Kisah Dosen Inspiratif dan Lapak Ikan Landasan di Penfui Kupang

Kupang, Ekorantt.com – Kisah inspirasi kali ini datang dari Fransiskus Kleden, salah seorang dosen di Universitas Karya Dharma Kupang, NTT. Pasalnya, selain bekerja sebagai seorang dosen yang setiap harinya memiliki rutinitas mengajar, ia pun menyalurkan bakat dan gagasan kreatif di luar kampus.

Lapak ikan dan ayam bakar ialah usahanya di luar kampus. Usahanya itu selain memperkuat ekonomi rumah tangga, juga sebagai motivasi kepada mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas berwirausaha.

“Walaupun sebagai seorang dosen tapi yah ini sebagai suatu kreativitas ekonomi. Kita dosen kan sebagai contoh bagi mahasiswa jadi ini kita memberikan contoh terlebih dahulu. Jadi ini bisa dijadikan mahasiswa sebagai contoh bagian dari pengembang UKM mahasiswa,” ungkap Frans kepada Ekora NTT, pada Jumat (12/07/2021).

Beralamat di Jalan Adisucipto, Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, nama usaha ‘Lapak Ikan Bakar Landasan’ bukanlah sembarang nama. Ada dua penjelasannya, pertama: Frasa ‘Ikan Bakar’ berasal dari salah satu hobinya yang merupakan salah satu peternak ikan lele. Kedua, karena lokasi usaha lapak ini berada tepat di ujung landasan Bandara El Tari Kupang.

Frans menjelaskan dalam lingkup teman sejawatnya dosen-dosen muda mempunyai sebuah komunitas yakni Komunitas Pemuda Ikan Lele Kota Kupang. Anggota di dalam komunitas ini terdiri dari dosen-dosen muda di Kampus Universitas Dharma Kupang yang mempunyai hobi dan aktivitas usaha pribadi.

“Komunitas kami bukan mewakili kampus. Tapi di dalamnya adalah kumpulan sesama teman-teman dosen muda yang mempunyai usaha kreatif secara pribadi. Di dalam grup itu kami saling sharing dan berbagi cerita mengenai usaha kreatif yang tiap-tiap kami jalankan di luar kampus,’’ jelas Frans.

Terkait identitas dirinya sebagai dosen namun membuka usaha lapak ikan bakar ini, Frans mengaku dirinya tidak pernah malu.

“Banyak pembeli yang berpikir kami adalah pedagang murni yang tiap hari menjual ayam dan ikan bakar. Tapi ketika mereka tahu bahwa kita seorang dosen banyak juga yang datangi,” ungkap Frans.

Frans menjelaskan usaha yang dijalankannya tidak mengganggu tugas utamanya sebagai dosen. Bahkan lokasi lapaknya juga sering dijadikannya sebagai tempat sharing dan diskusi bagi mahasiswa.

“Disini juga jadi tempat untuk sharing dan bercerita tentang karya tulis akhir mahasiswa. Ada mahasiswa yang datang juga disini untuk diminta bimbingan terhadap skripsinya. Ada beberapa mereka langsung kesini. Kita layani bimbingan untuk mereka,” beber Frans.

Paket Anak Rantau

Soal harga dan keuntungan yang diperoleh bagi Frans adalah usaha lapak yang mereka jalankan ini tidak fokus berorientasi pada keuntungan. Baginya menjalankan usaha ini adalah bagian dari kebahagiaan tersendiri karena dapat menyalurkan hobinya. Harga yang ditetapkannya itu bervariasi tergantung pada jenis pesanan yang diminta, juga dengan jangkauan pembeli.

Uniknya, usaha lapak ikan bakarnya mempunyai paket harga khusus yakni ‘Paket Anak Rantau’. Paket anak rantau ini antara lain, memberi harga yang relatif murah pada mahasiswa yang berasal dari luar Kota Kupang. Kedua, memanfaatkan mahasiswa yang memiliki kendaraan untuk dijadikan sebagai pengantar pesanan dari pelanggan.

“Mahasiswa perantau yah, biasanya makan ikan dan ayam bakar itu sesuatu yang sulit dijangkau. Padahal, mahasiswa pasti mempunyai rasa untuk ingin makan ikan dan ayam bakar. Barangkali mereka sesekali baru bisa makan sekali dalam bulan sewaktu ada kiriman. Jadi, khusus untuk mereka, kita kasi harga lebih murah dan bisa ditawar,” jelas Frans.

“Selain itu, biasanya kalau ada pelanggan yang pesan lalu minta diantar, kita selalu kontak mahasiswa yang sedang tidak sibuk untuk antar paket pesanan. Ini untuk pemanfaatan terhadap kendaraan mahasiswa yang tidak digunakan. Harga biasanya bisa kita naikan. Biaya jasa antar adalah milik mahasiswa,” tambah dia.

Di tengah pandemi ini, kata Frans, konsekuensi logis terkait usaha yang cocok untuk berinvestasi adalah usaha yang berbasis lapangan dimana usaha-usaha ini dapat dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah.

“Hal-hal yang sederhana, yang sifatnya kreatif yang dapat dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah. Karena kita melihat di tengah pandemi Covid-19 ini banyak orang yang hitung-hitungan pengeluarannya. Bertani, beternak, ataupun hal lain yang bisa dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah,” tutup Frans.

TERKINI
BACA JUGA