Surat Gembala Uskup Labuan Bajo: Tolak Proyek Geotermal hingga Dorong Pariwisata Berkelanjutan

Ia menekankan pentingnya edukasi terhadap generasi muda untuk memiliki kesadaran ekologis yang tinggi.

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, menolak proyek eksplorasi dan eksploitasi geotermal melalui Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2025 bertajuk “Pertobatan Ekologis: Merawat Ciptaan, Menghadirkan Harapan” yang terbit pada 4 April 2025.

“Menolak eksploitasi energi dan sumber daya alam tanpa batas, termasuk rencana eksplorasi dan eksploitasi geotermal, karena dampaknya dapat merusak keseimbangan ekologis di daerah yang kecil ini dan sekaligus berdampak pada suasana sosial budaya,” ujar Uskup Maks dalam satu bagian seruan dan ajakannya.

Dalam semangat pertobatan ekologis, Uskup Maks mengajak umat Kristiani untuk menjaga lingkungan hidup dengan tindakan nyata, seperti mengurangi sampah, menanam pohon, serta menjaga sumber air.

Ia menekankan pentingnya edukasi terhadap generasi muda untuk memiliki kesadaran ekologis yang tinggi.

Uskup Maks mengingatkan bahwa ekologi merupakan anugerah yang harus dijaga, sesuai dengan ajaran dalam Kitab Kejadian yang menyatakan bahwa dunia diciptakan Allah dengan kebaikan.

“Keindahan alam Flores dan Labuan Bajo bukanlah hasil usaha manusia, melainkan berkah istimewa dari Tuhan,” ungkapnya.

Ia mengutip pernyataan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ yang menyebutkan, “Lingkungan adalah anugerah kolektif yang harus kita jaga bersama.”

Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain, semua pihak harus memperlihatkan tanggung jawab merawat dan menjaga keseimbangan ekologis demi generasi mendatang sebagai bagian dari budaya dan etika kehidupan yang lahir dari semangat Prapaskah dan Paskah 2025.

Uskup Maks juga menyentil sikap terhadap eksploitasi energi dalam semangat Surat Pastoral FABC (2025).

Ia menyebut para Uskup Provinsi Gerejawi Ende beberapa waktu lalu telah menolak eksploitasi energi geotermal di Pulau Flores.

Geotermal, kata Uskup Maks, memang disebut sebagai energi terbarukan, tetapi untuk konteks Flores, eksplorasi ini justru mengancam keseimbangan ekologis dan ruang sosial-budaya masyarakat.

“Wilayah kita kecil dan rapuh secara ekologis. Jika eksploitasi sumber daya dilakukan tanpa batas, maka akan timbul kerusakan lingkungan, hilangnya sumber pangan, dan terkikisnya harmoni sosial.”

Oleh karena itu, Uskup Maks mendorong pemerintah untuk mencari alternatif energi yang lebih ramah lingkungan, seperti tenaga surya.

Menurut Maks, pertobatan ekologis bukan sekadar konsep rohani semata, tetapi panggilan nyata bagi setiap umat beriman.

Paus Fransiskus dalam Laudate Deum (2023) menegaskan bahwa pertobatan ekologis menuntut perubahan gaya hidup, solidaritas sosial, dan keterlibatan dalam aksi nyata.

Gereja sinodal mesti mewujud dalam terbangunnya kesadaran bersama dalam menggagas dan membumikan pertobatan ekologis.

Uskup Ruteng Tidak Bahas Proyek Geotermal dalam Surat Gembala Paskah 2025

Dalam Surat Gembala Paskah 2025 yang diterbitkan pada 4 April 2025, Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat tidak secara khusus menyentil proyek geotermal yang tengah hangat diperbincangkan.

Padahal, rencana proyek geotermal di Poco Leok, yang kini ditolak secara masif oleh masyarakat setempat, berada dalam wilayah Keuskupan Ruteng.

Dalam penggalan surat tersebut, Uskup Sipri menyentil ekaristi ekologis, sosial, dan spiritual, yang merupakan bagian dari Tahun Ekaristi Transformasional 2025.

Ia menyatakan, Keuskupan Ruteng telah merancang dan tengah melaksanakan program-program Ekaristi Sosial dan Ekaristi Ekologis sebagai wujud perayaan Ekaristi yang tidak hanya mengutamakan aspek spiritual, tetapi juga peduli terhadap orang yang rentan dan aksi-aksi ekologis untuk merawat dan melestarikan alam.

“Karena itu, dalam Tahun Ekaristi Transformasional 2025, Keuskupan Ruteng telah mendesain dan tengah melaksanakan program-program Ekaristi Sosial dan Ekaristi Ekologis,” tulis Uskup Sipri.

Meskipun tidak menyinggung penolakan terhadap proyek geotermal, ia tetap merupakan bagian dari kelompok enam Uskup Provinsi Gerejawi Ende yang menentang eksploitasi energi geotermal di Pulau Flores.

Melalui Surat Gembala Pra-Paskah 2025, para uskup tersebut menegaskan penolakan terhadap eksploitasi sumber daya alam yang dapat merusak ekosistem, termasuk proyek geotermal di Flores dan Lembata.

Penolakan ini diputuskan dalam sidang tahunan yang berlangsung di Seminari Tinggi Santu Petrus Ritapiret, Maumere, pada 10-13 Maret 2025.

Para uskup menekankan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dan menyuarakan kekhawatiran atas dampak negatif eksploitasi geotermal.

Dalam surat tersebut, mereka bertanya, “Apakah kita sedang membangun masa depan yang lebih baik atau justru merusaknya?”

Mereka mengingatkan bahwa Pulau Flores dan Lembata memiliki ekosistem yang rapuh, sehingga eksploitasi energi geotermal yang tidak bijaksana dapat merusak lingkungan, mengancam ketahanan pangan, mengganggu keseimbangan sosial, dan mengancam keberlanjutan kebudayaan lokal.

Para uskup menilai eksploitasi energi geotermal bukanlah pilihan yang tepat untuk wilayah dengan topografi pegunungan dan bukit, serta terbatasnya sumber air permukaan.

Selain itu, mereka menilai fokus pembangunan di wilayah tersebut seharusnya mengutamakan sektor-sektor yang lebih ramah lingkungan, seperti pariwisata berkelanjutan, pertanian, perkebunan, peternakan unggulan, dan kelautan.

Pariwisata Berkelanjutan sebagai Alternatif

Dalam surat gembalanya, Uskup Maks menegaskan, Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata unggulan.

Namun, ia mengingatkan bahwa industri pariwisata hanya dapat berkembang dengan baik jika didukung oleh ekosistem yang sehat dan berkelanjutan.

Tanpa memperhatikan keseimbangan ekologis, pariwisata dapat menghadapi ancaman serius, baik dalam bentuk kerusakan lingkungan, ketidakadilan ekonomi, maupun konflik sosial.

Uskup Maks mengingatkan bahwa orientasi pada profit ekonomi semata, tanpa memperkuat keberlanjutan ekologis, akan membawa dampak buruk bagi generasi masa depan.

“Dalam konteks pariwisata, orientasi profitisasi ekonomis semata, tanpa memperkuat basis keberlanjutan ekologis, hanya akan mempersiapkan bahaya bagi generasi masa depan,” tegas Uskup Maks.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA