Ruteng, Ekorantt.com – Plan International Indonesia menjalankan program Water for Woman (WfW) selama enam tahun di Kabupaten Manggarai.
“Program ini sejak 2018,” kata Manager Area Plan Indonesia, Sammy Apsalon Niap saat kegiatan workshop pembelajaran dan penutupan program Water for Women yang berlangsung di Aula Ranaka Kantor Bupati Manggarai, Kamis, 5 Desember 2024.
Program Water for Women yang dicanangkan Yayasan Plan International Indonesia telah menyasar ke 12 sekolah dan 18 puskesmas serta 60 desa di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Ia mengklaim program Water for Woman sukses dijalankan di Kabupaten Manggarai.
Suksesnya program ini menurut Sammy, tidak luput dari dukungan banyak pihak, termasuk perempuan dan sekitar ratusan penyandang disabilitas di wilayah Manggarai.
Program ini dalam rangka meningkatkan layanan air dan sanitasi yang berketahan iklim dan berkesetaraan gender.
Sammy bilang, program ini dilaksanakan melalui dua tahapan, di antaranya fase pertama Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Gender Equality dan Sosial Inklusi (STBM GESI) yang berjalan sejak 2018 hingga 2022.
Sedangkan pada tahapan kedua yakni STBM GESI Berketahanan Iklim. Tahapan ini juga telah dijalankan sejak 2023 sampai 2024.
“Kami menyampaikan terima kasih karena sudah membangun kolaborasi bersama Plan Indonesia untuk membangun Manggarai melalui program ini. Ini sangat baik,” tutur Sammy.
Tahun 2025, kata dia, Plan Indonesia juga mendorong sanitasi aman, melalui Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang telah masuk dalam renja organisasi pemerintah daerah Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR).
Bupati Manggarai Herybertus G.L Nabit menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Plan International Indonesia yang telah ambil bagian dalam proses pembangunan di Kabupaten Manggarai.
Nabit berkata, pembangunan tentu harus melibatkan banyak pihak, tidak hanya sekadar melalui ungkapan ataupun pidato belaka. “Partisipasi harus dinyatakan bukan hanya omong-omong saja.”
Program ini terlihat biasa saja, tetapi dari hal biasa itu yang paling penting adalah konten atau substansi dari program tersebut.
Keterlibatan semua pihak dalam proses pembangunan menuju Manggarai yang ‘maju lebih cepat’ sangat diharapkan.
“Tanggung jawab kita adalah untuk mereplikasi program ini,” terangnya.
Terpisah, Ketua Konsorsium Disabilitas Kabupaten Manggarai, Sabinus Ngadu mengemukakan, selain akses air yang inklusif dalam menghadapi perubahan iklim, Kota Kupang, ibukota Provinsi NTT juga sedang menuntaskan masalah sampah dengan melibatkan masyarakat.
“Manfaat yang kami lakukan hari ini akan diterima oleh generasi masa mendatang. Oleh karena itu, kami harap dampak ini tidak hanya dirasakan satu maupun dua golongan saja, semuanya harus bisa merasakannya,” ucap Sabinus.
Selama enam tahun implementasi, program WfW telah memberikan dampak secara langsung hampir sembilan ribu orang di Kota Kupang, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.
“Kemudian termasuk kelompok termarjinalkan, yakni perempuan, anak perempuan, orang dengan disabilitas, dan lansia. Lebih jauh lagi, sejak 2018, WFW telah berkontribusi dalam pencapaian lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Sumbawa,” tutupnya.
Water for Women merupakan program yang didanai Pemerintah Australia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas akses air, kebersihan, serta sanitasi komunitas yang berketahanan iklim.
Program ini mempromosikan partisipasi aktif anak perempuan, perempuan, serta penyandang disabilitas.
Sejak dimulai pada 2018, WfW telah membangun fasilitas toilet inklusif, mendorong penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, hingga mendukung partisipasi aktif perempuan dan Penyandang disabilitas dalam aspek ekonomi dan sosial.
Seluruh aktivitas program WfW juga mempertimbangkan aspek ketahanan iklim atau tingkat resiliensi masyarakat dan benda terhadap krisis iklim yang melanda dunia.