Kisah Siswa Tanpa Tangan di Nagekeo, Bercita-cita Ingin Jadi Ahli Komputer

Mbay, Ekorantt.com – Lahir tanpa lengan, bocah 15 tahun asal Tuanio-Ndora, Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo tidak berkecil hati untuk meraih cita-cita menjadi ahli komputer.

Dengan keterbatasan diri, Hendrikus N. P. Djago juga mampu bersaing dengan teman-teman di sekolah umum di mana ia dibina secara akademis. Ia baru saja tamat SMP Negeri 3 Nangaroro dan ingin melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMK 1 Nangaroro, Jurusan Komputer.

Kaki Hendrikus tampak lincah menulis di atas kertas (Foto: Ian Bala/Ekora NTT)

Buah hati dari pasangan Don Bosco Djago dan Yustina Nunung ini memang belajar kelas umum sejak duduk di bangku SD. Ia belajar layak siswa normal, meski hanya bermodalkan kaki untuk menulis.

Hendrikus memang mengandalkan kaki untuk mengasah keterampilannya, baik menulis, mengelola komputer bahkan kedua kakinya dipergunakan untuk makan dan minum secara mandiri, setiap hari.

Baru-baru ini, Tim dari Bappelitbangda Nagekeo melakukan testimoni keterampilan menulis Hendrikus. Ditemuai di Dusun D-Tuanio, Hendrikus dengan enteng menjepit pulpen di jari kakinya, lalu menulis.

iklan

Meski tanpa tangan, Hendrikus ternyata memiliki keterampilan menulis dengan baik menggunakan kaki. Ia nampak begitu percaya diri menampilkan kemampuan saat itu.

Ini hasil tulisan Hendrikus menggunakan kaki saat testimoni oleh Tim Bapelitbangda Nagekeo (Foto: Ian Bala/Ekora NTT)

“Karena terus dilatih dari kecil, pak. Saya ingin sekolah komputer,”kata bocah tamatan SDI Tuanio ini saat bincang-bincang dengan Pelaksana tugas (Plt) Bapelitbangda Nagekeo, Kasmirus Dhoy, usai meninjau pengembangan wilayah di Desa Pagomogo, pekan lalu.

Tak hanya menulis, Hendrikus ternyata mahir memencet papan ketik pada layar iPad yang dicoba saat itu. Menggunakan ibu jari kakinya, ia sangat lincah menyentuh huruf-huruf.

Hendrikus memang tak memiliki lengan sejak lahir. Sepanjang kehamilan, sang ibu tidak menyadari kondisi anaknya. Setelah mengetahui bayi Hendrikus cacat fisik, Don Djago dan Yustina hanya berpasrah.

Mereka pun terus mendidik dan melatih Hendrikus seadanya untuk hidup mandiri. Mulai mengambil makanan, memindahkan makanan ke mulut hingga melatih menulis.

Hendrikus foto bersama dengan Plt Bepelitbangda Nagekeo Kasmirus Dhoy dan masyarakat Tuanio (Foto: Ian Bala/Ekora NTT)

“Dia (Hendrikus) makan sendiri, minum sendiri. Sekarang sudah mandiri, bekerja sendiri dengan kemampuan dia,”kata Don Djago, saat ditemui Ekora NTT di Wolowau, Desa Ulupulu 1, pada petengahan Mei lalu.

Don sendiri ingin buah hatinya menjadi orang yang berguna kemudian hari. Oleh karenanya, ia mengikuti kemauan anaknya, jika hendak sekolah komputer.

Don dan Yustina memang mengakui keterbatasan dari sisi ekonomi untuk membiayai pendidikan Hendrikus selanjutnya hingga ke perguruan tinggi. Keduanya hendak berniat menemui pemerintah agar mendapatkan stimulan biaya pendidikan Hendrikus.

“Dari SD (sekolah dasar) kami biayai sendiri. Ada juga bantuan pemerintah. Kami orang tua kembali berharap agar anak kami bisa melanjutkan hingga kuliah nanti,”tutur Don Djago.

Pelaksana tugas (Plt) Bapelitbangda Nagekeo, Kasmirus Dhoy, sudah mengetahui kondisi dan kemampuan Hendrikus. Kasmirus berharap agar keterampilan Hendrikus terus diasah hingga cita-citanya pada akhirnya tercapai.

Ian Bala

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA