Berkat Pandemi, Queen Roti Liliba Jadi Brand di Kota Kupang

Kupang, Ekorantt.com — Sebelum pandemi, Ivonny Yuliartha Un pernah menjalankan usaha bisnis warung makan se’i babi dan babi guling yang terkenal di Kota Kupang dengan nama brandnya ‘Dulang Babi’. Sempat menikmati masa-masa manis kejayaan bisnis warung makan dengan meraup penghasilan hingga puluhan juta rupiah per hari, namun bencana pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 mengubah peta bisnis usahanya.

Di sisi lain, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah juga turut berdampak terhadap usahanya. Warung makannya sepi pengunjung dan tutup hampir sampai 5 bulan. Bertahan dalam kegamangan disituasi pandemi, wanita yang akrab disapa Vonny ini banting setir memilih jenis produk usaha lain yakni roti. Brandnya ialah ‘Queen Roti Liliba’.

Queen Roti Liliba bukan sembarang roti. Ada hal lebih dari usaha yang beralamat di Jalan Piet A Tallo, Kelurahan Liliba, Kota Kupang ini antara lain; memiliki cita rasa yang istimewa dan memiliki ukuran yang lebih besar dari roti biasa.

Jenis rotinya pun beragam. Ada roti kukus, roti goreng, dan roti bakar. Adapun kurang lebih ada 14 jenis variannya yaitu, roti babi manis, roti babi pedis, broti coklat, roti boy, roti keju, roti pizza, roti balok, dan roti bakpao.

Keunikan Queen Roti Liliba terletak pada bagian dalam rotinya yakni berisi daging babi yang diolah dengan cita rasa khas.

iklan

“Kalau soal jenis roti babi ada beberapa jenis variannya, paling umum itu ada dua jenis varian yaitu varian roti babi pedas dan roti babi manis. Pilihan roti yang berisi daging babi itu karena memang dari dulu, masyarakat Kota Kupang suka makan daging babi. Tekstur daging babi memang memiliki kekhasan dengan daging yang lain, hanya dengan kreasi sedikit olahan bumbu sudah enak rasanya,” tutur Vonny saat Ekora NTT menyambangi lokasi usahanya pada Senin (27/9/2021) siang.

Harganya tergolong sangat murah. Per buahnya dibandrol dengan harga Rp5.000. Saking murah roti ini membuat beberapa pengusaha lokalpun kecipratan untung dari usaha bisnis roti miliknya.

Dituturkannya, beberapa pedagang lokal di NTT tiap harinya memesan roti untuk dijual kembali.

“Ada beberapa pedagang di Kota Kupang dan wilayah kabupaten juga datang beli di sini dengan harga Rp 5.000 per buah. Tak hanya di Kupang, ada juga beberapa pedagang di Sabu juga pesan lewat WA. Biasanya mereka jual kembali dengan harga Rp6.000 sampai Rp 7.000 per buah,” sebut Vonny.

Tersohor

Queen Roti Liliba tidak hanya terkenal dan tersohor di Kota Kupang, namun masyarakat dari luar Kota Kupang juga sudah sangat mengenalnya. Terbukti cukup banyak tamu pejabat dan wisatawan dari Bali dan Jakarta menyempatkan diri untuk menikmati ataupun membeli untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

“Mereka datang lalu tes dulu sambil menikmati minuman. Karena mereka suka rasanya, mereka beli dan bawa untuk oleh-oleh ke tempat asal mereka,” ungkap Vonny.

Seorang pekerja sedang mengatur roti milik Vonny di Kota Kupang (Foto : Sutomo Hurint/ Ekora NTT)

Bahkan, dikatakan Vonny, kebanyakan tamu atau wisatawan dari luar NTT yang sudah makan roti kembali memesannya secara online.

“Biasanya mereka kembali pesan dalam jumlah yang cukup banyak. Misalnya, ada hajatan di rumah atau kantor mereka kembali pesan. Tiap minggu kita kirim ke Bali ataupun Jakarta,” tuturnya bersemangat.

Hasil Kerja Keras

Bagi wanita yang mempunyai darah Tionghoa ini, cerita soal roti memang memiliki kisahnya tersendiri. Ia lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang suka makan roti. Pengetahuan dan keterampilannnya membuat roti, sudah dipelajarinya sejak berusia 11 tahun bersama sang ibu.

Pada tahun 2011, Vonny sudah memulai bisnis sampingan dengan membuat roti babi untuk dijual dengan cara dititipkan di Toko Kahang Jaya yang pemiliknya merupakan kakak kandungnya sendiri.

“Waktu itu produksinya masih dalam jumlah sedikit karena fokus usaha saya adalah warung makan. Lagian waktu itu suami juga kerja kontraktor jadi saya sendiri urus anak-anak,” kisah Vonny.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan usaha warung makan Dulang Babi-nya. Namun, pandemi juga menjadi tonggak di mana ia memulai kembali usaha yang pernah dirintisnya 10 tahun silam.

“Jadi waktu itu dari bulan Maret 2020 usaha warung makan kita tutup hampir selama 5 bulan. Sekitar Agustus 2020 saya tanya ke suami. Bagaimana, kita buka usaha roti saja? Dalam diskusi itu, akhirnya kami sama-sama meyakinkan diri untuk membuka usaha roti,” kisah Vonny.

Dituturkan Vonny, usaha bisnis roti menjadi pilihan yang tepat di tengah pandemi. Sebab roti dapat bertahan selama 2 hingga 3 hari.

“Kalau makanan bertahan hanya sehari. Tentu kita akan merugi karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat,” ungkap Vonny.

Usaha dan kerja kerasnya bersama sang suami menjalankan bisnis roti membuahkan hasil. Saat ini mereka telah berhasil membuka empat cabang untuk pemasaran. Keempat cabang tersebut berada di Kelurahan Oesao, Tanah Putih, Tarus, dan Kelurahan Oebobo.

Mimpi terbesar Vonny saat ini adalah dapat membuka cabang di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Semoga terwujud.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA