Puluhan Warga Manggarai Terkena Demam Berdarah Sepanjang Januari 2025

Pada tahun 2024, tercatat memiliki 279 kasus DBD di Manggarai. Beruntungnya tidak ada yang meninggal.

Ruteng, Ekorantt.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tercatat mencapai 25 kasus pada Januari 2025.

“Mereka (pasien DBD) sudah sembuh semua,” jelas Kepala Dinas Kabupaten Manggarai, drg. Bertolomeus Hermapon kepada Ekora NTT pada Jumat, 7 Februari 2025.

Kasus DBD ini tersebar di sejumlah kecamatan, dengan Langke Rembong mencatatkan 10 kasus, Rahong Utara lima kasus, dan Wae Ri’i tiga kasus.

Kemudian Kecamatan Satarmese dua kasus, sedangkan Satarmese Barat, Lelak, Reok Barat, Ruteng, dan Cibal masing-masing satu kasus.

Rata-rata pasien telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ruteng. Sebagiannya di puskesmas dan klinik swasta, kata Hermapon.

“Kalau pasien DBD penanganannya secara medis. Yang penting ada temukan kasus lalu rujukan ke puskesmas,” tuturnya.

Pada tahun 2024, tercatat memiliki 279 kasus DBD di Manggarai. Beruntungnya tidak ada yang meninggal.

Menurutnya sejauh ini “penanganan medis tetap standar.”

Namun, yang lebih penting adalah masyarakat memiliki kesadaran untuk membersihkan lingkungan.

Penyebab DBD, menurutnya, ialah nyamuk aedes aegypti yang bersarang di tempat-tempat yang tergenang air dan sampah.

“Nyamuk aedes aegypti ini pada lingkungan yang lembap dengan kondisi sanitasi yang buruk.”

Hermapon mengharapkan masyarakat untuk selalu memperhatikan sanitasi lingkungan. Sementara pihaknya hanya sebatas melakukan sosialisasi. Lebih dari itu adalah “kesadaran masyarakat sendiri tentang kebersihan.”

“Karena ini kan sesuatu yang diulang terus pada musim-musim begini,” sambungnya.

Dinas Kesehatan akan melakukan pengasapan di beberapa tempat dan dilakukan pada Maret mendatang. Tetapi, ia memetakan terlebih dahulu wilayah yang kasus terbanyak.

Fogging (penyemprotan asap) ini kegiatan rutin maka siapkan anggarannya meskipun tidak sebesar. Bila kekurangan anggaran kita akan melakukan koordinasi dengan kecamatan dan desa,” terangnya.

Ketika dihubungi Ekora NTT, Kepala Puskesmas Kota, drg. Margaretha Irmana Baung mengatakan, banyak laporan ke puskesmas karena setiap kali terdapat kecurigaan gejala yang mengarah ke DBD, mereka segera melakukan pemeriksaan penunjang bagi penderita.

“Kami segera koordinasikan dengan dinas kesehatan dan lintas sektor terkait,” katanya.

Irmana bilang, dalam pengendaliannya, pihaknya melakukan penelitian epidemiologi, sebuah penelitian yang mempelajari pola penyebaran penyakit, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan cara mengendalikannya.

Apabila hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan penderita didiagnosis suspec DBD maka puskesmas bergandengan dengan beberapa lintas sektor.

“Kami sosialisasi terkait tanda dan gejala penyakit serta upaya pencegahan DBD, dengan cara informasi keliling,” tuturnya.

Selain itu memberikan imbauan tentang kebersihan lingkungan, sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk, dilanjutkan pembagian bubuk Abate untuk mencegah berkembang-biaknya nyamuk sesuai informasi yang diberikan petugas kesehatan.

“Jika dari hasil penelitian epidemologi kami menemukan jentik nyamuk penyebab DBD maka akan kami lakukan fogging.”

Akan tetapi, kata dia, dari sekian banyak laporan kasus yang ada semuanya tertangani dengan baik.

“Ada juga beberapa kasus yang dilaporkan dari klinik swasta ke Puskesmas Kota. Untuk ini kami juga memiliki alur pelaporan tersendiri untuk penanganan lebih awal,” tutupnya.

TERKINI
BACA JUGA