Mbay, Ekorantt.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagekeo mendorong pemerintah desa di wilayah itu untuk terus memperbaiki tata kelola data desa. Hal ini untuk kepentingan Satu Data Indonesia (SDI) yang akurat dan berkualitas.
“Di daerah ini kita kerja sama dengan Kominfo, Bappeda dan Dinas PMD-P3A untuk memberi pembinaan tata kelola data di tingkat desa agar lebih bekualitas sesuai prinsip-prinsip Satu Data Indonesia (SDI),” ujar Kepala BPS Nagekeo Abdul Azis saat Sosialisasi Program Desa Cinta Statistik (DCS) di Aula Setda Nagekeo, Jumat.
Kelemahan selama ini dilihat dari kapasitas dan kapabilitas perangkat desa mengenai literasi statistik dianggap itu belum cukup. Hal itu menjadi penyebab banyak data yang belum sejalan dengan prinsip-prinsip dasar.
Sehingga data yang bersumber dari desa belum bisa dibagi-bagikan, belum konsisten antar lembaga karena belum disurvei secara autentik.
Atas dasar itu, BPS mendorong agar diadakan pembinaan tata kelola data desa terhadap perangkat desa secara kompehensif.
“Sehingga desa tidak hanya sekedar objek untuk mengumpulkan data saja tetapi juga bisa memanfaatkan data-data itu untuk kegiatan pembangunan selanjutnya,” kata Abdul.
Ia menyebutkan, di Nagekeo, Desa Dhereisa di Kecamatan Boawae menjadi salah satu desa di NTT yang menjadi sampel desa cantik atau desa cinta statistik yang dipilih pemerintah pusat.
“Tetapi untuk kepentingan kabupaten, kita tambah enam desa sebagai sampel desa cantik. Dengan harapan ketika tata kelola data di tingkat desa sudah bagus maka desa-desa lain bisa mengikuti pada tahun-tahun berikutnya,” kata Abdul menjelaskan.
Keenam desa lainnya ialah Desa Marapokot, Desa Rendu Tutubhada, Desa Totomala, Desa Podenura, Desa Mbaenuamuri, dan Desa Sawu.
Bupati Johannes Don Bosco Do menegaskan kepada para kepala desa agar harus menguasai data ril potensi atau kelemahan yang ada di desa.
Sebab, indikator kemajuan atau kemiskinan desa sesuai data yang dikuasai dan dicatat secara terperinci.
“Kades harus masuk sampai ke dapur mengetahui berapa jumlah alat produksi, cangkul berapa. Penerima BLT harus diprofil betul secara rinci. Pertemuan kami di Kupang tentang peta pengentasan kemiskinan (inflasi), nah itu tentang data,” kata Don.
Bupati Don berharap dengan program desa cinta statistik sebagai bahan stimulan perangkat desa untuk mewujudkan data desa yang lengkap dan berkualitas.
Sementara kepada ketujuh desa yang menjadi sampel, Bupati Don berpesan agar bisa mengikuti program tersebut secara sungguh-sungguh karena nantinya diikuti oleh desa lain.
“Kita sebenarnya tools-nya cukup, perangkat cukup untuk mengentas kemiskinan kita. Nah, ini menuju agar desa kita cantik secara statistik,” kata Bupati Don menandaskan.