Lembata Ekorantt.com – Lembata, sebuah pulau di gugus kepulauan di bagian timur Flores. Pulau dengan luas 1.266,39 km2 ini telah menjadi kabupaten tersendiri sejak tahun 1999.
Pulau kecil dengan jumlah penduduk 133.552 jiwa (data tahun 2017) ini ibarat surga kecil dengan kekayaan alam dan budaya yang sungguh mengagumkan.
Selama ini Lembata terkenal dengan tradisi menangkap ikan paus di desa nelayan Lamalera, wilayah selatan Lembata.
Rupanya tradisi ini hanya bagian kecil dari banyaknya tradisi dan keindahan alam Lembata yang masih terawat dengan baik.
Akhir Februari lalu kami mengunjungi Lembata untuk mengikuti festival Guti Nale yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Lembata.
Sampai di pelabuhan Lewoleba, kami istirahat sejenak sambil menimati minuman dingin di lapak jualan di pinggir pelabuhan.
30 menit kemudian kami dijemput oleh mobil dari dinas pariwisata Kabupaten Lembata.
Mobil pariwisata membawa kami ke bagian selatan pulau yang dikenal dengan negeri dongeng ini.
Sepanjang perjalanan, pemandangan bukit savana memanjakan mata.
Di savana tersebut ada spot wisata yang terkenal dengan nama bukit cinta. Tidak jauh juga, ada spot wisata yang terkenal dengan nama bukit doa.
Kami juga disuguhkan oleh laut yang indah dan pulau Adonara yang cantik di seberang sana.
Tapi jarak tempuh perjalanan menuju Mingar, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata terlambat karena kondisi jalan yang rusak.
Beberapa ruas jalan digenangi air sehingga mirip kubangan.
Penatnya perjalanan terbayar oleh kemolekan alam daerah selatan Lembata.
Pasir putih yang membentang sepanjang hampir tiga kilometer membuat hati jadi teduh.
Ombak khas pantai selatan menggelar, tapi luluh di hadapan hamparan pasir putih.
Matahari akan terbenam.
Senja remang-remang menghiasi langit Mingar.
Momen ini tak begitu saja kami lewatkan.
Bermodalkan kamera handphone kami mengabadikan matahari tenggelam di balik Tanjung Naga di barat.
Ikon Pariwisata
Beberapa tahun belakangan, Pemerintah Kabupaten Lembata terus mengembangkan destinasi-destinasi wisata yang unik dan menarik di daerah itu.
Salah satu destinasi wisata yang terus dikembangkan adalah pantai Mingar.
Pantai Mingar terus dikembangkan untuk menjadi ikon wisata pantai di kawasan selatan Lembata.
Dengan pengembangan yang terus dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.
Festival Guti Nale dibuat juga dalam rangka mempromosikan wisata pantai Mingar ke dunia luar.
“Uniknya, pantai ini mengalami siklus. Siklus perubahannya biasa terjadi pada April sampai Januari. Selama 10 bulan ini, pantai ini dipenuhi pasir putih sepanjang 5 kilometer. Tetapi, dari Februari hingga Maret, pasir putih hilang. Yang ada hanya sisa batu karang dan sedikit pasir hitam,” tutur Alvin Beraf, salah satu tokoh muda desa Pasir Putih.
“Pantai ini boleh disebut surga kecil di Lembata. Berada di sini kita pasti nyaman. Udaranya sejuk, pasir putih yang membentang luas membuat pengunjung menarik berkunjung,” ujar Alvin.
Alvin menambahkan, pengunjung bisa berenang, berselancar dan surfing di perairan sekitar pantai Mingar.
Gelombang lautnya cukup tinggi mencapai 2-3 meter.
Sayangnya, di balik indahnya pesona pantai Mingar belum tersedia fasilitas penunjang seperti penginapan bagi pengunjung.
Warga setempat hanya bisa membangun bale-bale wisata sederhana.
“Harapannya ke depan pemerintah bisa ke tempat ini menata pantai ini dengan baik. Supaya bisa memikat para pengunjung, baik lokal maupun mancanegara,” harap Alvin.
Kepala Desa Pasir Putih, Isodorus Pasing mengungkapkan bahwa banyak wisatawan yang datang ke pantai Mingar pada hari Minggu dan hari libur.
Ada tamu lokal. Ada juga bule yang datang. Tapi jumlahnya masih sedikit.
Menurutnya, sedikitnya orang yang mengunjungi pantai Mingar dikarenakan akses jalan yang buruk.
Lebih banyak lubang daripada aspalnya.
“Tahun ini, pemerintah menyelanggarakan festival Guti Nale di pantai Mingar ini.
Harapannya dengan festival ini, infrastruktur, khususnya jalan bisa diperhatikan.
Kalau untuk yang di desa, kita bisa atur pakai dana desa. Kita hanya butuh jalan menuju Mingar diperhatikan,” katanya.
Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday mengatakan objek-objek wisata di Kabupaten Lembata tersebar di mana-mana, hampir di seluruh Lembata.
Memang kendala utamanya adalah infrastruktur.
“Itu menjadi kesulitan kita untuk pembiayaan indikator kepariwisataan ini secara baik. Termasuk salah satunya adalah infrastruktur jalan, telepon, internet. Itu menjadi kendala, karena letaknya sangat berjauhan,” jelas Wabup Langoday kepada awak media di pantai Mingar, pada pertengahan Februari lalu.
Kendati demikian, Wabup Ola optimis, objek-objek pariwisata di Lembata akan terhubung dengan baik.
“Kita sudah memulai. Semuanya berproses. Kita harapkan pada satu titik, satu waktu nanti, semuanya terkoneksi dengan baik. Baik jalan, listrik, air, sarana prasaran kesehatan yang menghubungkan objek-objek wisata. Begitu juga jaringan internet. Karena sampai dengan saat ini, masih banyak objek wisata yang belum terjangkau jaringan internet,” ujar Wabup Langoday.
Ia menambahkan, peran pemerintah dalam rangka mempromosikan objek-objek pariwisata adalah membangun jejaring dengan semua stakeholders.
Baik stakeholder lokal maupun dari luar.
Terkait wisata budaya, ia menyebut pemerintah terus berkoordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, agama, pemuda, dan teman-teman wartawan untuk menjadi jejaring sosial.
“Kita membawa informasi pariwisata ke luar,” ujarnya.
Selain itu, kata Wabup Langoday, pemerintah juga menjalin komunikasi dengan pelaku pariwisata yang ada di luar untuk boleh memainkan peran dalam mempromosikan objek-objek pariwisata di kabupaten Lembata.