BMKG: Fenomena La Nina dan IOD Negatif Penyebab Musim Hujan Lebih Awal

Mbay, Ekorantt.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif menjadi penyebab pengaruhnya pola cuaca iklim di Indonesia. Sebagian wilayah Indonesia, termasuk NTT, mengalami musim hujan lebih awal.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang BMKG Rahmattulloh Adji menjelaskan pemantauan terhadap anomali iklim global hingga September 2022 menunjukkan bahwa La Nina masih berlangsung dengan intensitas moderat dengan nilai anomali suhu di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur sebesar 1,07.

Sementara itu, kondisi anomali suhu muka laut di Samudera Hindia menunjukkan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) dalam kondisi negatif dengan indeks Dipole Mode sebesar 1,01.

“Kombinasi dari kedua fenomena tersebut (La Nina dan IOD negatif) diprakirakan akan berkontribusi pada meningkatnya curah hujan di Indonesia,” tulis Adji dalam keterangan, Senin.

Fenomena La Nina diprakirakan akan terus melemah dan menuju netral pada periode September-November 2022. Sementara itu, fenomena IOD diprakirakan akan tetap negatif hingga Januari 2023.

iklan

Atas fenomena tersebut, Adji menyebutkan sebagian wilayah NTT akan mengalami musim hujan lebih awal pada Oktober 2022.

“Wilayah yang mengawali musim hujan Oktober 2022, meliputi Manggarai Barat bagian timur, Manggarai bagian tengah dan Manggarai Timur bagian tengah,” kata Adji ketika dikonfirmasi dari Mbay.

Adji menjelaskan dari 28 zona musim (zom), satu zom (3,5%) akan mengalami musim hujan lebih awal di NTT. Sedangkan 27 zom (96,5%) sisanya akan mengawali musim hujan pada November 2022.

Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis, awal musim hujan (periode 1991-2020), maka awal musim hujan 2022/2023 di NTT diperkirakan maju pada 15 zom.

Sementara sama dengan normalnya pada 10 zom dan yang mundur (terlambat dibandingkan normalnya) pada tiga zom.

Adji kembali menjelaskan bila dibandingkan terhadap rerata klimatologis, akumulasi curah hujan musim hujan (1991-2020), secara umum kondisi musim hujan 2022/2023 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 24 zom.

Kemudian sejumlah empat zom akan mengalami kondisi hujan bawah normal (musim hujan lebih kering atau lebih rendah dari rerata klimatologisnya).

Adji menyebutkan puncak musim hujan 2022/2023 di wilayah NTT diperkirakan umumnya terjadi pada Januari 2023 sebanyak 28 zom (100%).

Pengaruh fenomena La Nina dan IOD negatif yang menyebabkan terjadinya musim hujan lebih awal, Adji mengimbau seluruh mitra kementerian/lembaga, pemerintah daerah serta berbagai stakeholder dan masyarakat di NTT agar tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang memasuki musim hujan lebih awal.

Di sisi lain, dengan musim hujan yang tiba lebih awal, dapat dimanfaatkan pada sektor pertanian untuk mengawali aktivitas musim tanam lebih awal.

Semua komponen dan masyarakat juga diharapkan untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan serta menyiapkan penanganan dan mitigasi kemungkinan terjadinya bencana, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana banjir.

Pemerintah daerah dapat lebih optimal melakukan pemeliharaan, perbaikan, dan normalisasi aliran sungai, daerah tampungan air, dan drainase beserta fasilitas penunjang lainnya.

Selain itu, pemerintah dapat melakukan penyuluhan pembuatan daerah dan sumur resapan di sekitar pemukiman rawan terdampak bencana banjir, kata Adji.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA