Kupang, Ekorantt.com – International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Indonesia bakal menerapkan kurikulum pangan untuk ketahanan iklim di tahun 2025 di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTT.
Hal ini diungkapkan Provinsial Koordinator ICRAF NTT, Yeni Fredik Nomeni kepada wartawan di Kupang pada Senin, 5 Maret 2025.
Yeni menjelaskannya, kurikulum ini hadir karena adanya penurunan produktivitas pangan akibat dari perubahan iklim yang terjadi sekarang.
Penurunan produktivitas pangan juga berdampak pada perempuan dan anak-anak yang langsung berhubungan dengan rumah tangga.
Sebagai lembaga peneliti, ICRAF telah meneliti yang mana pangan lokal memiliki ketahanan yang dapat membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Selain itu, pangan lokal memiliki nilai gizi, telah beradaptasi dengan lokasi dan iklim yang cukup lama, mudah dikonsumsi dan murah.
“Kita menyiapkan kurikulum untuk generasi muda agar mereka bisa bersiap untuk menghadapi perubahan iklim di dalam sistem pendidikan,” kata Yeni.
Dalam kurikulum ini, jelas Yeni mengandung materi budidaya, jenis pangan lokal yang memiliki nilai gizi, penyajian hingga konsumsi.
Penerapan kurikulum pangan lokal untuk ketahanan telah melalui seluruh proses dari pembahasan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, guru penggerak.
Selain itu melibatkan pakar pangan, pakar pangan lokal, pakar pendidikan dan Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) NTT.
“Kurikulum ini akan dilaunching pada 20 Mei 2025 di Kabupaten TTS. Ini sudah kesepakatan kita dengan pemerintah di sana bahkan telah ada Perbup,” tandasnya.
Kupang, Ekorantt.com – International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Indonesia bakal menerapkan kurikulum pangan untuk ketahanan iklim di tahun 2025 di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTT.
Hal ini diungkapkan Provinsial Koordinator ICRAF NTT, Yeni Fredik Nomeni kepada wartawan di Kupang pada Senin, 5 Maret 2025.
Yeni menjelaskannya, kurikulum ini hadir karena adanya penurunan produktivitas pangan akibat dari perubahan iklim yang terjadi sekarang.
Penurunan produktivitas pangan juga berdampak pada perempuan dan anak-anak yang langsung berhubungan dengan rumah tangga.
Sebagai lembaga peneliti, ICRAF telah meneliti yang mana pangan lokal memiliki ketahanan yang dapat membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Selain itu, pangan lokal memiliki nilai gizi, telah beradaptasi dengan lokasi dan iklim yang cukup lama, mudah dikonsumsi dan murah.
“Kita menyiapkan kurikulum untuk generasi muda agar mereka bisa bersiap untuk menghadapi perubahan iklim di dalam sistem pendidikan,” kata Yeni.
Dalam kurikulum ini, jelas Yeni mengandung materi budidaya, jenis pangan lokal yang memiliki nilai gizi, penyajian hingga konsumsi.
Penerapan kurikulum pangan lokal untuk ketahanan telah melalui seluruh proses dari pembahasan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, guru penggerak.
Selain itu melibatkan pakar pangan, pakar pangan lokal, pakar pendidikan dan Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) NTT.
“Kurikulum ini akan dilaunching pada 20 Mei 2025 di Kabupaten TTS. Ini sudah kesepakatan kita dengan pemerintah di sana bahkan telah ada Perbup,” tandasnya.