Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Lokal di NTT Hadirkan 1.000 Menu Makanan Berbasis Sorgum

Rachmad meminta pangan lokal yang beragam di setiap daerah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat.

Kupang, Ekorantt.com – Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mengadakan acara Gerakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, pada Jumat, 29 November 2024.

Kegiatan ini melibatkan 1.000 peserta, termasuk 900 murid dari tingkat SD, SMP, SMA, serta 100 murid dari SLB dan panti asuhan. Acara tersebut juga mengusung program edukasi konsep Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) melalui dongeng.

“Kami juga menyediakan 1.000 menu makan dan beragam camilan berbasis sorgum sebagai sarapan sehat bagi para peserta,” kata Plh. Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Rinna Syawal.

Rinna mengatakan, program edukasi telah diperluas melalui inisiatif B2SA Goes to School (BGtS). Pada 2023, BGtS telah menjangkau 128 sekolah di 32 provinsi. Pada 2024, program ini ditargetkan menjangkau 380 sekolah di 38 provinsi dengan sasaran 95 ribu murid.

“Kami berkomitmen dalam memperluas edukasi pangan sehat kepada generasi muda di seluruh Indonesia,” katanya.

Kepala Biro Organisasi, SDM, dan Hukum NFA Rachmad Firdaus mengatakan, Badan Pangan Nasional terus melakukan masifikasi penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal dengan mendorong daerah untuk memanfaatkan potensi pangan lokal masing-masing.

Rachmad meminta pangan lokal yang beragam di setiap daerah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Seperti di Nusa Tenggara Timur punya pangan lokal bernama sorgum.

Pangan lokal ini, kata dia, memiliki nilai gizi tinggi dan menjadi pangan yang dimasifkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat khususnya di NTT.

Gerakan penganekaragaman pangan yang terus didorong NFA bersama stakeholder terkait harus memiliki muatan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda.

“Sehingga ke depan semakin banyak yang menyadari pentingnya pangan beragam bergizi seimbang, dan aman (B2SA) sebagai pola hidup yang sehat berkelanjutan,” kata Rachmad.

Kenyang Tidak Harus Makan Nasi

Rinna menekankan pentingnya memperkenalkan sorgum sebagai alternatif pengganti nasi kepada generasi muda. Kampanye ini sejalan dengan slogan “Kenyang Gak Harus Nasi.”

Menurut Rinna, sorgum memiliki nilai gizi tinggi dan potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

“Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenalkan sorgum kepada generasi muda agar mereka memahami bahwa kenyang tidak harus selalu dari nasi,” ujar Rinna.

Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto menegaskan, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggarai Timur mendorong dan mendukung penuh pemanfaat pangan lokal.

“Kami sangat mengapresiasi inisiatif ini. Pemanfaatan pangan lokal seperti sorgum tidak hanya mendukung perekonomian Petani lokal, tetapi juga menjaga kesehatan masyarakat. Kami berharap ini dapat menjadi gerakan nasional,” kata Andriko.

Dengan memanfaatkan potensi pangan lokal, kata dia, tidak hanya mandiri secara pangan, tetapi juga mencetak generasi yang sehat, aktif dan produktif.

Founder PT Sorgha Sorghum Sejahtera yang berbasis di NTT, Diana Widiastuti mengaku gembira atas dukungan pemerintah untuk mendorong pemanfaatan sorgum.

“Kami bangga karena produk sorgum yang kami tanam dapat menjadi bagian dari program ini. Harapannya, masyarakat semakin sadar akan manfaat dan potensi sorgum sebagai pangan lokal unggulan,” ujarnya.

Menurut Diana, Indonesia memiliki keunggulan biodiversitas yang tidak dimiliki negara lain. Salah satu yang perlu dikembangkan adalah potensi sorgum sebagai sumber karbohidrat yang sarat gizi.

“Biodiversity Indonesia itu terbesar kedua di dunia, sehingga sebenarnya kesempatan kita untuk meningkatkan ketahanan pangan itu terbuka lebar, termasuk sorgum untuk sumber karbohidrat selain beras,” katanya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA