melakukan olah TKP, Kapolsek Waelengga, Iptu Ketut Kantun, berjanji untuk mempercepat proses penanganan kasus ini. 

Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan, pelaku belum ditahan karena pihaknya mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP).”Kita lakukan pengembangan dulu, kita periksa dulu saksi-saksi, baru kita laksanakan (penahanan),” katanya.

Menurutnya, untuk meminimalisasi aksi balas dendam pihaknya telah memberi pengertian kepada keluarga korban.

Sementara itu, para korban mengaku trauma melihat terduga pelaku. Mereka khawatir, terduga pelaku akan mengulangi perbuatannya. 

“Saya masih trauma. Apalagi pelaku masih berkeliaran di kampung. Kami takut dengan ancaman-ancaman yang pernah ia utarakan. Kami harap pihak kepolisian segera menahan pelaku,” pungkas Yovita.

Rosis Adir

TERKINI
BACA JUGA