Fakultas Pertanian Uniflor Perkenalkan Teknologi Light Trap untuk Para Petani Desa Detusoko Barat

Ende, Ekorantt.com – Mahasiswa Universitas Flores dari Fakultas Pertanian memperkenalkan Teknologi Light Trap sebagai satu solusi terbaru bagi para petani di Desa Detusoko Barat.

Dalam video terbaru yang di-upload pada Rabu (6/4/2022), dua orang mahasiswa yang menjadi pembicara dari Fakultas Pertanian Uniflor adalah Kevin Wede dan Maria Melvina D. yang saat ini sudah berada di semester 8 Fakultas Pertanian Uniflor.

Kedua host terbaik dari Uniflor membuka sharing tentang Teknologi Light Trap (TLT) sembari mengajak para penonton untuk menyelam lebih jauh inti dari teknologi yang diperkenalkan Fakultas Pertanian Uniflor di Desa Detusoko Barat tersebut.

Kevin mengatakan bahwa, TLT adalah teknologi yang menggunakan cahaya sebagai perangkap untuk menangkap serangga hama seperti ngegat, wereng hijau, cokelat, dan lainnya.

“Kalu pola kerja light trap, dia kita gunakan cahaya, jadi untuk serangga sendiri punya daya tarik terhadap cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, jadi dari hasil penelitian kemarin, serangga yang banyak terperangkap itu warna ungu, biru, dan hijau,” terang Kevin.

Mahasiswa tampan asal Manggarai ini mengatakan, TLT yang dibutuhkan cukup banyak dengan jarak dari satu lampu ke lampu lainnya itu 20 meter.

Kevin juga menguraikan, kenapa perlu dipasang TLT ini, menurutnya, saat ini banyak pencemaran terjadi baik udara, tanah, air sudah banyak terjadi karena keseringan pemakaian pestisida kimia.

“Jadi, untuk mengurangi atau meminimalisir terjadi hal tersebut, maka kita perlu alternatif menggunakan Light Trap,” jelasnya.

Sementara itu, Melvin juga menguraikan tentang bahan dan alat yang digunakan dalam TLT ini terdiri dari daur ulang dan beli langsung dari toko.

“Contohnya, baskom sebagai wadah perangkap hama, sementara untuk yang baru, seperti lampu, panel suryanya kita harus beli baru. Jadi, tiangnya kalau ada yang bekas bisa dimanfaatkan juga,” terang Melvin.

Sementara itu, tanggapan masyarakat sekitar setelah menggunakan TLT tersebut, kata Melvin, para petani di Desa Detusoko Barat sangat senang karena bisa mengurangi penggunaan pestisida.

“Karena Light Trap itu sendiri menangkap serangga-serangga yang aktif di malam hari sehingga para petani bersyukur dengan adanya TLT itu sendiri bisa mengurangi penggunaan pestisida,” tambah Melvin.

Sebagai mahasiswa semester 8 yang melakukan penelitian untuk tugas akhir, Melvin dan Kevin memberikan pesan kepada para petani atau masyarakat Desa Detusoko Barat supaya mengurangi penggunaan pestisida karena akan berdampak pada lingkungan, manusia, dan lainnya.

“Untuk TLT tersebut, para petani bisa menjaganya karena itu bukan milik kami saja, tapi menjadi milik kita bersama karena membantu kita semua untuk mengurangi hama-hama di sekitar,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Detusoko Barat, Ferdinandus Watu mengatakan kepada Ekora NTT, Jumat (8/4/2022), program TLT tersebut untuk menjawabi kebutuhan masyarakat di Desa Detusoko Barat.

“Ini program kolaborasi Kampus Merdeka antara kampus dengan kami yang ada di desa sebagai implementasi dalam mendukung program integrasi desa-kampus, lalu penyerahan TLT tersebut juga sebagai wujud nyata kerja sama antara desa dengan Uniflor sejak 2020,” kata Nando Watu.

Kades yang sukses dengan program Ekowisata Desa ini mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak kampus Uniflor yang sudah melakukan kerja sama.

“Ini sebagai bentuk kerja sama di mana sebelumnya sudah ada penandatanganan untuk kerja sama dengan pihak kampus dan salah satunya melalui pertanian,” katanya.

Nando juga mengatakan, pada 2021, pihak Uniflor sudah melakukan uji coba dengan 5 varian warna lampu (merah, hijau, biru, ungu, dan putih).

“Ternyata, setelah diuji coba kurang lebih 70 unit dan berjalan kurang lebih 6 bulan, ternyata warna biru paling banyak dihinggap oleh hama. Akhirnya berdasarkan kajian, warna biru sangat cocok untuk padi sawah sehingga beberapa hari lalu sudah dilakukan penyerahan kurang lebih ada 15 unit untuk area padi persawahan Watumesi, Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko,” terang Nando.

Di lain sisi, kata Nando, TLT juga tidak lain membantu para petani untuk mengurangi penyemprotan menggunakan pestisida.

“Karena kami menjadi desa wisata, maka ini menarik menjadi objek wisata malam baru karena lampunya ada di tengah persawahan, juga untuk mendukung Detusoko Barat sebagai salah satu desa yang berbasis organik yang ramah lingkungan,” jelas Nando lebih jauh.

Lebih jauh, Laurentius D. Gadi Djou, mengatakan, hasil penelitian tersebut akan dilaporkan kepada Kemenristek lantaran dana yang digelontorkan tersebut adalah dana Kemenristek tahun 2021.

“Ini adalah hasil teknologi yang sederhana tetapi sangat diharapkan bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Kita lihat, bahannya sederhana, yang agak sedikit maju itu lampunya,” terang Gadi Djou.

Selanjutnya, Gadi Djou mengharapkan kerja sama tersebut memberikan dampak dan bermanfaat untuk masyarakat dan bisa menghasilkan HAKI untuk Universitas Flores sebagai salah satu kampus kebanggan di Flores.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA