Soal Sampah di Sikka, Susilowati: Warga Jangan Hanya Menonton

Maumere, Ekorantt.com – Direktris Bank Sampah Flores Susilowati Koopman mengingatkan masyarakat Kabupaten Sikka agar turut berpartisipasi dalam mengatasi sampah. Sebaliknya, warga jangan hanya menonton dan menunggu pemerintah.

“Tempat sampah di tempat umum menjadi kewajiban pemerintah. Tapi bukan berarti warga jadi penonton. Tetapi harus menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing sudah harus dipilah sampah organik dan non organik. Selain itu pembersihan secara massal juga harus tetap konsisten,” kata Susilowati kepada Ekorantt.com di Maumere, Sabtu (15/01/2021).

Ia menyatakan permasalahan sampah di Sikka sudah menjadi hal klasik dan belum ada solusi tepat untuk mengatasinya. Tumpukan sampah yang disuguhkan setiap hari sudah menjadi razia umum.

“Untuk meminimalisir permasalahan sampah harus ada pengelolaan sampah mulai dari sumbernya. Jika pengelolaan sampah tidak sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan akan berdampak tidak hanya pada kesehatan warga tetapi ekosistem laut dan sektor pariwisata,” ujar dia.

Pengelola Paris Homestay Lokaria ini mengatakan musim hujan biasanya identik dengan penyakit yakni penyakit berbasis lingkungan. Salah satunya adalah DBD yang mengancam warga Sikka bahkan diawal tahun 2022 telah memakan korban.

iklan

“Solusinya adalah kebersihan lingkungan harus betul-betul diperhatikan. Tempat untuk bersarang nyamuk dan jentik-jentik harus ditanggulangi mulai dari komunitas kecil yakni keluarga. Harus dipastikan tidak boleh ada genangan air di sekitar rumah,” tandasnya.

Ia kembali mengingatkan agar warga tidak boleh mengharapkan pengelolaan sampah 100 persen datang dari pemerintah. Setiap individu dalam keluarga harus membiasakan diri dengan perilaku bersih dan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Ibu asal Jawa Tengah ini menilai, pengelolaan sampah di Kabupaten Sikka belum maksimal. Indikatornya belum menjangkau semua desa di wilayah itu.

“Yang saya lihat pengelolaan sampah baru nampak di kelurahan-kelurahan, sementara di semua desa belum berjalan,” kata Susilowati.

Sebenarnya, tambah dia, ada dana desa yang dapat diplotkan sebagian untuk pengelolaan sampah desa. Karena hal ini punya korelasi dengan tingkat kesehatan warga desa.

“Kalau pengelolaan sampah maksimal hanya bisa ditanggulangi dengan dana yang diambil dari dana desa. Karena hal ini akan berdampak pada kesehatan warga yang menjadi salah satu indikator kebersihan desa tersebut,” katanya.

Ia menyatakan masalah kesehatan juga berdampak pada sektor pariwisata. Sebab, salah satu barometer pariwisata adalah kesehatan dari warga destinasi wisata tersebut. “Kalau ada wabah DBD misalnya yang menyebabkan jatuh korban wisatawan enggan untuk berkunjung ke Kabupaten Sikka,” tuturnya.

Selain itu, sampah juga mempengaruhi ekosistem laut sebagaimana potensi wisata yang menjadi kegemaran masyarakat maupun wisatawan luar.

“Sampah plastik yang berada di laut butuh waktu lama untuk terurai. Kemudian berubah menjadi microplastik dan kemudian dimakan plankton yang menjadi makanan ikan. Kemudian ikan dimakan oleh manusia. Apakah ini tidak akan membahayakan manusia?” kata Susilowati.

Ia berharap pada tahun 2022 ini ada perubahan perilaku dan tidak membuang sampah sembarangan.

Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA