Ruteng, Ekorantt.com – Sejumlah warga Desa Bangka Arus, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, memperbaiki jalan rusak secara swadaya, Selasa, 18 Juli 2023.
Pasalnya ruas jalan kabupaten yang menghubungkan Dusun Waer dan Dusun Laci ini sudah sejak lama belum mendapat perhatian pemerintah.
Warga secara sukarela mengumpulkan batu dan pasir, bahkan harus merogoh kocek pribadi untuk kebutuhan operasional, seperti penyewaan alat berat, dan material lain.
Pastor Fidelis Armin, selaku koordinator, mengatakan, selain membahayakan keselamatan warga, kondisi jalan tersebut juga menghambat lalu lintas warga yang beraktivitas.
“Memprihatinkan sekali. Kondisi Jalan ini membahayakan keselamatan masyarakat kita,” ujar pastor yang berkarya di Kepulauan Karibia itu.
Kondisi jalan yang kian parah membuatnya berinisiasi menggerakkan warga Desa Bangka Arus untuk secara bersama dan mandiri melakukan perbaikan jalan.
Niat baik Pastor Fidelis mendapatkan respons warga.
“Tentu saja kami sangat mendukung ajakan Pater Fidelis, dan kami siap kudut cama-cama perbaiki salang ho’o. Eme gereng pemerintah cai pisa di, poli kaut janji adong (kami siap bersama-sama bekerja perbaiki jalan ini. Kalau tunggu janji pemerintah, kapan tempo, mereka hanya janji terus),” ujar seorang warga.
Kepala Desa Arus, Beribertus Jehatu mengungkapkan, sebagian besar jalan yang rusak di wilayahnya berstatus jalan kabupaten. Sehingga cukup sulit bagi pemerintah desa mengalokasi anggaran untuk perbaikan jalan secara tuntas.
“Pemdes (pemerintah desa) tidak memiliki kewenangan untuk mengerjakan jalan itu secara permanen,” terangnya.
Pemdes, kata Beri, hanya bisa melakukan perbaikan ringan, misalkan menutup badan jalan berlubang dengan material seadanya.
“Biasanya kami melakukan itu secara bersama-sama dalam kegiatan bakti sosial,” jelasnya.
Beri berharap Pemda Matim mengembalikan status jalan tersebut menjadi jalan desa, sehingga bisa mengalokasikan dana desa untuk perbaikan jalan tersebut.
“Kami juga sedih melihat ruas jalan yang ada di desa kami rusak parah,” ketusnya