Kupang, Ekorantt.com – Kamelius Hambur (24) merintis usahanya di Jalan San Juan No. 22 Kelurahan Penfui, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang (NTT). Ia menamainya, Kafe Nuca Lale. Dari sinilah Kamelius berhasil membiayai kulianya di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Di balik kesuksesannya, pria asal Desa Lumut, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat ini melewati banyak tantangan hidup. Salah satunya, keadaan ekonomi keluarga yang jauh dari standar yang layak.
Ditemui Ekora NTT belum lama ini, pria yang kerap disapa Kamel itu tak kuasa menahan haru saat mengenang kehidupan keluarganya. Sebab, semasa kecil, ia habiskan waktu bersama keluarga di sebuah pondok, tengah sawah.
“Kami tinggal di tengah-tengah sawah. Kami baru memiliki rumah pada tahun 2011. Itupun berlantai tanah, berdinding keneka, dan beratapkan batang pohon enau,” kenangnya.
Situasi itu pun tidak membuat semangatnya surut. Nasib demikian menuntutnya untuk berjuang. Kamel terus ditantang untuk belajar dan tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Apalagi orang tuanya sangat menginginkannya mengenyam pendidikan di kota Kupang. Mimpi mereka pun terwujud. Kamel dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa jalur bidik misi di Undana Kupang.
Bermodalkan uang 12 juta dari arisan pendidikan, ia pun diberangkatkan ke Kupang. Kamel juga dititipkan dua lembar uang pecahan Rp50 ribu dari orang tuanya. Ayahnya berpesan, dalam kondisi dan situasi apa pun, uang itu tidak boleh ia gunakan.
“Uang ini hanya dapat kamu gunakan jika kamu sudah selesai kuliah,” kenang Kamel mengingat pesan sang ayah.
Kafe Nuca Lale
Selama di Kupang, Kamel masih melewati masa-masa sulit. Ia pun memutuskan untuk tinggal di kost, sambil mencari pekerjaan.
Kamel kemudian bekerja sebagai karyawan toko, juga penanggung jawab keamanan di salah satu tempat usaha, Kelurahan Penfui. Ia menekuni pekerjaannya sembari menyisihkan uangnya untuk modal usaha. Dari sinilah mimpi awal membuka kedai kopi.
Selama beberapa bulan bekerja, hasil tabungannya mencapai Rp5 juta. Ia kemudian meminta izin ke pemilik toko tempatnya bekerja untuk membuka lapak kedai kopi.
“Saya kemudian membeli box besi container. Jadi waktu itu lagi pandemi Covid-19, banyak toko yang beberapa bulan tidak ada aktivitas. Kampus juga tidak ada kegiatan kuliah tatap muka, hanya melalui online. Jadi saya minta izin ke bos untuk buka warung kopi di depan halaman toko. Bos saya setuju,” tutur Kamel.
Selama beberapa bulan, usahanya berjalan lancar. Modalnya kian bertambah. Amel kemudian berniat mengembangkan usahanya di Kelurahan Penfui.
Niatnya pun terwujud. Ia mendapat kontrak tanah seluas 7×9 meter. Usaha café secara bertahap, mulai dari kamar mandi, lapak kecil dari box container, lopo kecil untuk tempat duduk, dan kamar tidur.
Kamel mengaku rahasia sukses Cafe Nuca Lale tidak terlepas dari produk yang ditawarkan, seperti kopi Manggarai dan kompiang. Ia juga menjual nasi kuning dengan harga terjangkau. Untuk menarik minat pelanggan, Kamel melengkapi tempat usahanya dengan jaringan nirkabel atau Wifi.
Kamel juga menyajikan makanan ayam geprek. Keterampilan itu, ia belajar dari sahabatnya yang mempunyai keahlian memasak (Supper Chief).
Membiayai Kuliah
Usaha kamel meningkat drastis. Ia bahkan memperkerjakan lima orang karyawan. Dua orang adalah keluarga dekatnya dari kampung halaman, sementara tiga lainnya, sahabatnya yang berstatus mahasiswa.
Ia memperkejakan mereka tanpa melewati masa percobaan. Sebab, bagi Kamel, produk yang dibuat di tempat itu tidaklah rumit.
“Meracik kopi dengan rasa yang istimewa adalah keahlian yang mendarah daging bagi orang Manggarai. Buat nasi kuning dan ayam geprek itu mudah. Bisa dipelajari. Nasi kuning dan ayam geprek di sini juga rasanya sama seperti warung-warung lainnya,” cetusnya.
Kamel sangat menyayangi para kelima sahabatnya. Kepada kedua adiknya dari kampung halaman, ia selalu bilang selama masih sehat dan usaha ini berjalan baik, kebutuhan hidup selama di Kupang dan uang kuliah mereka ditanggung.
“Sekarang mereka berdua sudah kuliah. Biaya kuliah dan regis awal mereka sudah saya bayar,” katanya.
Bagi Kamel, pendidikan adalah sarana mengangkat harkat dan martabat diri dan keluarga.