Maumere, Ekorantt.com – Kerinduan 700-an nelayan Nangahure Lembah, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka untuk memiliki sebuah kolam labuh yang aman sebagai tambatan perahu belum membuahkan hasil.
Pasalnya sejak tahun 2009, pada masa kepemimpinan Bupati Sosimus Mitang kolam labuh ini mulai dikerjakan namun pembangunan mangkrak hingga sekarang.
“Sudah 10 tahun kami mengharapkan sebuah kolam labuh yang aman sebagai tempat tambatan perahu kami dari terjangan badai. Selama ini kami merasa tidak aman sama sekali karena kami tambat perahu di tempat terbuka sehingga gelombang besar menyebabkan banyak perahu pecah,” ujar Lahudin (52) beberapa waktu lalu di Pantai Nangahure Lembah.
Menurut pria asal Pemana ini, pengerjaan dermaga untuk pemecah gelombang dimulai sejak tahun 2009 atas lobi dari salah satu anggota DPRD Sikka yang bernama Suaib.
Namun dari tahun ke tahun katanya, kalau ada anggaran baru dikerjakan dan hingga sudah mencapai 700 meter berupa tumpukan batu di laut.
“Dari tahun ke tahun masyarakat Nangahure Lembah mengajukan proposal untuk tanggul pemecah gelombang ini tapi hanya sebatas itu tidak pernah ditanggapi. Dan kami masyarakat ini otak juga pas-pas saja. Apalagi hanya nelayan saja sehingga kami hanya pasrah,” kata nelayan yang bernama Husni.
Kepada Ekora NTT, para nelayan mengharapkan Bupati Robby Idong untuk datang mengunjungi mereka.
“Tiap musim Timur dan Barat kami tidur tidak aman karena tidak ada kolam labuh yang aman untuk perahu ikan berlabuh. Kalau sampai perahu kami pecah karena hantaman gelombang, uang kami harus ambil dari mana lagi untuk buat perahu,” keluh mereka.
“Saya harus jujur bahwa nelayan asli di Nangahure Lembah ini lebih banyak beli solar di kios-kios. Mereka sulit mengikuti birokrasi pembelian yang harus lewat Dinas Kelautan karena kami rasa sulit. Pak Wartawan bisa lihat anak-anak yang lagi di pantai ini rata-rata putus sekolah di SD karena jadi nelayan pagi-pagi sudah pegang uang akhirnya tidak mau ke sekolah lagi,” ungkap Husni.
Yuven Fernandez
