Rini Handayani: Perempuan Masih Dianggap sebagai Objek Pornografi

Lewoleba, Ekorantt.com – Rini Handayani, Staf ahli Menteri Bidang Hubungan antar Lembaga, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia mengatakan bahwa perempuan masih dianggap sebagai objek pornografi.

Hal itu disampaikannya saat sesi talk show Desa Ramah Perempuan dan Anak, Jumat (4/3/2022).

“Perempuan masih dianggap sebagai objek pornografi. Mereka memakai pakaian seksi dan lain-lain, di situ mereka tidak dianggap,” kata Rini.

Lebih jauh, ia mengatakan, data yang diperoleh saat ini, tren kasus kekerasan secara umum menurun untuk tiga tahun terakhir.

“Tetapi dalam kasus kekerasan, justru ada kasus-kasus kekerasan yang meningkat yaitu kasus kekerasan seksual itu cukup meningkat secara signifikan,” terangnya.

iklan

Hal itu diungkapkannya, berdasarkan data hampir sepuluh orang dalam setahun.

“Tahun 2021, kekerasan terhadap anak perempuan itu ada 99 orang. Sedangkan untuk anak laki-laki 12 orang. Dari posisi ini, anak perempuan yang terkena kasus ada 59 orang,” bebernya lebih jauh.

Tak hanya isu kekerasan, isu gender juga sedang melilit kehidupan di Indonesia.

“Isu saat ini adalah kesamaan gender. Untuk itu kesamaan gender, kita secara kelembagaan,   telah memilih tiga kabupaten, salah satunya adalah Lembata untuk menjadi bidikan dalam rangka persamaan gender terutama kebencanaan,” paparnya.

Hal itu, kata Rini, perempuan memang masih mengalami kondisi yang sangat rentan terhadap situasi bencana.

“Bagaimana penyintas ditempatkan dalam posko-posko yang tidak digabung, air yang tidak layak, sedangkan wanita sangat membutuhkan air dalam proses pembersihan dirinya untuk kesehatannya,” jelasnya.

Tidak berhenti di situ, Rini juga menyentil isu perlindungan terhadap perempuan. Ia menilai perlakuan terhadap perempuan itu masih dianggap biasa-biasa saja selama ini.

“Yang kita akui masyarakat kita, bahwa konsep pemahaman gender belum sampai ke level bawah. Kita masih menganggap bahwa perlakuan terhadap perempuan itu biasa, ketika perempuan tidak ditempatkan sebagai prioritas,” tukasnya.

Meski begitu, kata dia, realitas justru masih berbicara lain. Di lapangan, masih ada pekerjaan-pekerjaan tertentu, misalnya kerja bakti, yang aktif adalah perempuan.

Yurgo Purab

TERKINI
BACA JUGA