Produksi Perikanan Tangkap di Manggarai Capai 7 Ribu Ton, Satarmese Barat Penyumbang Terbanyak

Hendrik menghitung total nelayan di kabupaten itu sebanyak 3.378 orang. Akan tetapi, para nelayan ini rata-rata penangkapannya dengan menggunakan pukat.

Ruteng, Ekorantt.com – Produksi perikanan tangkapan para nelayan di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur selama tahun 2024 sebanyak 7.392,90 ton.

“Ikan tersebut dari empat wilayah; Satarmese, Satarmese Barat, Reok, dan Reok Barat,”  kata Kepala Bidang Kenelayanan pada Dinas Perikanan Kabupaten Manggarai, Rodriquez. V. Dwipanni ketika ditemui Ekora NTT pada Rabu, 22 Januari 2025.

Satarmese dan Satarmese Barat merupakan dua kecamatan yang berada di wilayah selatan Kabupaten Manggarai. Wilayah ini berada di tepi laut Sawu. Sedangkan Reok dan Reok Barat berada di wilayah utara, tepi laut Flores.

Dari jumlah tersebut, menurutnya, penyumbang terbanyak adalah Satarmese Barat, dengan total produksi ikan sebanyak 2.565,19 ton per tahun. Lalu disusul dengan Satarmese sebanyak 2.226,51 ton.

Kemudian Reok menyumbangkan 1.706,33 ton ikan. Sementara Reok Barat hanya menghasilkan 894,87 ton.

Rodriquez berkata, ikan terbanyak merupakan ikan jenis tongkol, yaitu mencapai 1.076, 91 ton. Kemudian tembang 819,73 ton, tuna 798, 51 ton, terbang 515,70 ton, julung-julung 421,48 ton, dan cendro 408,12 ton.

Selanjutnya ikan kembung 400,91 ton, cakalang 377,16 ton, layar atau marlin 314,06 ton, kakap 300,43 ton, batu 283,33 ton, ekor kuning 270,98 ton, tenggiri 248,88 ton, dan layang 231,69 ton.

Sementara ikan kuwe 223,37 ton, kerapu 114,12 ton, teri 96,29 ton, baronang 85,93 ton, cumi-cumi 63,65 ton, lemuru 52,32 ton, selar 50,80 ton, belanak 47,21 ton, lencam 42,18 ton, gurita 24,94 ton, dan ikan lainnya 124, 18 ton.

“Sejauh ikan-ikan ini distribusinya langsung ke Pasar Ruteng, tidak ke luar daerah,” kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Manggarai, Hendrikus Sukur.

Hendrik merujuk Pasar Inpres Ruteng, salah satu pasar tradisional yang berada di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.

Bahkan, menurutnya, pedagang ikan di pasar ini membeli langsung ke para nelayan baik di Reok, Reok Barat, Satarmese, maupun Satarmese Barat.

Tetapi, sebagian para nelayan juga datang menjual langsung ke Pasar Inpres Ruteng.

Sejauh pengamatannya, kebutuhan akan ikan di Manggarai, terutama di Kota Ruteng terbilang tinggi. Pasokan ikan di Pasar Ruteng selain distribusi dari wilayah utara dan selatan Manggarai, juga didatangkan dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat.

“Namun yang menjadi kendala itu kurangnya es balok untuk mengawetkan ikan tangkapan nelayan. Untuk ke laut nelayan pasti harus bawa es, termasuk sampai ikannya jual ke pasar,” terangnya.

Hendrik menghitung total nelayan di kabupaten itu sebanyak 3.378 orang. Akan tetapi, para nelayan ini rata-rata penangkapannya dengan menggunakan pukat.

“Sejauh ini tidak ada illegal fishing (tangkapan ikan ilegal),” ucapanya.

Illegal fishing merupakan penangkapan ikan yang melanggar hukum yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya alam dan ekosistem laut.

Pihaknya memastikan tidak ada nelayan yang melakukan hal demikian. Akan tetapi, pemerintah akan melakukan tindakan tegas bila ada yang melakukan hal tersebut.

“Kami melakukan penyuluhan. Apabila itu dilakukan maka akan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku,” tuturnya.

Selain itu, kata Hendrik, pemerintah melakukan pemberdayaan terhadap nelayan seperti memberikan bantuan jaring dan mesin motor laut sebagai peralatan menangkap ikan.

“Bantuan akan dibagikan per wilayah bila anggaran cukup, jika tidak maka akan memberikan bantuan bagi nelayan yang betul-betul siap,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA