Larantuka, Ekorantt.com – Covid-19 yang tengah mengancam peradaban manusia hingga ke pelosok-pelosok desa menggerakkan civitas akademika IKTL Waibalun untuk terjun ke masyarakat. Mereka memberikan edukasi dan pelatihan bagi petugas dan relawan di posko-posko di desa dalam wilayah Kabupaten Flores Timur.
“Di sini kami memberikan edukasi dan pelatihan pembuatan cairan disinfektan dan hand sanitizer menggunakan bahan olahan rumah tangga,” jelas Germana Oreng Ritan, Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat (PKM) IKTL Waibalun di Posko Covid-19 Desa Bantala pekan lalu.
Germana Ritan menyadari, di tengah pandemi Covid-19 yang mewabah hingga ke seluruh pelosok desa di Indonesia akan berpengaruh pada persediaan stok disinfektan dan hand sanitiser di daerah, terutama posko-posko di wilayah desa terpencil.
Selain itu, kata Germana, arus lalu lintas atau mobilisasi barang dari Jawa, sebagai tempat produksi disinfektan dan hand sanitizer pasti terhambat.
Oleh karenanya, menurut Germana, pembuatan disintekfitan dan hand sanitizer berbasis bahan rumah tangga adalah salah satu langkah yang tepat sebagai solusi mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah pedesaan.
“Semua bahan-bahannya dari bahan yang biasa digunakan dalam aktivitas ibu-ibu rumah tangga. Seperti air, arak lokal, sunlight, bayclin, super pel carbol, dan supersol atau wispol. Sangat efisien, murah, dan mudah didapat di sekitar kita,” jelas Germana.
Dalam melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, Lembaga IKTL Waibalun bermitra dengan pihak Puskesmas setempat yakni Puskemas Lewolema dan Yayasan Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) Ruteng yang berkantor di Ruteng, Kabupaten Manggarai (NTT).
Germana menuturkan, konsep formula larutan dan jenis bahan dalam pembuatan disinfektan dan hand sanitizer adalah konsep yang diadopsi dari yayasan JPIC Ruteng yang telah memiliki hak paten.
Bahan-bahan rumah tangga yang dibutuhkan dalam pembuatan disinfektan antara lain: carbol, bayclin, superpel, dan air. Formulanya, 10 ml liter carbol, 10 ml liter bayclin, 20 ml liter super pel. Kemudian ditambahkan air untuk mendapatkan 1 liter disinfektan.
Sedangkan untuk membuat hand sanitizer, bahan-bahan yang dibutuhkan adalah air, arak lokal, dan sunlight. Formulanya: 250 ml liter arak, dan 250 ml liter sunlight. Kemudian ditambahkan dengan 1500 ml liter air untuk mendapatkan 2000 ml liter hand sanitizer.
“Dasar utama yang menjadi gerakan ini adalah banyaknya keluhan masyarakat terkait disinfektan dan hand sanitizer disemprot oleh petugas dan relawan di desa-desa menyebabkan iritasi kulit yang menimbulkan gatal dan bercak-bercak merah pada tubuh manusia. Disintekfitan dan hand sanitiser yang dihasilkan melalui formula ini meminimalisir iritasi pada kulit dan terasa lebih lembut di tangan,” ungkap Germana.
Kegiatan pelatihan pembuatan disinfektan dan hand sanitizer berbasis bahan rumah tangga ini didampingi oleh Roberta Iron Hurint salah satu staf dosen di IKTL dan beberapa mahasiswa IKTL Waibalun yang berasal dari kecamatan Lewolema.
Tidak hanya pelatihan pembuatan disinfektan dan hand sanitizer, civitas akademika IKTL Waibalun dari divisi Pengabdian Masyarakat ini juga memberikan pelatihan tentang teknik penyemprotan yang baik dan benar kepada relawan dan petugas poskoh di Desa Bantala.
“Selama ini disinfektan disemprot mengenai tubuh manusia. Alhasil banyak yang mengeluh karena muncul bercak-bercak merah dan iritasi di kulit. Padahal, disinfektan tidak boleh disemprot di tubuh manusia dan barang bawaan yang dikonsumsi seperti beras, sayur-sayuran dan buah-buahan,” tutur Germana.
Kepala Puskesmas Lewolema, Elias Sayang Hala yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan apresiasi gerakan kepedulian dari Lembaga IKTL Waibalun.
Elias berharap IKTL Waibalun dapat menjadi mitra tenaga kesehatan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Kami dari tenaga medis sangat berharap agar edukasi dan pelatihan ini terus dilaksanakan secara berkala di posko-posko desa di wilayah Kecamatan Lewolema,” harap Elias.