Warga Nitung Lea dan Lidi di Palue Rasakan Aroma Belerang Gunung Rokatenda

Kata Rudolfus, bau belerang dirasakan oleh warga yang domisili di wilayah selatan yang letaknya berdekatan dengan gunung berapi karena memang ada asap.

Maumere, Ekorantt.com – Warga Desa Lidi dan Desa Nitung Lea di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT mencium aroma belerang dampak kenaikan aktivitas Gunung Rokatenda sejak Minggu, 10 November 2024.

“Semenjak kemarin (Minggu) warga sempat mencium bau belerang di wilayah dua desa yang dekat dengan gunung (Rokatenda) yakni Desa Lidi dan Desa Nitung Lea,” tulis Camat Palue, Rudolfus Riba melalui pesan WhatsApp kepada Ekora NTT, Senin, 11 November 2024.

Rudolfus diminta penjelasan menanggapi perubahan status normal menjadi waspada Gunung Rokatenda di Pulau Palue disampaikan oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 10 November 2024.

Kata Rudolfus, bau belerang dirasakan oleh warga yang domisili di wilayah selatan yang letaknya berdekatan dengan gunung berapi karena memang ada asap.

“Sedangkan kami berada di wilayah utara belum mencium bau belerang,” katanya.

Himbauan tentang waspada, lanjut Rudolfus, sudah disampaikan ke seluruh masyarakat. Namun, masyarakat masih beraktivitas sehari-hari seperti biasa.

Dikatakanya, abu hasil erupsi besar Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur pada Minggu malam, 3 November 2024, dirasakan oleh warga Palue.

Dia pun berharap Pemerintah Kabupaten Sikka agar membantu masker untuk warga di sana.

“Berharap dari dinas terkait bisa bantu masker, karena hingga sekarang abu vulkanik terus mengguyur seluruh wilayah Palue,” kata Rudolfus.

Warga Kecamatan Palue tersebar pada delapan desa yakni Desa Reruwairere dihuni 348 kepala keluarga atau sebanyak 1.157 jiwa, Desa Malariwu ditempati 330 KK atau 984 jiwa. Desa Ladolaka ditinggali oleh 340 KK atau 1.240 jiwa, Desa Rokirole sebanyak 395 KK atau 1.169 jiwa, Desa Tuanggeo 346 KK atau 1.118 jiwa, Desa Kesokoja 340 KK atau 1.309 jiwa. Kemudian di Desa Nitunglea ditempati 361 KK atau 1,524 jiwa, dan Desa Lidi sebanyak 380 KK atau 1.359 jiwa.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebelumnya telah mengumumkan kenaikan status normal menjadi waspada Gunung Rokatenda per 10 November 2024.

Kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid A.N, pengamatan visual Gunung Rokatenda dari periode 1 Oktober 2024 hingga 10 November 2024 terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut dan selatan.

Di sisi lain, jelas Wafid, dalam periode yang sama terjadi 24 kali gempa vulkanik dangkal, 30 kali gempa vulkanik dalam, 23 kali gempa tektonik lokal, dan 20 kali gempa tektonik jauh.

Kemudian selama periode Agustus 2024, asap kawah di Gunung Rokatenda tidak teramati. Ada juga laporan warga yang mencium bau belerang yang cukup pekat pada 9 November 2024. Terekam pula adanya kenaikan gempa vulkanik dangkal sejak 1 November hingga 8 November 2024.

Dengan kenaikan status menjadi waspada, masyarakat di sekitar gunung dan wisatawan tidak diperbolehkan beraktivitas dalam kawasan radius 2 kilometer dari puncak aktivitas Gunung Rokatenda.

Masyarakat dan wisatawan dilarang beraktivitas di lembah-lembah atau sungai yang berhulu dari sekitar puncak atau kubah lava baru demi menghindari ancaman banjir lahar akibat hujan.

Masyarakat diminta agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Selain itu, tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Rokatenda.


Penulis: Eginius Moa

spot_img
TERKINI
BACA JUGA